KAMUS DEFINISI DAN TEORI PENDIDIKAN
- Akhmad (1996: 88) Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam materi cetak.
- Arikunto, dkk. (2007: 62) menjelaskan ada beberapa karakteristik PTK tersebut, antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi yang alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, (2) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan, (3) sumber permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran, (4) permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting, (5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti, (6) ada tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu me ningkatkan profesionalisme guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan.
- Djamarah dan Zein (1996: 136) Kata “Media” secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”. Pengertian media sebagai sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
- Gie (1992: 17) mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
- Gie (1992: 17) mengemukakan ada 4 (empat) unsur dalam mengarang yaitu sebagai berikut: 1. Gagasan (Idea), yaitu topik berikut tema yang diungkapkan secara tertulis. 2 Tuturan ( Discourse), yaitu bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca. Ada 4 ( empat ) bentuk mengarang: a. Pencarian (Narration), Bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa/pengalaman. b. Pelukisan (Description), Bentuk pengungkapan yang menggambarkan pengindraan, perasaan mengarang tentang mecam – macam hal yang berada dalam susunan ruang (misalnya: pemandangan indah, lagu merdu, dll). c. Pemaparan (Exposition), Bentuk pengungkapan yang meyajikan secara fakta – fakta yang bermaksud memeberi penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses atau peralatan. d. Perbincangan (Argumentation), Bentuk pengungkapan dengan maksud menyalin pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang dihadapi pengrang. 3. Tatanan (Organization ) Yaitu tertib pengaturan dan peyusunan gagasan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah . 4. Wahana (Meduim), ialah sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika (tata bahasa), dan terotika (seni memekai bahasa secara efektif).
- Gie (1992: 18) bahwa untuk dapat menyampaikan gagasan dan fakta secara lincah dan kuat, seseorang perlu memiliki pembendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata – kata menjadai beraneka kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif.
- Gie (2002: 3) berpendapat bahwa menulis diistilahkan mengarang yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.
- Keraf (1981: 132-169) wacana dalam bentuk deskripsi dibedakan menjadi dua yaitu: a. Deskripsi tempat. Deskripsi tempat berdasarkan pada tiga hal yaitu suasana hati, bagian yang relevan, dan urutan kejadiannya. Dalam kaitannya dengan suasana hati yang manakah yang paling menonjol untuk dijadikan landasan. Berkaitan dengan bagian yang relevan penulis deskripsi juga harus mampu memilih detail-detail yang relevan untuk mendapatkan gambaran tentang suasana hati. Sedangkan berkaitan dengan urutan penyampaian, pengarang dituntut pula mampu menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan detail yang dipilih. Mungkin seorang penulis mengurutkan dari bagian yang tidak penting ke bagian yang penting atau sebaliknya. b. Deskripsi orang atau tokoh Untuk mendeskripsikan seorang tokoh dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti: 1. Menggambarkan fisik yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh. 2. Menggambarkan tindak tanduk seseorang tokoh. Dalam hal ini pengarang mengikuti dengan cermat semua tindak tanduk perbuatan, gerak-gerik sang tokoh. Dari satu tempat ke tempat lain atau dari waktu ke waktu lain. 3. Menggambarkan keadaan tokoh yang mengelilingi sang tokoh misalnya menggambarkan tentang pakaian, tempat kediaman, kendaraan dsb. 4. Menggambarkan perasaan dan pikiran tokoh. Hal ini tidak dapat diserap oleh pancaindera manusia. Namun diantara perasaan dan unsur fisik merupakan hubungan yang sangat erat. Pancaran wajah, gerak bibir, pandangan mata dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu. 5. Menggambarkan watak seseorang. Aspek perwatakan inilah yang paling sulit dideskripsikan.
- Keraf (1981: 6-7) membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan tujuan umum yang tersirat dibalik wacana tersebut, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.
- Keraf (1981: 93) Deskripsu merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertahan dengan usaha para penulis untuk memberikan perincianperincian dan objek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata Latin describera yang berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal, sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal.
