Oleh Shoimatul Ula.
S |
emilir angin di senja itu ternyata cukup mampu membuat suasana galau hati Anindita menjadi luruh. Rasa lelah yang sedari tadi menyengat tubuhnya kembali hilang dan berganti sejuk setelah ia menikmati angin senja di tepian pantai yang letaknya sekitar dua kilometer dari rumahnya. Kebiasaan menghirup angin segar di tepi pantai itu sering dilakukan Anindita ketika ia telah letih oleh kesibukan sehari-harinya. Anindita adalah seorang karyawan di sebuah stasiun radio yang telah lama menjadi mitra kerja pemerintah daerah.
Stasiun radio tempat Anindita bekerja, sehari-seharinya selalu menyiarkan beberapa kegiatan dan program kerja pemerintah daerah. Walikota sangat mendukung keberadaan radio itu, bahkan juga men-suplay beberapa hal vital yang menentukan keberlangsungan nafas sang radio. Meskipun anggaran untuk radio itu tidak sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah daerah, tapi sang Walikota sebenarnya juga sudah ada rencana untuk menjadikan stasiun radio itu sebagai milik pemerintah daerah sepenuhnya. Ada keinginan dari Walikota bahwa radio itu nantinya akan benar-benar menjadi kaki tangan pemerintah daerah, sehingga semua program acara yang berlangsung harus berkaitan dengan pemerintah daerah dan tentunya harus mendapat acc dari sang Walikota. Hal itu juga akan berujung pada status semua karyawan radio. Dari karyawan swasta biasa, menjadi pegawai honorer pemerintah daerah, atau juga bisa saja menjadi pegawai negeri sipil daerah.
Pimpinan, para staf dan seluruh karyawan radio itu sangat menyambut baik keinginan Walikota. Meskipun mereka masih belum tahu, kapan pastinya keinginan itu akan terwujud. Wajar saja, siapa yang tidak mengharapkan menjadi pegawai pemerintah daerah, meski hanya sekedar honorer. Apalagi pegawai negeri sipil. Sebuah status yang selalu saja menjadi incaran dan rebutan semua warga di negeri yang gemah ripah lohjinawe ini.
“Dita, dipanggil Pak Dody di ruangannya nanti selesai jam siaran!” ucap Hendra yang baru saja keluar dari ruang siar. Dita hanya mengangguk dan segera menuju ruang siar, menggantikan Hendra.
Hendra selalu stand by di dekat Pak Dody setiap waktu kerja. Maklumlah, Hendra adalah staf pribadi sekaligus sekretaris umum di radio itu. Jadi, apapun agenda Pak Dody, Hendra lah yang mengaturnya.
“Ninety nine point nine MUARA FM! Kembali, selama enam puluh menit ke depan, Dita bakalan temani pendengar MUARA, juga menghadirkan single-single terbaru sekaligus informasi terhangat. Sebagai singgle pembuka, kita dengerin bareng, hits menarik yang satu ini . . . “ Dita mulai menjalankan tugas rutin, menyapa semua pendengar setianya. Memandu program acara musik asik di siang hari.
Pak Dody terlihat memperhatikan Anindita yang masih on air sebelum kemudian ia memasuki ruangannya kembali. Membaca berkas-berkas yang sudah ada dan menumpuk di meja kerjanya.
“Selamat siang, Pak!” sapa Anindita setelah mengetuk pintu dan Pak Dody mempersilahkannya masuk.
“Siang!” jawab Pak Dody seraya menunjukkan jemari kanannya pada sebuah kursi dihadapan mejanya. Mempersilahkan Anindita duduk persis berhadapan dengannya. Percakapan serius pun berlangsung antara keduanya. Cukup lama Anindita berada dalam ruangan tersebut, harus memperhatikan setiap kata yang terlontar dari mulut Pak Dody.
“Saya harap kamu bisa mengerti dengan hal ini. Dan saya yakin kamu bisa mengemban tugas dan sekaligus masalah kita. Karena hal ini tidak hanya menyangkut dirimu saja, tapi juga MUARA FM!” ucap Pak Dody sebelum mengakhiri pembicaraan.
Anindita sudah sangat memahami dan segera mohon diri.
“Sepertinya impian kita untuk menjadikan MUARA FM ini murni milik pemerintah kota akan segera terwujud!” Bagas membuka percakapan ditengah-tengah jam makan siang.
“Ya, dan kita semua bakal resmi jadi pegawai pemerintah kota!” jawab Lila sumringah. Hanya Anindita yang tampak murung diantara mereka.
Hendra yang mengetahui suasana hati Anindita itu pun angkat bicara. “Kebijakan itu membuat satu teman kita stress, Guys!”
“Maksudnya?” tanya Bagas.
“Karena kebijakan itu, MUARA FM harus memenuhi target jumlah pegawai yang ditentukan pemerintah kota. Itu artinya, MUARA FM harus siap melepas salah satu karyawannya. Dan keputusan para direksi, jatuh antara melepas Anindita atau Saskia.”
