Derai air matanya perlahan terhenti saat dia mendengar suara langkah kaki seseorang dari luar kamar. Dia tidak mau ada satu orang pun yang melihatnya sedang menangis dalam setiap doa dan sujudnya. Karna dia tidak ingin ada satu orangpun yang tau kemesraannya dengan sang Khalik, dan dia merasa terganggu jika ada orang di dalam kamarnya saat iya sedang bersujut pada-Nya. Dia segera membereskan alat shalatnya, Sebelum Rini teman satu kostnya mengetuk pintu kamar.
Senja itu senja yang amat indah, senja yang dapat membrikan ketenangan dan memunculkan inspirasi bagi Kazna untuk menuangkan segala pandangannya terhadap dunia yang dia pijak. Kazna adalah seorang gadis yang misterius bagi sbagian temanya. dia adalah sosok manusia yang sangat cuek, jarang bersosialisasi, dan tidak banyak bicara. Tapi sekali bicara orang mengatakan kata-katanya sangatlah pedas. Kazna memang tak pandai merangkai kata service Lips (basa-basi) dia selalu to the point, tidak pernah membuang waktunya untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting. Tapi bagi orang yang kenal betul siapa Kazna, menurutnya Kazna adalah sosok yang periang, dewasa, dapat dijadikan teman Curhat yang sangat baik.
Ya,,, Kazna adalah orang yang sangat tertutup, tapi sekali dia mengenal baik seseorang dia akan menjaga hubungan baiknya dengan orang tersebut dan sangatlah terbuka. Dalam hari-harinya ia habiskan untuk membaca dan menulis. Ketertarikannya pada Novel tumbuh sejak dia SMP, dan saat SMA kecintaannya pada Novel semakin menjadi-jadi. Kazna mulai gemar menulis saat dia Baru kelas II SMA. Seorang tokoh novel terkenal menginspirasinya untuk menulis. Kaznah sangat menyukai karya-karyanya. di setiap Novelnya banyak kata-kata puitis yang menusuk kalbu, menyentuh nurani, dan membuatnya melayang. Dia seakan berada didalam cerita itu saat dia membacanya, sangat menghayati apa yang ia baca. Ada kutipan kata-kata yang masih membekas hingga sekarang
” Batinku tidak membatu tapi ia seperti Batu yang kukuh dan tegar di hantam badai dan gelombang dalam jiwa yang sunyi. ya,,, kegagalan, kegalauan, keputusasaan, dan pesimistis tidak akan pernah Mengancan jiwa yang kukuh. Likuan yang bertabur kamboja pun tidak boleh bermain dalam hati dan pikiranku. karena yang lalu adalah kenangan yang menjadi nostalgia dalam tawa bahagia maupun derita yang membahana. Saat ini adalah kenyataan yang harus di hadapi dengan komitmen sejati dalam hati dan hari esok adalah harapan yang tiada pasti”.
Kazna menerawang jauh kelangit seketika ia di hadapkan pada sesosok wajah yang benar-benar ia rindukan. ” ya…tuhan bagai mana kabarnya, apakah dia masih ingat padaku?”. Gumam Kazna nyaris tidak terdengar. dia teringat pada sahabat karibnya yang sangat ia sayangi, “sedang apakah dia sekarang?”. Berjuta nostalgia masa-masa bersejarah di waktu SMP menggelayuti fikirannya. Dan yang tak pernah ia lupakan adalah seorang temannya yang sangat ia kagumi yang sangat cakap dalam berbicara, yang pernah melantunkan lagu dari Ungu yang dapat membuat hatinya bergetar “menatap indahnya senyuman di wajahmu membuatku terdiam dan terpaku mengerti akan hadirnya cinta terindah,,,,,,,”. Suara merdunya masih terekam jelas dalam gendang telinganya.
Kaznah rindu masa-masa SMPnya dan saat-saat indah bersama teman-temannya, tertawa bersama, menangis bersama, bertingkah semaunya dengan gaya sok okey. Dan Dikala MABIT (Malam Binaan Iman dan Taqwa). Disaat menangis bersama mengingat dosa-dosa yang telah mereka lakukan dan berbaris mengantre meminta maaf pada guru-guru dengan deraian air mata yang tulus membasahi wajah-wajah yang penuh rasa penyesalan.
Tak terasa air matanya jatuh mengingat seluruh sejarah hidupnya, bersama teman-teman seperjuangan. “ Bagaimana keadaan mereka …?”. Hatinya terus bertanya-tanya. Bumi seakan mengerti betapa rindunya Kazna kepada teman-temannya. Hatinya lelah memikirkan semua itu , dia berinisiatif untuk mengambil air wudhu dan segera mendirikan salat maghrib.
