Oleh I Ketut Mahaputra, I Nyoman Adijaya dan Ni Wayan Trisnawati [Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali].
ABSTRAK
Pengkajian dilakukan di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng pada bulan Desember 2004 di 4 kelompok tani dengan metode FRK. Pengambilan petani sampel secara simple random sampling. Sampel yang diambil adalah petani koperator dan non-koperator pada masing-masing kelompok tani dengan jumlah 10 petani koperator dan 10 petani non kooperator, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 80 orang petani. Adapun kelompok tani yang dimaksud adalah Kelompok Tani Abdi Pertiwi, Kelompok Tani Bumi Asih, Kelompok Tani Tirta Nadi dan Kelompok Tani Tunas Harapan Kita. Data yang diambil yaitu data usahatani dan luar usahatani dari bulan Desember 2003 sampai Desember 2004. Teknologi introduksi pada pengkajian lahan kering di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp. 3.898.382,- per hektar. Pengkajian dilahan kering sangat memungkinkan untuk tetap dikembangkan dilihat dari tambahan keuntungan yang diperoleh petani koperator yang besarnya 152%. Melihat perkembangan yang sedemikian besarnya, kegiatan pengkajian perlu diperluas agar mempunyai dampak yang lebih luas di masyarakat Kabupaten Buleleng khususnya di lahan kering.
Kata Kunci : Teknologi introduksi, pendapatan, lahan kering
PENDAHULUAN
Propinsi Bali yang memiliki lahan kering dengan luas 38,73% (± 218.119 ha) dari luas Propinsi Bali yaitu 563.286 ha, sebagian besar terletak di bagian timur dan utara pulau Bali (Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Buleleng). Rata-rata curah hujan untuk daerah ini berkisar antara 1.400 – 1.700 mm/tahun dengan musim penghujan yang pendek ± 4 bulan yang biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Februari (BPS, 2001 ; Suprapto, 2003). Periode hujan yang pendek sangat menghalangi petani dalam meningkatkan produktivitas usahataninya. Setelah semakin terdesaknya lahan produktif oleh sektor pariwisata, salah satu alternatif adalah dengan pengembangan lahan kering.
Peningkatan produktivitas pertanian sebenarnya dapat dicapai dengan menambah kuantitas dan meningkatkan kualitas sumberdaya tanah, modal, dan tenaga kerja dengan memperbaiki lingkungan fisik usahatani dengan menggalakkan penemuan atau penerapan teknologi baru atau meningkatkan tingkat ketrampilan petani. Nicholson (1991) menyatakan bahwa pengaruh kemajuan teknologi dalam proses produksi meliputi antara lain sebagai berikut: (1) kemajuan teknologi akan mempengaruhi penggunaan input secara proporsional, (2) teknologi akan menyebabkan penggunaan kapital menjadi lebih produktif, (3) teknologi meyebabkan penggunaan tenaga kerja menjadi lebih produktif. Ketiga jenis pengaruh teknologi tersebut terhadap penggunaan input akan menggeser fungsi produksi yang pada gilirannya akan berpengaruh pula pada tingkat penggunaan input (permintaan input) serta tingkat keuntungan (π) yang diperoleh petani.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam usaha peningkatan pendapatan masyarakat pada lahan kering, diantaranya adalah introduksi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem serta didukung sumberdaya potensi wilayah setempat. Teknologi yang diitroduksikan sangat perlu dilihat hasil dan manfaat diperoleh petani sebagai pengguna teknologi. Salah satu metode untuk mengetahui dan menilai (sebagai kontrol) kegiatan penelitian/pengkajian yaitu dengan jalan melakukan Farm record keeping (FRK). Evaluasi ekonomi dapat dilakukan sebelum suatu teknologi dilepaskan ke petani (ex ante evaluation) atau sesudah dilepaskan kepada petani (ex post evaluation), Banta dan Jayasurya (dalam Sumaryanto, 2004).
