Dela Sulistiyawan Yunior
SAINS, teknologi, dan industri komunikasi berkembang sangat cepat. Di sisi lain perubahan sosial, politik, ekonomi, dan budaya juga amat cepat sehingga globalisasi yang menyebabkan hilangnya sekat-sekat antarnegara tidak terelakkan lagi.
Hal tersebut semakin dipercepat oleh pesatnya perkembangan teknologi yang makin mendekatkan jarak waktu yang semakin efisien dan kemampuan teknologi yang akan menyediakan fasilitas kemudahan bagi masyarakat dunia untuk melakukan proses komunikasi.
Bersamaan dengan itu, khususnya di Indonesia, berkembang pula kebebasan institusi pers (cetak atau elektronik) untuk menjalankan peran dan fungsinya, menyebarluaskan informasi yang berguna bagi umat manusia.
Tuntutan global atas kebutuhan informasi sangat memerlukan peningkatan keahlian dan keterampilan para pengelola pers agar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi khalayaknya.
Seiring dengan prospek usaha pengelolaan media yang akan terus berkembang, di beberapa kampus ilmu jurnalistik mulai menjadi idola bagi mahasiswa.
Di kampus yang tidak memiliki jurusan ilmu komunikasi pun, mahasiswa sangat antusias untuk belajar ilmu jurnalistik. Tengok saja di IAIN walisongo, perkembangan pers mahasiswa pada tingkat institut ataupun tiap fakultas terlihat cukup pesat.
Hal itu tercermin pada keberadaan Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat, Majalah Missi, Edukasi, IDEA, dan beberapa terbitan berkala lainnya.
Setiap ada workshop jurnalistik pun, mahasiswa yang ikut juga banyak dan antusias dalam mengikutinya. Seperti yang diutarakan Anas Hamzah, beberapa waktu yang lalu, kampus IAIN berkerja sama dengan Dema dan UKM Lembaga Penerbitan Mahasiswa mengadakan pelatihan jurnalistik di kampus I IAIN.
Setiap ada workshop jurnalistik, pesertanya selalu berlimpah. Banyak mahasiswa memiliki minat tinggi pada ilmu jurnalistik, untuk itu kampus memberikan sarana bagi mahasiswa yang ingin belajar lebih ilmu jurnalistik melalui forum tersebut.
’’Sekaligus untuk memperkokoh fondasi serta dalam rangka menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan pers mahasiswa,’’ ujar Anas, yang juga panitia kegiatan.
Dia mengungkapkan tujuan kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan conceptual skill dan technical skill mahasiswa pada bidang jurnalistik serta untuk memperluas cakrawala mahasiswa dalam membentuk sikap yang kritis, dinamis, dan peka terhadap perkembangan komunikasi.
”Dengan demikian diharapkan akan lahir insan pers yang profesional dan terlahir pers islami yang objektif dan bertanggung jawab.”
Menanggapi semakin berkembangnya ilmu jurnalistik, dengan minat mahasiswa yang cukup tinggi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Undip, DR Turnomo Rahardjo menilai bahwa salah satunya adalah akibat dorongan dari lembaga-lembaga dunia, misalnya UNESCO yang menyatakan perlunya penyusunan ilmu jurnalistik yang seragam.
Perkembangan media-media yang semakin terbuka dengan citizen journalism-nya juga turut memberikan andil.
Selain itu memang ke depan prospek kerja lulusan jurnalistik juga masih sangat terbuka lebar.
’’Ilmu itu baru berhenti ketika kiamat, jadi prospek ke depan masih sangatlah cerah, apalagi ditambah dengan perkembangan teknologi komunikasi yang cukup pesat pula.”
Menurut Turnomo, di Komunikasi Undip, pada kurikulum 2007 telah memberlakukan dua konsentrasi bagi mahasiswa ilmu komunikasi, yaitu komunikasi strategis dan komunikasi jurnalistik.
Komunikasi strategis meliputi kajian yang terkait dengan periklanan, pemasaran, dan public relations, sedangkan komunikasi jurnalistik dengan penekanan kepada keterampilan reporting, writing, dan editing baik untuk media cetak maupun elektronik.
”Biasanya mahasiswa yang memilih ataupun menyukai ilmu jurnalistik adalah mahasiswa yang gemar berpetualang di lapangan. Ilmu jurnalistik adalah ilmu petualangan dan merupakan ekspresi dari petualangan sehingga mahasiswa yang memilih biasanya memiliki kecenderungan yang mobile,” katanya.
Dita Kurniawati, salah satu peserta workshop di IAIN mengaku sangat tertarik dengan ilmu jurnalistik karena menurutnya sangat menyenangkan dan dapat menemukan sesuatu fakta-fakta yang tak terduga.
” Saya termasuk orang yang gemar menulis, dengan mengikuti kegiatan ini semoga kemampuan menulis saya dapat semakin terasah. Apalagi banyak teman-teman sesama mahasiswa yang berkata bahwa lapangan pekerjaan bagi ilmu jurnalistik saat ini semakin luas karena sejak era reformasi, pemerintah memberi kebebasan penerbitan pers.” ujarnya.
Dia berujar, banyak suka duka dalam mengikuti workshop jurnalistik. Sukanya dapat beraktualisasi diri, intinya memuat ia merasa lebih kreatif. Yang terpenting, lewat kegiatan itu peserta mendapat pergaulan yang lrbih luas. Dengan pergaulan yang luas, akan makin banyak ilmu yang diserap dan makin banyak hal yang dipelajari.
’’Dukanya mungkin karena workshop beberapa hari, jadi kadang-kadang badannya capek.” (Dela Sulistiyawan Yunior-10)
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/12/12/91290/19/Andil-Besar-Jurnalisme-Kebangsaan