BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA
BAGI SISWA SEKOLAH DASAR
MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS
Oleh :
ZULI ANDARWATI
1402204142
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran utama yang ada di Sekolah Dasar. Disamping mata pelajaran SAINS, PKPS dan Bahasa Indonesia, dimana alokasi waktunya cukup banyak.
Menurut Ruseffendi (1992), matematika sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu yang tidak hanya untuk matematika itu sendiri melainkan juga untuk ilmu-ilmu lainnya, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis sebagai aplikasi dari matematika. Jadi hampir semua mata pelajaran di sekolah dasar memerlukan perhitungan matematika, sehingga penguasaan masalah ini sangatlah penting.
Melihat pentingnya pelajaran matematika, maka hendaknya siswa dapat menguasai pelajaran ini dengan baik dan membutuhkan kecermatan, ketertiban dan kesabaran. Berdasarkan pengalaman penulis ketika mengadakan PPL II kemarin, ditemukan kesulitan pada siswa dalam pelajaran matematika khususnya operasi perkalian dengan cara bersusun. Menanggapi hal tersebut penulis termotivasi untuk mengangkat judul “Bimbingan Belajar Matematika Bagi Siswa Sekolah Dasar melalui Metode Pemberian Tugas” sebagai bahan pembuatan tugas akhir.
Sebagaimana kita ketahui bahwa peningkatan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Seperti yang diungkapkan Drs. Uzer Usman dalam Siti Undari Suproborini ( 2003 : 3 ), bahwa guru yang berkompetensi akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu mengelola kelasnya, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tingkat optimal.
B. Rumusan Masalah
Dalam menghadapi kesulitan belajar yang dihadapi siswa, guru hendaknya menggunakan pendekatan belajar melalui beberapa metode dalam mengajar. Salah satu metode yang digunakan antara lain metode pemberian tugas. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan belajar siswa serta dapat meningkatkan prestasi yang diperoleh siswa.
Untuk mempermudah pembahasan, penulis sederhanakan menjadi rumusan masalah di bawah ini :
- Apakah metode pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi hasil belajar matematika di Sekolah Dasar?
- Apakah metode pemberian tugas dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika?
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung.
- Meningkatkan prestasi hasil belajar matematika melalui metode pemberian tugas.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Belajar Matematika
Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu dedukatif yang mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen, coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain. Melainkan kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.
Ada beberapa teori belajar dalam proses pembelajaran matematika menurut beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Teori belajar menurut Bruner
Bruner dalam teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi bendabenda (alat peraga) ( Prof. E.T. Ruseffendi, S.Pd. 1992 : 109 )
Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Menggunakan objek-objek untuk dapat dimanipulasi siswa, sehingga akan dapat membantu siswa belajar sesuai tahap-tahap yang dikemukakan Bruner, yaitu :
– Tahap enaktif
Yang mana siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek. – Tahap ikonik
Tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasikan.
– Tahap simbolik
Tahap ini siswa memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya melainkan sudah mampu menggunakan notasi.
2. Teori belajar menurut W. Brownell
Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan pelajaran bermakna dan pengertian. Hal ini sesuai dengan teori Gestalt yang menyatakan bahwa latihan hafal (drill) sangat penting dalam kegiatan pengajaran yang diterapkan setelah tertanamnya pengertian ( Ruseffendi, 1992 : 117 )
Dengan demikian setiap konsep yang disajikan guru harus diberikan dengan pengertian, artinya siswa harus belajar bermakna, semua yang dipelajarinya harus dipahami sebelum sampai pada hafalan atau latihan yang sifatnya mengasah otak dan melatih ketrampilan, misalnya ketrampilan melakukan perkalian tentu saja dapat ditanamkan pada siswa Sekolah Dasar. Namun perlu diingat mereka perlu diberi pengertian lebih dulu, sehingga mereka paham terhadap arti perkalian dan sifat-sifatnya sebelum sampai pada latihan ketrampilan.
Matematika sendiri oleh beberapa ahli diartikan secara berbeda-beda, sampai sekarang tidak ada definisi matematika secara baku. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi matematika :
a. Menurut James dan James (1976) mengemukakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
b. Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
B. Hakikat Bimbingan Belajar
Seorang guru harus siap dengan tugasnya yaitu mengajar. Dalam pengertian mengajar, diartikan oleh Muhammad Ali dalam Siti Undari Suproborini ( 2003 ; 16 ) yaitu segala upaya yang sengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang telah dirumuskan. Dari pengertian diatas, maka guru sebagai pengajar harus mampu menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan siswa dapat memahami tentang apa yang diajarkan, sehingga dapat mencapai keberhasilan.
Bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Adapun fungsi dari bimbingan tersebut adalah :
- Mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik terutama dalam mengerjakan tugas dalam mengembangkan ketrampilan.
- Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.
- Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan pribadi ( Sunaryo Kardinata dkk, 2002 ; 50 – 51 ).
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Berdasarkan hakikat dan konsep matematika, penulis akan memberikan gambaran proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
Pembelajaran matematika di kelas rendah penerapannya difokuskan ke dalam hal yang bersifat konkrit. Sebagaimana dalam kurikulum 2004 mata pelajaran matematika yaitu kemahiran matematika mencakup penalaran, komunikasi dan pemecahan masalah. Karakteristik anak dibandingkan dengan karakteristik suatu kurikulum benar-benar berhubungan. Dengan kurikulum yang berifat statis dapat menyentuh dan mendorong respon anak secara aktif dan positif.
Untuk meningkatkan pembelajaran matematika, guru hendaknya menguasai karakteristik siswa dan karakteristik kurikulum yang telah tersusun. Dalam pengajaran matematika, siswa ditunjukkan benda konkrit sebagai media atau alat bantu dalam pengajaran. Pembelajaran ini dimaksudkan mengingat siswa di kelas rendah pola pemikirannya masih konkrit dan semua yang mereka peroleh harus nyata.
Begitu pula dengan pemahaman anak dalam belajar matematika. Dalam teorinya Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda. Teori tersebut sangat pas jika diterapkan guru dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya, sehingga dapat membantu pemahaman siswa.
Misalnya guru akan mengajarkan perkalian awal. Dengan menggunakan tahapan-tahapan menurut Bruner dapat diuraikan sebagai berikut :
Soal :
5 x 3 =
Untuk menyelesaikan soal tersebut, tahapan-tahapan yang harus dilakukan guru yaitu :
1. Guru menggunakan media / alat peraga berupa 5 kotak dan banyak kelereng.
- Salah satu siswa diminta memasukkan kelereng ke dalam kotak yang masing-masing kotak berisi 3 kelereng.
- Setelah semua terisi, semua kelereng dihitung dijadikan satu.
- Secara bersama-sama siswa menghitung jumlah kelereng dan menemukan hasilnya.
Dengan kegiatan tersebut, siswa mampu memahami secara nyata yang telah dipraktekkan, kemudian guru mengembangkan dengan gambar.
2. Guru meningkatkan pembelajaran dengan gambar
Setelah siswa mengerti, guru melanjutkan dengan notasi. 3. Guru mulai menggunakan bilangan
5 x 3 = . . . . .
= 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15
Dari contoh pembelajaran yang dipaparkan merupakan salah satu bentuk pembelajaran konkret pada kelas rendah. Sedangkan pembelajaran pada kelas tinggi mulai meningkat yaitu siswa sudah mulai berfikir abstrak. Sesuai dengan tingkat perkembangan cara berfikir anak yang menghendaki pembelajaran secara langsung pada soal angka.
Dengan demikian guru harus dapat memberikan pengajaran yang menarik dan tertuju pada apa yang diharapkan yaitu meningkatkan prestasi siswa.
Di bawah ini contoh pembelajaran matematika yang diajarkan dikelas tinggi yang mana materinya sudah mulai pada tingkat yang sulit, misalnya perkalian bilangan cacah. Untuk menyelesaikan soal perkalian, siswa memiliki beberapa cara untuk menyelesaikannya.
Contoh soal :
17
8 x
Siswa memiliki beberapa cara yang unik untuk menyelesaikan soal tersebut. Cara 1. dengan menjumlahkan bilangan 17 sampai 8 kali.
17 + 17 + 17 + 17 + 17 + 17 + 17 + 17
34 34 34 34
68 68
136
Cara 2. Dengan menggunakan garis-garis atau rintik-rintik yang biasa disebut “rintik
hujan”. Cara ini dilakukan oleh siswa yang sudah mengetahui langkah-l
angkah perkalian bersusun, tetapi belum mampu menghafal perkalian.
Untuk mengalikan 8 dengan 7
IIIIIII IIIIIII IIIIIII IIIIIII
IIIIIII IIIIIII IIIIIII IIIIIII
Kemudian dihitung titik hujannya.
Cara 3. Dengan menggunakan jari untuk menghitung, jari tangan dan jari kaki.
Memang dengan cara diatas hasilnya dapat ditemukan, namun waktu yang diperlukan sangat lama dan kertas yang diperlukan sangat banyak. Bisa dibayangkan berapa jumlah kertas yang dibutuhkan untuk menyusun penjumlahan dan rintik huj an?