METODOLOGI
Pengkajian dilakukan di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng dengan metode FRK pada bulan Desember 2004 di 4 kelompok tani. Pengambilan petani sampel dilakukan secara simple random sampling. Sampel yang diambil adalah petani koperator dan non-koperator (with and without) pada masing-masing kelompok tani dengan jumlah ditetapkan, yaitu 10 petani koperator dan 10 petani non kooperator, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 80 orang petani. Adapun kelompok tani yang dimaksud adalah ; Kelompok Tani Abdi Pertiwi, Kelompok Tani Bumi Asih, Kelompok Tani Tirta Nadi dan Kelompok Tani Tunas Harapan Kita.
Dipergunakannya perbandingan (with and without) yaitu agar didalam melihat tambahan manfaat neto yang akan muncul dari teknologi yang diterapkan tidak mengabaikan perkembangan atau perubahan-perubahan produksi yang akan muncul apabila keduanya dalam situasi tanpa pengaruh teknologi (Gittinger,1986). Adanya faktor fisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat yang relatif sama memungkinkan pendekatan with and without.
Pendapatan usahatani dihitung dengan menggunakan rumus :
Pd = TR – TVC
Pd = (Q. Pq) – TVC
Perhitungan keuntungan merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani (Soekartawi, 1986). Lebih lanjut Jatileksono (Sufrianto, 2002) mengemukakan bahwa usahatani yang menguntungkan apabila penerimaan lebih besar daripada pengeluaran dalam berusahatani.
Suatu usahatani dikatakan berhasil bila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar, serta sarana produksi yang lain termasuk juga kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestariannya, Hadisapoetro (Suratiyah, 2003). Perhitungan keuntungan usahatani menggunakan suatu persamaan matematis :
π = TR – TC
TC = TFC + TVC
Keterangan :
Pd = Pendapatan petani
π = Keuntungan usahatani
TR = Total penerimaan dari usahatani
Q = Jumlah produksi
Pq = Harga per unit produksi
TC = Total biaya variable dan biaya tetap
Untuk mengetahui kontribusi pendapatan dari berbagai komoditas dihitung dalam persen dengan rumus :
Konti (%) = x 100 %
Keterangan :
Konti = Kontribusi pendapatan dari usahatani i
Pdi = Pendapatan dari usahatani ke i
TPd = Total pendapatan keluarga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kontribusi Sumber Pendapatan Terhadap Pendapatan Keluarga Petani.
Adapun hasil dari FRK pada kelompok tani yang ditampilkan adalah pendapatan keluarga petani yang meliputi pendapatan usahatani (on farm) dan pendapatan diluar usahatani (off farm dan non farm) pada masing-masing kelompok tani. Untuk Kelompok tani Abdi Pertiwi lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Sumber-sumber pendapatan rumah tangga erat hubungannya dengan penguasaan atas faktor-faktor produksi. Rata-rata pendapatan petani koperator Abdi Pertiwi adalah sebesar Rp. 7.951.445,- dengan sumbangan terbesar dari tanaman tahunan yaitu anggur sebesar 47,55% serta tanaman semusim yaitu tanaman pangan dan sayur kontibusinya terhadap pendapatan petani sebesar 28,07%, selanjutnya kembali tanaman tahunan mangga memberi kontribusi terhadap pendapatan sebesar 15,33%. Ternak pada petani kooperator memberi sumbangan sebesar 6,12%, terlihat cukup kecil sumbangan ternak pada pendapatan petani koperator. Hal ini bukan berarti sedikitnya jumlah ternak (populasi ternak) pada petani koperator, melainkan karena sudah tercukupinya kebutuhan petani dari kegiatan usahatani lain, sehingga ternak merupakan dana cadangan petani untuk bulan-bulan paceklik (saving).