“Terus apa kebijakan direksi?” Lila masih ingin tahu lebih dalam. Hendra yang sudah menjadi orang kepercayaan Pak Dody itu pun menjelaskan dengan rinci dan sejelas mungkin.
“Wah, kalau Aninidita dan Saskia harus berkompetisi dengan membuat proposal kegiatan dan program siar seperti yang diharapkan Pak Dody, aku yakin pasti Anindita yang akan terpilih dan dipertahankan MUARA FM!” Ujar Bagas yakin.
“Ya! That’s right! Aku juga yakin” seru Hendra dan Lila hampir bersamaan. Sementara Anindita masih terlihat kalut dan kusut. Ia masih kurang begitu yakin akan mampu memenangkan kompetisi membuat proposal kegiatan itu, karena waktunya sangat sempit, cuma lima hari. Tapi demi mempertahankan pekerjaan yang benar-benar telah dicintainya itu, Anindita pun sadar bahwa ia harus benar-benar berusaha sekuat nadinya.
“Sudah dong Dit, kami yakin kamu pasti bisa menang dalam kompetisi membuat proposal kegiatan dengan Saskia itu. Dan kamu lah yang pastinya akan tetap bertahan di MUARA FM!” Lila mencoba menghibur dan meyakinkan Anindita yang masih bermuka kuyu.
“Iya benar, Dit! Satu-satunya wanita paling kreatif, inovatif dan kritis di MUARA FM itu ya kamu. Semua orang juga paham hal itu. So, pasti kamu yang akan tetap berada di MUARA FM! Kami semua mendukung kamu kok!” Bagas menimpali.
“Yoi, Man! Apalagi si Saskia itu gak bisa apa-apa! Kita tahu kan, Saskia itu sama sekali gak smart, dia cuma bermodal tampang aja. Sudah gak pinter, kecentilan pula! Kalian semua tahu sendiri kan, kalau dia itu bisa masuk MUARA FM yang seleksinya sangat ketat ini karena kerabatnya yang jadi ketua DPRD itu! Ih, jijay dech . . .!” Hendra mengungkapkan komentarnya.
Anindita yang sedari tadi hanya termangu, mulai tersenyum lagi setelah mendengar ucapan dari para sahabatnya itu. Anindita seperti mendapat suntikan tenaga dan semangat dari mereka. Keberadaan sahabat memang sangat membantu ketika hati sedang galau, risau dan kacau.
“Kapanpun kamu butuh bantuan kami, kami siap membantu kok! Kamu harus ingat Dit, bahwa kami selalu ada buat kamu! Jadi, jangan sungkan-sungkan lah sama kami!” ujar Hendara berusaha menghibur Anindita. Ucapan Hendra pun segera diamini oleh Bagas dan Lila. Mendapat suntikan support dari sahabat-sahabatnya itu pun Anindita semakin percaya diri dan bersemangat lagi untuk mendapatkan ide tentang kegiatan apa yang akan dia rencanakan dalam proposalnya nanti.
Sepulang dari MUARA FM, Anindita masih menyempatkan diri untuk mengunjungi pantai yang menjadi tempat favoritnya itu. Dari pantai yang letaknya tidak jauh dari rumahnya itu, Anindita banyak mendapatkan hal-hal positif, baik berupa semangat baru atau bahkan ide-ide segar. Terbukti, setiap kali Anindita berada di tepian pantai itu sekedar untuk menghabiskan waktu, ia sering mendapatkan semangat baru. Rasa letih, lelah dan suntuk seketika hilang bila Anindita telah menghirup angin senja di pantai itu. Lebih dari itu, ketika sedang dihimpit masalah atau sedang kalut dan butuh inspirasi, rasanya angin senja di pantai itu juga cukup membantu. Tiba-tiba saja Anindita mendapat ide-ide segar bahkan kreatifitasnya semakin terpacu setelah berdiam diri di tepian pantai dan menikmati sepoi angin senja pantai.
Entah apa yang menyebabkan pantai itu bisa menjadi tempat pelarian Anindita setiap kali dirundung masalah. Mungkin karena suasananya yang begitu damai dan segar. Atau karena sepoi angin yang menyejukkan, sehingga dapat membius jiwa Anindita untuk bisa lebih bersemangat lagi. Atau mungkin juga karena desiran ombak yang kemudian memicu hadirnya inspirasi-inspirasi baru. Atau mungkin bahkan karena perpaduan dari semua hal tersebut. Anindita sendiri pun tak mampu memahami, gerangan apa yang menjadi penyebab sehingga pantai itu seringkali mampu memberikan suasana segar dan memicu kreatifitasnya.