Menanggapi hal tersebut guru perlu mengadakan bimbingan terhadap siswa supaya siswa dapat menyelesaikan soal dengan langkah yang benar, sehingga kebiasaan menggunakan langkah yang salah dapat terhentikan. Jika hal tersebut tidak diatasi, sampai kapan pun siswa akan menggunakan langkah tersebut. Untuk itu, guru hendaknya selalu memberikan bimbingan kepada siswa dalam siswa mengerjakan tugas.
Selain diberikan bimbingan latihan, siswa juga perlu diberikan tugas rumah ataupun soal-soal sebagai tindak lanjut dari bimbingan yang diberikan guru. Metode pemberian tugas adalah salah satu metode untuk meningkatkan prestasi hasil belajar matematika, hal ini sudah dibuktikan oleh Ibu Siti Undari Suproborini sebagai bahan skripsi pada waktu menyelesaikan gelar sarjana pendidikan tahun 2003.
Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai salah satu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan tugas yang diberikan oleh guru ( Tim Pembimbing PGSD 1 99 1 / 1 992 ; 67 ).
Menurut Siti Undari Suproborini dalam skripsinya ( 2003 ; 17 ) terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan metode pemberian tugas, diantaranya yaitu :
Keuntungan metode pemberian tugas :
- Pengetahuan yang diperoleh siswa tahan lama.
- Murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri.
Kelemahan metode pemberian tugas :
- Ada kalanya tugas dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
- Bila tugas terlalu sering diberikan dan sukar dikerjakan, ketenangan siswa dapat terpengaruh.
Metode dalam mengajar sangat diperlukan guru sebagai cara peningkatan belajar siswa. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat ditempuh guru untuk menciptakan situasi yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar serta tercapainya prestasi anakyang memuaskan.
Dalam pembelajaran matematika, metode yang sering digunakan yaitu metode pemberian tugas. Tugas biasanya diberikan guru setelah guru memberikan penjelasan. Metode pemberian tugas pada pelajaran matematika dimaksudkan sebagai latihan siswa. Sebagaimana kita ketahui ilmu matematika bukan ilmu pengembangan merlainkan ilmu pasti yang membutuhkan pembelajaran yang diulang-ulang dan latihan-latihan.
Metode pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah maupun di rumah baik secara perorangan maupun kelompok. Adapun tujuan penggunaan metode pemberian tugas yaitu untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.
Dalam pemberian tugas, guru hendaknya :
- Tidak memberikan tugas dengan bahan pengajaran yang belum diajarkan.
- Tugas yang diberikan dirasakan penting oleh setiap siswa.
- Waktu yang diberikan disesuaikan dengan jumlah soal yang diberikan.
- Hasil tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman anak dalam menguasai materi yang telah diajarkan.
Di SD Lebdosari yang digunakan PPL I dan PPL II oleh penulis, penulis menemukan metode yang sering digunakan guru dari pelajaran matematika yaitu metode pemberian tugas. Metode ini digunakan dengan tujuan supaya siswa dan siswi SD Lebdosari 01 mau belajar di rumah dan mau mengulang materi dengan mengerjakan soal-soal. Dari metode yang digunakan guru SD Lebdosari 01 secara nyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan tingkat prestasi siswa. Hal tersebut dapat penulis lihat dari nilai rata-rata dan hasil evaluasi yang diberikan guru.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa metode pemberian tugas yang diterapkan guru khususnya dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan belajar dan meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bab sebelumnya telah diuraikan dengan jelas bahwa bimbingan belajar dari guru dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran, berperan penting untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa. Metode yang digunakan guru yaitu metode pemberian tugas sebagai latihan siswa agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan.
- Bimbingan belajar matematika yang diberikan guru, mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
- Selain bimbingan belajar, metode yang digunakan guru yaitu metode pemberian tugas juga penting utnuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Saran
Dari uraian yang disampaikan, penulis mengungkapkan saran yang antara lain :
- Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, sebagi guru hendaknya mengetahui kemampuan yang dimiliki siswanya.
- Sebaiknya guru menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan kemampuan siswa.
- Jangan mudah memvonis siswa yang lambat menerima pelajaran sebagai siswa yang “bodoh”, melainkan harus diberi bimbingan dan tugas yang berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Karta dinata, Suraryo, dkk. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : CV. Maulana
Ruseffendi. 1993. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Depdikbud
Suproborini, Siti Undari. 2003. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pemberian Tugas di SD Kalisari 04 Kecamatan Pedunungan. Semarang
Tim pembimbing PGSD. 1991/1992 . Strategi Belajar Mengajar. Semarang : Universitas Negeri Semarang