Terlihat dalam satu tahun terakhir ini kepentingan rumah tangga petani sudah lebih banyak terpenuhi dari kegiatan usahatani. Kontribusi pendapatan dari luar usahatani hanya sebesar 0,73%, sehingga lebih besar persentase rumah tangga petani koperator yang menjadikan usahatani sebagai sumber pendapatan utama di lahan kering. Pada petani non-koperator rata-rata pendapatan rumah tangganya yaitu sebesar Rp. 3.576.591,-. Kontribusi terbesar adalah dari tanaman tahunan anggur sebesar 51,16%, pendapatan luar usahatani memberi kontribusi sebesar 14,42% yang lebih besar dari kontribusi usahatani tanaman semusim yaitu 12,68%. Pada petani non-kooperator sumber pendapatan sebagai buruh tani, perdagangan maupun jasa justru lebih banyak rumah tangga yang menjadikannya sebagai sumber pendapatan keluarga.
Tabel 1. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani Koperator dan Non-koperator Kelompok Tani Abdi Pertiwi per Luas Garapan, Kabupaten Buleleng, 2004
Komoditas |
Koperator |
Non Koperator |
||||||||
Luas (ha) |
Biaya (Rp) |
Pendapatan |
(%) |
Luas (ha) |
Biaya (Rp) |
Pendapatan (Rp) |
(%) |
|||
Saprodi |
T. Kerja |
(Rp) |
Saprodi |
T. Kerja |
||||||
MT I |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,472 |
253.310 |
739.625 |
1.169.565 |
|
0,267 |
102.875 |
349.750 |
347.375 |
|
|
0,005 |
7.338 |
12.125 |
40.538 |
0 |
|||||
|
|
|
|
0 |
0 |
|||||
MT II |
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
0 |
0 |
|||||
|
0,021 |
199.170 |
96.325 |
533.255 |
0,007 |
55.465 |
25.838 |
106.198 |
||
|
|
|
|
0 |
0 |
|||||
|
0,010 |
14.640 |
26.625 |
89.985 |
0 |
|||||
MT III |
|
|
|
|
||||||
B. Merah |
0,015 |
122.380 |
59.000 |
398.320 |
0 |
|||||
Jumlah |
|
|
|
2.231.663 |
28,07 |
453.573 |
12,68 |
|||
Tan. Tahunan: |
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
0,102 |
783.600 |
897.750 |
3.781.150 |
47,55 |
0,088 |
368.850 |
474.000 |
1.829.650 |
51,16 |
|
1.218.750 |
15,33 |
340.000 |
9.51 |
||||||
|
|
0,00 |
0,00 |
|||||||
|
|
0,00 |
0,00 |
|||||||
|
175.000 |
2,20 |
50.000 |
1,40 |
||||||
Ternak |
487.000 |
6,12 |
387.500 |
10,83 |
||||||
Luar UT |
57.882 |
0,73 |
515.868 |
14,42 |
||||||
Total |
7.951.445 |
100 |
3.576.591 |
100 |
Sumber : Data primer diolah
Secara umum dua kelompok tani terlihat adanya kecenderungan semakin berkurangnya sumber pendapatan dari usahatani tanaman pangan, hal tersebut sebagai akibat dari cara berpikir petani yang cukup rasional dalam meningkatkan pendapatannya yaitu dengan mengusahakan komoditas yang paling menguntungkan bagi petani, dalam hal ini usahatani tanaman anggur menjadi pilihan petani terlihat dari besarnya kontribusi tanaman anggur terhadap pendapatan petani.
Pada kelompok tani Bumi Asih untuk petani koperator dan non-koperator terlihat bahwa komoditas tanaman pangan rata-rata cukup bervariasi pada musim tanam I yang bertepatan dengan musim penghujan komoditas yang diusahakan relatif sama antara petani koperator dan non koperator namun dengan luasan yang berbeda, demikian halnya dengan musim tanam II atau awal musim kering, terkecuali pada musim tanam III (musim kering II) pada petani koperator masih dapat mengusahakan bawang merah dan tanaman anggur pada lahannya.
