Cerita Pejabat Banjar Mengejar Gelar Doktor
Kuliah Siang Malam, Paginya
Pendidikan memang tak lekang dimakan usia dan masa. Meski sudah tak muda lagi, sejumlah pejabat di Kabupaten Banjar masih punya cukup semangat menuntut ilmu. Namun begitu, meski pejabat penting pemerintahan, mereka menjalani kuliah layaknya mahasiswa, dan sempat merasakan “azab” sang dosen.
BERI MARDIANSYAH, Martapura
GELAR seorang doktor disiplin ilmu tertentu memang bukan sekedar prestise namun juga merupakan nilai dengan derajat tinggi yang diraih dari kerja keras selama menjalani proses pendidikan. Tak heran, tidak sedikit orang yang rela menggadaikan waktu, tenaga bahkan hartanya untuk mendapatkan disiplin ilmu tertentu yang lebih dalam.
Seperti halnya yang dilakukan sejumlah pejabat lingkup Pemkab Banjar yang baru-baru saja dinobatkan sebagai doktor bidang manajemen pendidikan. Diantaranya Wakil Bupati Banjar DR H Ahmad Fauzan Saleh MAg, Kepala Kemenag Banjar DR Quzwini MAg, dan Kabag Kesra Setda Banjar DR Muhammad Husin MAg.
Ditemui Radar Banjarmasin kemarin, ketiganya sempat merasakan kembali masa-masa kuliah dahulu saat di S1 ataupun di S2. Meski sudah menjadi seorang pejabat penting pemerintahan, ketiganya mengaku juga sempat merasakan “azab” dari sang dosen yang telah lebih dulu bergelar doktor.
Ketua STAI Darussalam Martapura, DR H Ahmad Fauzan Saleh MAg ini misalnya, kepada Radar Banjarmasin mantan Ketua DPC NU Kabupaten Banjar dua periode ini menceritakan perjalanan kuliahnya meraih gelar doktor di Universitas Islam Nusantara Bandung sejak 2009 lalu.
Layaknya mahasiswa, Fauzan mengatakan dia pun harus mematuhi segala peraturan civitas akademik yang ada dengan memenuhi beban jam kuliah dan tugas-tugas yang diberikan sang dosen.
Hanya saja katanya, bedanya dengan waktu kuliah S1 dan S2 dahulu, kuliah mengejar gelar dokter menurut dosen Filsafat Islam STAI Darussalam ini terasa lebih berbeda. Jika umumnya dosen yang punya kuasa menentukan waktu kuliah, kali ini justru merekalah yang menentukan waktu kapan harus kuliah.
“Ini karena kita tidak bisa kuliah setiap hari seperti kebanyakan mahasiswa. Sebab kita juga punya kewajiban menjalankan amanah disini,” ujar suami dari Hj Nur Laila ini.
Fauzan tak sendiri, kuliah kelas “eksekutif” yang dijalaninya juga bersama belasan rekan lainnya dari Kalimantan Selatan yang mengikuti pendidikan serupa di universitas yang sama seperti DR Quzwini, DR Muhammad Husin.
Tak jarang, sebelum kuliah umumnya mereka menentukan terlebih dahulu kapan waktu yang tepat untuk kuliah bersama. “Biasanya saat hari libur kita kuliah, jadi full time. Misalkan hari jumat sore kita berangkat ke bandung bersama untuk kuliah, sesampainya disana malam hari kita langsung benar-benar kuliah selama hari libur itu berturut-turut siang malam,” ujarnya.
Senada dengan itu, Kepala Kemenag Banjar DR Quzwini MAg mengatakan, dirinya pun sempat merasakan beban kuliah yang begitu berat. Pasalnya, tidak jarang dirinya beserta mahasiswa satu kelasnya kerap mendapat “azab” dari sang dosen meski sang pengajar pun sudah tahu bahwa sebagian besar mahasiswanya adalah orang-orang penting di pemerintahan daerah.
“Perlakuannya sama, tidak ada yang beda sama betul seperti kuliah biasa, bedanya kita kuliah di akhir pekan full tiga hari berturut-turut siang malam. Jadi siang sampai malam kita kuliah, besok paginya kita diazab dosen juga disuruh mengerjakan tugas yang harus didiskusikan besok pagi harinya,” ungkapnya.
Alhasil, merekapun terpaksa menurut perintah sang dosen. Begadang pun tak ayal menjadi aktifitas kebiasaan mereka selama menjadi mahasiswa. “Terpaksa kita begadang, mau tidak mau,” ujarnya.
Beruntung, keluarga mendukung penuh usaha mereka mendalami ilmu dibidang pendidikan. Meski jarang bertemu keluarga, namun menurut keduanya waktu-waktu tertentu benar-benar dimaksimalkan bersama keluarga.
“Waktu saya biasanya malam bersama keluarga, karena sehabis menyelesaikan tugas saya sebagai wakil bupati, sorenya harus mengajak juga di STAI Darussalam Martapura. Jadi baru pulang jam sembilan malam,” ujar Fauzan.
“Kalau saya biasanya hari minggu, tapi itu pun malam hari waktu bersama keluarga sehabis pulang kuliah. Karena pagi sampai siang saya di kantor Kemenag Banjar, sorenya juga harus mengajar fiqih dan wakaf di STAI Darussalam,” pungkas Quzwini. ***
.
http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/berita/detail/46/16132