Sunday, 23 May 2010 | |
![]() Minimnya lulusan pondok pesantren (ponpes) yang memiliki keterampilan kewirausahaan (entrepreneur) menjadi perhatian dan keprihatinan Yayasan Nurul Hayat.
TEROBOSAN baru dilakukan dengan mendirikan Pondok Pesantren Entrepreneur Penghafal Quran (PEPQ) di kawasan Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur.Ketua Yayasan Nurul Hayat Muhammad Molik mengatakan, pembangunan ponpes ini untuk menjawab tantangan alumni pesantren penghafal Alquran yang selama ini minim keterampilan di bidang kewirausahaan. Dia mengungkapkan, banyak alumni pesantren yang kesulitan bersaing di dunia kerja setelah lulus. “Hal ini, disebabkan karena ketiadaan bekal wirausaha dan keterbatasan kompetensi,” ujar Molik saat peletakan batu pertama PEPQ, kemarin. Pembangunan PEPQ pertama di Indonesia ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh. Molik menjelaskan, menurut data statistik dari Kementerian Agama (saat itu Departemen Agama) pada 2005 lalu,Jawa Timur menempati posisi teratas jumlah ponpes, yakni sebanyak 3.582 pesantren. Dari ribuan pesantren tersebut, beberapa di antaranya adalah ponpes khusus untuk menghafal Alquran (ponpes tahfidz). Yayasan Nurul Hayat pernah melakukan survei terhadap 25 huffadz (penghafal Alquran) yang menjadi binaannya.Dari survei itu diketahui,rata-rata mereka masuk pesantren tahfidz setelah lulus SD dan menghabiskan sisa bangku sekolah lanjutannya untuk menghafal Alquran. Para alumni itu,yakin ketekunan dan kesungguhan mereka belajar di pesantren mengantarkan mereka menjadi manusia mulia, seperti disebutkan di banyak riwayat hadis. “Namun, di lapangan secara materi mereka jauh dari standar hidup berkecukupan.Bahkan tidak sedikit yang menganggur lalu kerja serabutandankemudianberkurang hafalan Alqurannya,”ujar Molik. Hal inilah yang kemudian memunculkan rasa simpati sejumlah pihak termasuk Yayasan Nurul Hayat. Sehingga muncull ide untuk membangun pesantren entrepreneur. Molik yang dikenal sebagai pemilik usaha jamu Madura menegaskan, walaupun bernama pesantren, tapi kurikulum utamanya akan dibuat, seperti sekolah entrepreneur. Dia menjelaskan,untuk materi pengembangan jiwa kewirausahaan 50% dilakukan dalam metode praktik baik terjun di lapangan maupun di laboratorium. Sedangkan 20% diisi dengan berbagi kisah sukses para pengusaha dan sisanya akan diajarkan teori. Dengan metode semacam ini, Molik berharap alumni tak hanya mampu menghafal Alquran, tapi juga bisa menyusun rencana bisnis pengembangan usahanya sendiri. Sementara itu, Menteri Pendidikan Nasional Mohamamad Nuh mengatakan, pembangunan pesantren ini akan memperkuat generasi muda karena mengandung tiga pilar. Nuh menyebutkan, tiga pilar itu yakni memiliki kemampuan sebagai penghafal Alquran, pesantren, dan entrepreneur. “Kami mengucapkan terima kasih, karena Nurul Hayat punya ide yang sangat luar biasa,”ungkapnya. Mantan Rektor ITS Surabaya ini mengungkapkan, jumlah penduduk miskin di Jatim mencapai 16% atau sekitar 6 juta.Menurut dia, semangat, jiwa, dan falsafah kemandirian yang diambil Yayasan Nurul Hayat menjadi salah satu kekuatan umat dan berdampak pada kekuatan bangsa. “Pemerintah memberikan apresiasi ide dari masyarakat yang bisa membangun Indonesia,” ujarnya. Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini mengatakan, Kementerian Pendidikan Nasional sangat terbuka dengan kurikulum dan pelatihan pendidikan dari masyarakat. Termasuk untuk pendidikan bagi para penghafal Alquran yang digabung dengan penanaman jiwa entrepreneurini. (dili eyato) Sumber:
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/326023/38/
|

Bekali Alumni Ilmu Berwirausaha