Tabel 2. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani Koperator dan Non-koperator Kelompok Tani Bumi Asih per Luas Garapan, Kabupaten Buleleng, 2004
Komoditas |
Koperator |
Non Koperator |
||||||||
Luas (ha) |
Biaya (Rp) |
Pendapatan (Rp) |
(%) |
Luas (ha) |
Biaya (Rp) |
Pendapatan (Rp) |
(%) |
|||
Saprodi |
T. Kerja |
Saprodi |
T. Kerja |
|||||||
MT I : |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,639 |
256.050 |
958.625 |
1.427.825 |
|
0,335 |
152.275 |
471.750 |
343.475 |
|
|
0,135 |
106.375 |
318.125 |
1.034.250 |
0,065 |
37.688 |
141.125 |
211.188 |
||
|
0,030 |
20.230 |
63.000 |
136.770 |
0,050 |
24.475 |
82.375 |
79.150 |
||
MT II |
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
0 |
|||
|
0,015 |
137.105 |
73.175 |
340.595 |
0,005 |
32.880 |
13.650 |
71.270 |
||
|
0,025 |
13.250 |
50.500 |
49.000 |
0,020 |
10.350 |
32.000 |
22.900 |
||
|
0 |
|
|
|||||||
MT III |
|
|||||||||
B. Merah |
0,016 |
143.390 |
53.338 |
337.223 |
0 |
|||||
Jumlah |
3.325.663 |
63,49 |
727.983 |
25,57 |
||||||
Tan Tahunan: |
|
|
|
|
||||||
|
0.045 |
346.950 |
372.000 |
686.050 |
13,10 |
0 |
0.00 |
|||
|
550.000 |
10,50 |
715.000 |
25,12 |
||||||
|
100.000 |
1,91 |
0 |
0,00 |
||||||
|
0 |
0,00 |
0 |
0,00 |
||||||
|
0 |
0,00 |
0 |
0,00 |
||||||
Ternak |
187.000 |
3,57 |
365.000 |
12,82 |
||||||
Luar UT |
389.000 |
7,43 |
|
1038.648 |
36,49 |
|||||
Total |
5.237.713 |
100 |
2.846.630 |
100 |
Sumber : Data primer diolah
Rata-rata pendapatan rumah tangga petani koperator adalah sebesar Rp. 5.237.713,-. Kegiatan usahatani tanaman pangan dan sayuran, memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan keluarga petani dari pada sumber pendapatan lainnya. Pada Tabel 2, terlihat bahwa petani koperator sebanyak 63,49% dari total pendapatan keluarga petani berasal dari usahatani tanaman pangan dan sayuran, sedangkan yang lain bersumber dari tanaman anggur, mangga dan kelapa sebesar 25,51%. Ternak petani lebih banyak berupa saving, penjualan pada tahun ini rata-rata Rp. 187.000,- dan hanya sebesar 3,57% berkontribusi terhadap pendapatan keluarga petani, selebihnya dari luar usahatani seperti buruh tani, buruh bangunan dan pedagang 7,43%.
Sebaliknya pada petani non koperator dengan pendapatan petani sebesar Rp. 2.846.630,- justru kontribusi terbesar adalah dari pendapatan luar usahatani yaitu 36,49% termasuk yang bersumber dari jasa seperti sopir angkutan umum. Usahatani tanaman pangan dan sayuran relatif sama dengan tanaman tahunan dengan kontribusi sebesar 25%, sedangkan dari ternak mempunyai kontribusi yang lebih besar dari petani koperator yaitu 12,82%. Penjualan ternak terbesar terjadi pada saat hari raya dan tahun ajaran baru sekolah anak-anak. Ternak petani dalam hal ini merupakan dana cadangan untuk kepentingan hal tersebut diatas.