Senjapun semakin meraja. Sepoi angin ditepi pantai itu kian membuat Anindita merasa nyaman dan fresh saja. Tiba-tiba Anindita tergerak untuk menuliskan sesuatu. Diambilnya tas mungil yang selalu dibawanya serta ketika bekerja. Perlahan dibukanya resleting bagian depan tas warna coklat tua itu. Dikeluarkan sebuah buku kecil dan pena yang selalu menyertai Anindita kemanapun ia pergi.
Dengan penuh semangat, Anindita menuliskan beberapa hal yang tiba-tiba saja menghinggapi otak dan benaknya. Frekuensi menulisnya semakin lama semakin cepat. Mulanya ia menggambarkan sebuah konsep yang menjalar dalam nalar fikirnya. Lantas kemudian ia pun menumpahkan beberapa kata menjadi kalimat, lalu menjadi sebuah paragraf dan seterusnya. Begitulah seorang Anindita. Ketika sebuah ide segar muncul di kepalanya, ia tak akan menyia-nyiakannya. Segera ia tulis dalam buku catatan kecil yang selalu ia bawa kemanapun. Kalaupun pada waktu mendapatkan ide yang tiba-tiba itu kebetulan Anindita lupa membawa buku kecilnya, ia akan menuliskan dalam media apapun yang tersedia. Pernah ia menuliskan sebuah konsep dan mind mapping ide segar yang tiba-tiba lahir dari nalarnya itu di atas tisu saat ia makan siang di sebuah kedai di pinggir jalan.
Sesampainya di rumah, Anindita melanjutkan kembali merakit semua ide yang telah lahir dari otaknya saat berada di tepian pantai favoritnya itu. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf pun telah berhasil ia susun. Hingga akhirnya Anindita pun berhasil menelurkan sebuah proposal kegiatan sosial yang akan ia gunakan untuk mempertahankan statusnya sebagai karyawan di MUARA FM.
Tugas berat membuat proposal kegiatan sosial telah rampung, tinggal membuat satu lagi proposal program acara untuk MUARA FM yang juga akan digunakan untuk mempertahankan statusnya di stasiun radio itu. Seketika Anindita menggunakan semangat dan tenaganya yang tersisa untuk sekiranya dapat melahirkan sebuah konsep acara yang menarik, menantang dan tetap menghibur tentunya.
Dengan penuh keyakinan dan optimisme yang tinggi, ia pacu sistem kerja otaknya untuk dapat segera menghasilkan sebuah proposal program siar yang ia harapkan dapat menarik hati semua direksi MUARA FM.
“Take easy, Dit! Kami selalu mendoakan kamu. Good Luck!” ucap Lila yang terus menyemangati Anindita sesaat sebelum ia mempresentasikan proposalnya di hadapan semua direksi dan perwakilan Walikota. Saat itu Anindita harus bersaing dengan Saskia.
“Ya, kami yakin kamu yang akan tetap bertahan di MUARA FM!” sergah Hendra meyakinkan. Lagi-lagi, support dari sahabat sangat dibutuhkan dan bisa menjadi obat yang mujarab.
Proses presentasi pun dapat Anindita lalui dengan lancar dan nyaris tanpa cela. Penentuan dan keputusan direksi akan keluar dua hari kedepan. Masa menunggu itu pun membuat Anindita menjadi harap-harap cemas. Seperti biasa, Anindita menghalau rasa khawatir dan cemasnya itu dengan menikmati angin dan suasana senja di tepi pantai favoritnya.
“Dengan penuh penyesalan, dewan direksi menyampaikan rasa maaf karena kamu yang tidak bisa bertahan disini. Saskia yang dipilih oleh direksi!” ucap Pak Dody dengan wajah kuyu dan penuh rasa iba. Anindita hanya bisa menerima keputusan direksi dengan penuh rasa sabar meski ia menyimpan kekecewaan yang dalam. Semua sahabat Anindita pun seakan tak percaya bahwa Saskia lah yang memenangkan kompetisi itu dan Anindita harus tersingkir dari MUARA FM.
Belakangan Anindita baru tahu dari Hendra dan Pak Dody bahwa keputusan direksi itu adalah amanat dari Walikota. Saskia dipertahankan atas instruksi Walikota yang mendapat loby-loby dari kerabat Saskia yang menjadi ketua DPRD. Miris dan getir rasanya menghinggapi hati Anindita.
Rasa kecewa, miris dan getir hati Anindita semakin bertambah ketika Saskia lah yang akhirnya menjalankan program siar yang telah Anindita rancang dan bentuk dalam sebuah proposal itu.
Senja itu pun menjadi senja yang semakin kelabu bagi Anindita. Lagi-lagi, ia hanya bisa menumpahkan rasa kecewa hanya pada pantai favoritnya. Anindita kembali menikmati angin dan suasana pantai sembari membagi getir hati yang ia rasa di ujung senja.
*********
Created by:
Shoimatul Ula J
(pendidik di sekolah terpadu Taruna Dra. Zulaeha; Probolinggo-Jatim)
Jl. Wijaya Kusuma 35 Probolinggo Jatim
0888 0308 3941