- Keraf (1993: 10) membagi deskripsi secara garis besar menjadi dua yaitu deskripsi eksposition dan deskripsi impresionistik. 1. Deskripsi eksposition. Deskripsi ini pada umumnya bersifat logis, ia disusun seperti satu katalog dalam urutan yang logis, umpamanya orang mendeskripsikan satu gedung tinggi mulai dari bawah ke atas atau dari kiri ke kanan. Pilihan detail-detail untuk menunjukkan ketelitian penginderaan pengarang. Tujuan deskripsi ini ialah memberikan informasi dan menimbulkan pembaca melihat, mendengar, merasakan apa yang dideskripsikan itu. 2. Deskripsi impresionistik Tujuan deskripsi ini adalah membuat pembaca memancainderakan dan membuat ia bereaksi secara emosional akan apa yang dideskripsikan. Dalam deskripsi ini pengarang ingin mendapatkan jawaban atau reaksi pembaca, maka pertama pengarang harus menentukan dahulu jawaban atau reaksi apa yang ia kehendaki. Akan tetapi ia tidak mempunyai pola untuk mendeskripsikannya dalam urutan logis.
- Keraf (dalam Suriamiharja 1996: 48) Yang dimaksud dengan kohesi/kesatuan dalam paragraf adalah semua kalimat yang membina palagraf secara bersama – sama menyatakan satu hal, satu tema tertentu.
- Keraf (dalam Suryamiharja 1966: 50) Ppengembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian dari gagasan – gagasan yang membina peragraf itu.
- Keraf (Suriamiharja 1996: 48) Yang dimaksed dengan koherensi/keterpaduan dalam paragraf adalah kekompakan hubungan antar sebuah kalimat denngan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu.
- Kridalaksana (1984: 122) Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua.
- Muharimin (1999: 97) Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaman yang direka-reka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja yang berbentuk fakta contohnya biografi, autobiografi, kisah-kisah sejati. Sedangkan yang berbentuk fiksi antara lain novel, cerpen, cerbung.
- Nababan (1993: 150-151) Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Meskipun selalu banyak dilakukan penelitian dan eksperimen yang diadakan mengenai metode-metode mana yang paling efektif, tetapi masih tetap sulit untuk membuktikan secara ilmiah metode mana yang paling baik.
- Nababan (1993: 183-189) menyatakan bahwa pembelajaran menulis dapat dirancang dengan aktivitas sebagai berikut: 1. Menjalin suatu bacaan atau dialog dalam bahasa target secara harfiah tanpa kesalahan. 2. Mengarang dengan bantuan gambar. 3. Menulis tabel pengganti unsur dalam arti yakni analogi dari kalimat dan unsur rangsangan dari guru. 4. Guru memberi respon atau jawaban pada ucapan pembicaraan yang belum ada (kosong) siswa menjawab dengan memilih ucapan mana dan situasi apa yang cocok dengan respon tersebut. 5. Mengisi atau menyelesaikan dialog yang diberikan guru. 6. Mengalihkan informasi dari satu bentuk ke bentuk lain. 7. Guru memberikan tugas sederhana kepada siswa.
- Nababan (1993: 3) Metodologi adalah tata cara memudahkan sehingga dalam proses belajar-mengajar perlu dicapai dan dikembangkan oleh guru.
- Nana Sudjana (dalam Djamarah, 1996: 152 ) merumuskan fungsi media sebagai berikut: 1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2. Penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. 3. Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran. 4. Penggunaan media bukan semata – mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa. 5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru. 6. Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
- Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Djamarah dan Zein, 1996: 150) mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut: a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran. b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa. c. Media yang digunakan mudah diperoleh, mirah, sederhan dan praktis penggunaannya. d. Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pengajaran. e. Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.f. Sesuai dengan tarap berpikir siswa.
- Ngalim Purwanto, dan Djeniah Alim (1997: 58) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran mengarang sama dengan tujuan pengajaran bercakap – cakap hanya berbeda dengan bentuk tulisan, yaitu: 1. Memperkaya pembendaharaan bahasa positif dan aktif. 2. Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan tepat. 3. Latihan memaparkan pengalaman – pengalaman dengan tepat. 4. Latihan – latihan penggunaan ejaan yang tepat (ingin menguasai bentuk bahasa).