Kelompok tani Tirta Nadi (Tabel 3) komposisi pendapatan petani koperator hampir sama dengan kelompok tani Abdi Pertiwi dimana dengan rata-rata pendapatan Rp. 7.102.043,- .Kontribusi terbesar adalah dari tanaman tahunan anggur yaitu sebesar 36,37%, dari tanaman pangan dan sayur sebesar 27,98%.
Tabel 3. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani Koperator dan Non-koperator Kelompok Tani Tirta Nadi per Luas Garapan, Kabupaten Buleleng, 2004
Komoditas |
Koperator |
Non Koperator |
||||||||
Luas (ha) |
Biaya (Rp) |
Pendapatan (Rp) |
(%) |
Luas (ha) |
Biaya (Rp) |
Pendapatan (Rp) |
(%) |
|||
Saprodi |
T. Kerja |
Saprodi |
T. Kerja |
|||||||
MT I |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,525 |
257.860 |
867.375 |
1.019.765 |
|
0,425 |
146.600 |
604.125 |
604.275 |
|
|
0,002 |
2.175 |
6.063 |
6.763 |
|
|||||
|
0,010 |
8.875 |
16.375 |
24.750 |
0,080 |
30.775 |
126.250 |
130.725 |
||
MT II | ||||||||||
|
0,085 |
31.550 |
134.500 |
228.950 |
||||||
|
0,018 |
135.690 |
74.608 |
311.703 |
||||||
|
|
|
|
|
|
0,235 |
90.300 |
235.688 |
750.263 |
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
MT III |
|
|
|
|
|
|
||||
B. Merah |
0,016 |
129.910 |
42.975 |
395.565 |
|
|||||
Jumlah |
|
|
|
1.987.495 |
27,98 |
1.485.263 |
42,09 |
|||
Tan. Tahunan : |
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
0,075 |
653.550 |
588.750 |
2.582.700 |
36,37 |
0,050 |
237.000 |
252.750 |
382.250 |
10,83 |
|
1.235.000 |
17.39 |
380.000 |
10,77 |
||||||
|
|
0,00 |
0,00 |
|||||||
|
300.000 |
4,22 |
100.000 |
2,83 |
||||||
|
475.000 |
6,69 |
125.000 |
3,54 |
||||||
Ternak |
315.000 |
4,44 |
492.500 |
13,96 |
||||||
Luar UT |
206.848 |
2,91 |
|
563.873 |
15,98 |
|||||
Total |
7.102.043 |
100 |
3.528.886 |
100 |
Sumber : Data primer diolah
Petani non-koperator dengan pendapatan sebesar Rp. 3.528.886,-, kontribusi terbesar justru dari tanaman pangan jagung dan kacang tanah sebesar 42,09%. Seperti halnya petani non-koperator pada kelompok lain pendapatan dari luar usahatani juga memberi andil yang cukup besar yaitu sebanyak 15,98% dari total pendapatan rumah tangga petani.
Kelompok Tani Tunas Harapan Kita, petani koperator maupun non-koperator pendapatan yang bersumber dari luar usahatani memberi kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga petani. untuk petani koperator dengan pendapatan rata-rata Rp. 4.460.364,- kontribusi pendapatan luar usahatani dengan kontribusi pendapatan dari tanaman pangan dan sayur relatif sama yaitu masing-masing sebesar 31,44% dan 32,28%, selebihnya adalah dari tanaman tahunan dan ternak (Tabel 4).
