Kamis, 8 Oktober 2009
JAKARTA (Suara Karya): Ketua Umum Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengaku senang dengan bermunculannya nama-nama calon penggantinya pada Muktamar NU di Makassar, Januari mendatang.
“Bagus itu. Muktamar jadi semakin ramai,” kata Hasyim saat menjawab pertanyaan wartawan di kantor PBNU, Jakarta, Selasa.
Hasyim yang telah memimpin NU selama dua periode memutuskan tidak akan mencalonkan diri lagi karena ingin berkonsentrasi mengurus pondok pesantren miliknya, Pondok Pesantren Al Hikam di Malang, Jawa Timur dan Al Hikam II di Depok, Jawa Barat.
Sejumlah nama yang dimunculkan sebagai kandidat ketua umum PBNU antara lain KH Said Aqil Siroj, KH Masdar F Masudi, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Ulil Absar Abdalla, dan Slamet Effendy Yusuf.
“Saya dengar Pak Nuh (Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh) disebut-sebut juga,” kata Hasyim.
Terkait pernyataan Barisan Muda Nahdlatul Ulama (BMNU) yang mencalonkan Wapres Jusuf Kalla sebagai kandidat ketua umum PBNU, Hasyim mengaku ragu JK bersedia.
“Pak JK kan banyak urusan. Kabarnya beliau juga tidak mau. Lagi pula BMNU itu tidak ada di struktur NU,” katanya.
Hasyim sendiri mengaku tidak memiliki jago dan ia menyerahkan pilihan Ketua Umum PBNU mendatang kepada muktamirin atau peserta muktamar.
Hasyim Muzadi berpesan kepada calon penggantinya agar tidak hanya berpikir untuk memenangi persaingan, namun juga memikirkan tugas-tugas yang diemban Ketua Umum PBNU mengingat tantangan ke depan semakin berat.
“Kandidat jangan hanya berpikir dia akan jadi ketua umum, tetapi juga bagaimana melanjutkan program-program yang ada,” katanya.
Menurut Hasyim, setidaknya ada empat hal yang harus dikembangkan secara lintas periode, yakni terkait masalah internasional, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi keumatan.
“Upaya NU go international sudah menjadikan NU yang sebelumnya nothing menjadi something, meski belum menjadi important thing,” katanya.
Organisasi Konferensi Internasional Cendekiawan Islam (International Conference of Islamic Scholars-ICIS) yang dimotori NU, katanya, kini sudah terasa berdampingan dengan Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Rabithah `Alam Islami atau Liga Muslim Dunia. “Kita berharap PBNU yang akan datang bisa melanjutkannya,” katanya.
Siap Maju
Sementara itu, Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), siap dicalonkan menjadi Ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke-32 NU di Makassar pada 25-31 Januari 2010.
“Kita tunggu saja apa yang akan terjadi dalam muktamar, tetapi siapa pun yang dicalonkan muktamirin (peserta muktamar) ya harus mau,” katanya.
“Kalau ada yang mendukung dan memenuhi persyaratan, siapa pun harus mau. Kalau nggak mau berarti nggak menghormati orang yang mencalonkan,” katanya. (Ant).
Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=237158