- Nurgiantoro (2001: 273) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro sangat sederhana, menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca.
- Nurgiantoro (2001: 305) Penilaian yang dilakukan pada karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan selintas. Maksudnya adalah penilaian tersebut bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari pembaca karangan secara selintas. Guru cenderung melakukan penilaian yang bersifat analisis karena guru memerlukan penilaian secara lebih objektif dan terinci mengenai kemampuan siswa untuk keperluan diagnosikedukatif.
- Nurhadi (1989: 4) Tujuan membaca adalah sebagai berikut: 1. Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku. 2. Menangkap ide pokok atau gagasan utama secara tepat. 3. Mendapatkan informasi tentang sesuatu. 4. Mengenali makna kata-kata. 5. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar. 6. Ingin memperoleh kenikmatan dari karya sastra. 7. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia. 8. Ingin mencari merk barang yang cocok untuk dibeli. 9. Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang. 10. Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan. 11. Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) tentang definisi suatu istilah.
- Parera (1993: 6) Argumentasi merupakan satu bentuk karangan eksposisi yang khusus. Pengarang argumentasi berusaha untuk meyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang dikatakan, dalam hal ini selalu membutuhkan pembuktian dengan objektif dan menyakinkan. Pengarang dapat mengajukan argumennya berdasarkan 1) contoh-contoh, 2) analogi, 3) akibat ke sebab, 4) sebab akibat dan 5) pola-pola deduktif.
- Parera (1993:5) Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, danperasaan. Deskripsi memberikan suatu gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian dan masalah. Untuk menulis suatu deskripsi yang baik seseorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalah dengan semua pancaindera.
- Parera (1993:5) Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah.
- Purwanto dan Alim (1997: 63) mengemukakan bahwa penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mingkin akan menjadi karangan – karangan.
- Robert Lodo (dalam Suriamiaharja, 1996: 1), mengatakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol – simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol – simbol grafiknya.
- Roestiyah (200: 85) Adapun tujuan teknik ini adalah dengan melaksanakan field trip diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran.
- Roestiyah (2001: 85) field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Karena itu dikatakan teknik field trip yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, took serba ada, dan sebagainya.
- Roestiyah (2001: 87) keunggulan metode field trip antar lain sebagai berikut: a. Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan petugas pada objek karyawisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. b. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka. c. Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi. d. Dengan objek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacammacam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi.
- Roestriyah (2001: 85) tujuan teknik ini adalah dengan melaksanakan field trip diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran. Selain itu dengan metode ini akan membuat siswa lebih nyaman dan senang ketika pembelajaran berlangsung dan dapat melatih siswa untuk menggunakan waktu secara efektif.
- Sagala (2006: 214) Field trip merupakan pesiar (ekskursi) yang digunakan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
- Sagala (2006: 214) field tripadalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Dengan field trip sebagai metode belajar mengajar, anak didik di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar.
- Sagala (2006: 215) Metode field trip mempunyai beberapa kebaikan, antara lain ialah 1) anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beragam dari dekat, 2) anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan, 3) anak didik dapat menjawab masalahmasalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba, atau membuktikan secara langsung, 4) anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan on the spor dan, 5) anak didik dapat mempelajari sesuatu secara interna l dan komprehensif.
- Sagala (2006: 61) pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru.
- Semi (1993: 32) narasi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarah sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.
- Semi (1993: 36) Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu.
- Semi (1993: 42) beberapa ciri tanda penulisan atau karangan deskripsi yaitu: a. Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek. b. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas. c. Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata (diksi) yang menggugah. d. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya benda, alam, warna, dan manusia. e. Organisasi penyampaian lebih banyak menggunakan susunan paparan terhadap suatu detail.
- Semi (1993: 42) Menulis Efektif deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Bagaimana mereka ikut melihat atau mendengar merasakan atau mengalami sendiri secara langsung objek tersebut.
- Semi (1993: 47) menyatakan menulis sebagai tindakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang atau grafem.
- Semi (1993: 5) terdapat empat bentuk pengembangan tulisan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Sementara itu.
- Soedarso (1989: 4) Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisahpisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan.
- Soedarso (1989: 84) Membaca skimming (sekilas) adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok.