Tabel 4. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani Koperator dan Non-koperator Kelompok Tani Tunas Harapan Kita per Luas Garapan, Kabupaten Buleleng, 2004
Komoditas |
Koperator |
Non Koperator |
||||||||
Luas (ha) |
Biaya (Rp) |
Pendapatan (Rp) |
(%) |
Luas (ha) |
Biaya (Rp) |
Pendapatan (Rp) |
(%) |
|||
Saprodi |
T. Kerja |
Saprodi |
T. Kerja |
|||||||
MT I | ||||||||||
|
0,355 |
162.935 |
564.375 |
832.690 |
0,288 |
137.375 |
422.250 |
412.875 |
||
|
||||||||||
|
||||||||||
MT II | ||||||||||
|
0,020 |
8.650 |
31.750 |
49.600 |
||||||
|
0,013 |
119.445 |
51.888 |
286.893 |
||||||
|
0,020 |
11.800 |
43.000 |
45.200 |
||||||
|
||||||||||
MT III | ||||||||||
B. Merah |
0,012 |
105.370 |
45.450 |
225.305 |
||||||
Jumlah |
1.439.688 |
32.28 |
412.875 |
13,50 |
||||||
Tan. Tahunan : | ||||||||||
|
0,018 |
163.350 |
113.250 |
773.400 |
17.34 |
0 |
0,00 |
|||
|
390.000 |
8.74 |
127.500 |
4,17 |
||||||
|
0 |
0.00 |
0 |
|||||||
|
0 |
0.00 |
0 |
|||||||
|
0 |
0.00 |
0 |
|||||||
Ternak |
455.000 |
10.20 |
389.500 |
12,73 |
||||||
Luar UT |
1.402.277 |
31.44 |
2.129.026 |
69,60 |
||||||
Total |
4.460.364 |
100 |
3.058.901 |
100 |
Sumber : Data primer diolah
Petani non-koperator justru pendapatan luar usahatani memberi kontribusi paling besar yaitu 69,60% dari rata-rata pendapatan petani sebesar Rp. 3.058.901,-. Sumber pendapatan dari tanaman pangan jagung dan ternak hampir sama yaitu sebesar 13,50% dan 12,73%, sehingga ternak disini lebih kepada cadangan dana untuk kepentingan rumah tangga. Selebihnya sumber pendapatan yaitu dari tanaman tahunan mangga hanya sebesar 4,17%. Terlihat disini bahwa untuk petani non-koperator pendapatan luar usahatani menjadi sumber pendapatan yang utama, meliputi : buruh tani, tukang ataupun buruh bangunan serta jasa lainnya.
Analisis Usahatani Petani Koperator dan Non-koperator
Secara umum teknologi introduksi yang diterapkan meliputi tanaman pangan, sayur serta tanaman tahunan anggur. Untuk melihat tambahan nilai penerimaan dari petani koperator secara keseluruhan, maka analisis hanya dilakukan terhadap komoditas jagung, bawang merah, cabai, kacang tanah, kacang panjang dan tanaman anggur. Dari 4 kelompok tani tersebut baik koperator maupun non koperator dapat dilihat penerimaan maupun pengeluaran berbagai komoditas yang diusahakan dalam bentuk nilai produksi per hektar dalam satu tahun. Untuk lebih jelasnya terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Teknologi Introduksi di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, 2004 (Rp/ha/th)
Uraian |
Koperator |
Non-koperator |
|
||
|
1.578.199 |
789.685 |
|
2.331.209 |
1.757.233 |
|
||
|
750.000 |
750.000 |
|
703.693 |
458.445 |
|
5.363.101 |
3.755.363 |
|
11.821.296 |
6.315.176 |
|
7.208.195 |
3.309.813 |
|
6.458.194 |
2.559.812 |
B/C ratio |
1,20 |
0,68 |
Incremental B/C |
3,42 |
|
Keuntungan Tambahan (Rp) |
3.898.382 |
Sumber : Data primer diolah
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa dengan diadopsinya teknologi baru (teknologi introduksi), terjadi perubahan berupa tambahan variabel cost yang harus disediakan petani, yaitu :
- Penggunaan tenaga kerja sebesar Rp. 573.976,-/ha Hal ini adalah karena pada penerapan teknologi introduksi diperlukan tenaga kerja lebih intensif terutama pada pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit tanaman serta pasca panen. Tenaga kerja pria, wanita, anak-anak dan ternak dikonversikan ke setara pria yaitu 8 jam/HOK dengan tingkat upah per HOK sebesar Rp. 15.000,-
- Penggunaan sarana produksi pupuk kimia ataupun pupuk kandang, pestisida yang lebih banyak serta pembelian benih dari berbagai komoditas yang diusahakan dalam satu hektar mengakibatkan biaya yang diperlukan juga bertambah.. Tambahan biaya yang diperlukan sebesar Rp. 788.514,-
- Bunga kredit yang dibayarkan juga lebih besar yaitu Rp. 245.248,- Dalam hal ini bunga kredit sebesar bunga Bank yang berlaku yaitu 18% per tahun dari modal lancar yang dipakai (saprodi dan tenaga kerja).