Dalam setiap sujud dan rukuknya dia selalu berdoa semoga teman-temannya dilindungi oleh Allah. Selesai salat dan mempersmbahkan secangkir doa, segelas dzikir Kazna bergegas ke meja belajarnya dan mengukir secarik kertas dengan tinta emas , menggoreskan sesuatu tentang perasaannya . dia tuangkan dalam bait-bait syair. Meskipun dia tahu kata-katanya tak seindah kata-kata para pujangga yang sangat pandai merangkai kata-kata.
Sabtu itu dia bebas dari Mata kuliahnya. Dia bosan dalam kehidupannya yang monoton tiada perubahan. Pulang kuliah, istirahat, pergi mencari makan begitu seterusnya. Hari itu dia akan menjelajahi kota. Mencari warna warni lukisan alam menghapus kebosanan dalam dirinya. Dia menyusuri jalan seorang diri, dia memakai ransel dan membawa sebuah ponsel untuk mengabadikan sesuatu yang menurutnya menarik untuk di dokumentasikan.
Ditengah keramaian kota dia mendengar seseorang memanggil namanya “Kaznaaaaaaaaaaaaaa,,,” orang itu sampai tiga kali menyebut namanya sampai akhirnya Kazna menoleh kearahnya. “Heiii ,,,!”. Orang itu melambaikan tangannya. Ternyata dia adalah Kesya Teman semasa SMA dan SMPnya. “hey bagai mana kabarmu ,,?”. Tanya Kazna , “baik-baik saja…”. Jawab Kesya. Setelah lama berbincang , pertanyaanpun meluncur dari mulut Kesya yang membuat jantung Kanza seakan berhenti berdetak “ kamu tahu tidak Dhinar teman kita sewaktu SMP, dia telah meninggal karna kecelakaan sewaktu dia akan mendaftar ke perguruan tinggi, tepatnya sebulan yang lalu”. kata Kesya menceritakan. Mata Kazna terbelalak mendengar cerita Kesya,, dia seakan mati rasa. Ya… sahabat yang sangat dia rindukan ternyata telah tiada meninggalkannya. Dia sangat terpukul mendengar itu semua, tapi dia tak mampu meneteskan air mata. Hatinya sedang galau tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Malam kelabu tanpa bintang, bulanpun enggan muncul. Malam itu malam yang sangat menyedihkan bagi Kazna. Seusai shalat dan membaca Al-Qur’an dia berharap pikirannya akan jernih tapi,, tetap saja dia tidak bisa mengusir rasa sedih di hatinya. Dia beranjak dari tempat tidurnya menuju meja dan memutar sebuah radio untuk mengusir rasa sedih di hatinya. Ini cara Kazna untuk menghilangkan rasa sedihnya jika semua cara tidak mempan inilah cara terakhir. Tapi sebuah lagu membuat tangisnya pecah dan semakin kencang. Sahabat dari Nidji yang mengingatkannya pada sahabatnya itu, dulu mereka menyanyikannya lagu itu bersama di sebuah jembatan depan sekolah yang mrnghubungkan sungai dan sawah.
Disitulah tempat nongkrong favoritnya. Setelah itu Lagu dari bondan-Rhyme In Peace melantun, tanpa sadar Kazna ikut menyanyi sambil meneteskan air mata yang mulai berkurang “ hari-hari yang kan ku jalani kini semua kan terasa sunyi walau hampa pasti ku hadapi ku ucapkan selamat jalan……. slamat jalan teman, semoga kau tenang semua canda tawa bayangmu takkan pernah hilang dalam setiap langkah, kau slalu ada sampai kini ku tak percaya kau telah tiada. Mungkin batu nisan pisahkan dunia kita namun ambisimukan kujaga slalu membara
gapailah doa yang slalu kubaca menemani langkahmu menuju singgasana surga”.
Ya…..selamat tinggal sahabatku tidur yang lelap mimpi yang indah slamat jalan. Kata Kazna dalam hatinya.
Kazna berusaha untuk selalu tenang dan menerima kenyataan ini sebagai sesuatu yang terbaik yang telah digariskan oleh Allah kepadanya. Dia hanya bisa berdoa semoga Dhinar bahagia disana.
Persahabatan tidak akan pernah mati
Walau kau telah mati
Persahabatan kita akan kekal abadi
Walau kau tlah di pangkuan Ilahi
By: Nurdiana Cholidah
(Malang – Probolinggo)