- Soedarso (1989: xiv-xv) Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan.
- Sudirman et al (1991: 219) gambar yang baik sebagai sumber belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut, yaitu: 1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu. 2. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian. 3. Merangsang orang yana melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek – obyek dalam gambar. 4. Berani dan dinamis. 5. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.
- Sudirman et al (1991: 220) Peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu: 1. Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar. 2. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar. 3. Dapat membantu daya ingat siswa (retensi). 4. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain.
- Suhardjono (dalam Arikunto, 2007: 58) Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.
- Suhendar (1992: 27) Membaca pemahaman ialah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai.
- Sukardi (1987: 105) Apabila membaca buku itu diwajibkan untuk mengulang berkali-kali maka akan terbentuklah kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca akhirnya akan menimbulkan kegemaran membaca.
- Sumarlam (2003: 210) wacana deskripsi pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yang memaparkan atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya pengalaman yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pembaca atau pendengar merasa seolah-olah ia mengalami atau mengetahuinya secara langsung.
- Suriamiharja et al (1996: 25) Dalam memilih kata itu harus diberikan dua persyaratan pokok yaitu (1) Ketepatan (2) Kesesuaian.
- Suriamuharja (1996 : 48) Paragraf baik dan efektif harus memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1) Kohesi (Kesatuan) ; (2) Koherensi (Kepaduan) ; dan (3) Pengembangan/Kelengkapan paragraph”.
- Suryamiharja et-al (1996: 38) Kaliamat efektif dalam bahasa tulis, haruslah memiliki unsur – unsur: 1. Dapat mewakili gagasan penulis; 2. Sanggup menciptakan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.
- Susiamiharja (1997: 10) secara lebih terang menyatakan bahwa tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan.
- Tambubolon (1987: 5) Kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu: a. Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening Skills); b. Keterampilan berbicara (Speaking Skills); c. Keterampilan membaca (Reading Skills); d. Keterampilan Menulis (Writing Skills).
- Tambubolon (1987: 7) Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan.
- Tampubolon (1987: 229) Kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang (dari segi kemasyarakatan, kebiasaan adalah kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat.
- Tarigan (1979: 1) Membaca merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.
- Tarigan (1979: 10) Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri. Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu: 1) Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca. 2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal. 3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.
- Tarigan (1979: 11-12) Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup: a) Pengenalan bentuk huruf b) Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain). c) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis). d) Kecepatan membaca bertaraf lambat. 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup: a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal). b) Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca). c) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
- Tarigan (1979: 244) Kemampuan membaca ditentukan oleh faktor-faktor pokok yang berikut: 1) Kompetensi Kebahasaan Penguasaan bahasa (dalam hal ini bahasa Indonesia) secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokan kata. 2) Kemampuan Mata Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien. 3) Penentuan Informasi Fokus, yaitu menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca. 4) Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca, yakni cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah baca pilih, baca lompat, baca-layap, dan baca-tatap. 5) Fleksibilitas Membaca, yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca. Yang dimaksud dengan strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca, dan gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti keterbacaan. 6) Kebiasaan Membaca, yaitu minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara maksimal dalam diri seseorang.
- Tarigan (1979: 7) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
- Tarigan (1979: 7) Tujuan membaca adalah sebagai berikut: 1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). 2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). 3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). 4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). 5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). 6) Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate). 7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
- Tarigan (1983: 21) yang menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.
- Tarigan (1996: 48) Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah: 1. Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan. 2. Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan.
- Tarigan (1997: 210) mengemukakan bahwa mengarang melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa.
- Tarigan (dalam Agus Suriamiaharja, 1996: 1), mengembangkan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang – lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehinga orang lain dapat membaca lambang – lambing grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.
- Tarigan dan Sulistyaningsih (1996: 362) susunan karangan adalah wacana dibentuk oleh paragraf – paragraf, sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat – kalimat. Kalimat – kalimat yang membentuk palagraf itu haruslah merangkai, kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya harus berkaitan begitu seterusnya. Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh.
- Zainal Machmoed (dalam Nurgianto, 2001: 305) agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostic-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis.
Kontak: 081 333 052 032