Secara keseluruhan tambahan biaya yang dikeluarkan diimbangi dengan tambahan nilai produksinya yaitu sebesar Rp. 5.506.120,- dengan B/C ratio 1,2. Penerapan teknologi pada usahatani di daerah penelitian juga berpengaruh nyata terhadap penerimaan petani, dimana untuk setiap Rp. 1,- tambahan biaya yang dikeluarkan pada berbagai usahatani yang dilakukan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp. 3,42,- (Incremental B/C Ratio). Hal ini berarti penerapan teknologi berbagai macam komoditas pada petani cukup layak untuk dilaksanakan pada lahan kering.
Dalam melihat kemampuan ekonomi suatu teknologi baru dapat diterima oleh petani, salah satu tolak ukur yang dipakai adalah penerimaan bersih (profit) usahatani harus 30% lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi petani (Malian, 2004). Dari Tabel 5, didapat bahwa tambahan keuntungan sebesar Rp. 3.898.382,- yang berarti terjadi peningkatan sebanyak 152%, sehingga penerimaan bersih (profit) petani diterima, maka pengkajian di daerah penelitian dapat diarahkan menuju kelayakan teknologi.
KESIMPULAN DAN SARAN
- Teknologi introduksi pada pengkajian lahan kering di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp. 3.898.382,- per hektar.
- Pengkajian dilahan kering sangat memungkinkan untuk tetap dikembangkan dilihat dari tambahan keuntungan yang diperoleh petani koperator sebanyak 152% yaitu sebesar Rp. 3.898.382,-.
- Melihat perkembangan yang sedemikian besarnya, kegiatan pengkajian perlu diperluas agar mempunyai dampak yang lebih luas di masyarakat Kabupaten Buleleng khususnya di lahan kering.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2002. Buleleng Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng.
Gittinger, J.P, 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Malian, A.H, 2004. Analisis Ekonomi Usahatani dan Kelayakan Finansial Teknologi Pada Sakala Pengkajian. Makalah. Pelatihan Analisa Finansial dan Ekonomi Bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisnis Wilayah. Pusat Penelitian dan Pengembanganm Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta
Nicholson, W. 1999. Teori Ekonomi Mikro. Prinsip Dasar dan Pengembangannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sumaryanto, 2004. Survey dan Farm Record Keeping. Makalah. Pelatihan Analisa Finansial dan Ekonomi Bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisnis Wilayah. Pusat Penelitian dan Pengembanganm Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Soekartawi, A. Soehardjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Usaha tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sufrianto. 2002. Studi Komparatif Berbagai Pola Tanam Lahan Kering di Kecamatan Binuang Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Tesis S2 Program Studi Ekonomi Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan)
Suprapto, Adijaya, R. Yasa. 2003. Pengkajian Sistem Usaha Tani Agribisnis Tanaman dan Ternak di Lahan Marginal. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian
Suratiyah, K. 2003. Usaha tani. Diktat. Diterbitkan Untuk Kalangan Sendiri. Program Studi Agribisnis. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.