Oleh Wenny Mamilianti (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan)
ABSTRAKSI
Peningkatan ekspor khususnya sektor pertanian ketika kurs Dollar terhadap Rupiah meningkat merupakan langkah yang tepat menanggulangi krisis yang dialami Indonesia. Ekspor diharapkan menjadi penopang perekonomian dalam negeri, baik ekspor migas maupun nonmigas. Salah satu komoditas ekspor nonmigas yang menjadi unggulan adalah kopi. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar yang diperdagangkan dalam pasar dunia. Pasar ekspor terbesar kopi robusta Jatim adalah Jepang, Italia, Jerman, AS, dan Taiwan, namun ekspor ke Jepang turun dari 32,26 persen menjadi 19,13 persen. Pesaing utama ekspor kopi Indonesia yaitu Vietnam. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series, 1990-2005, data berasal dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur, Dinas Perkebunan Jawa Timur, serta Dinas Industri dan Perdagangan Jawa Timur, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Wilayah Jawa Timur, International Coffee Organizatation (ICO), serta Bank Indonesia (BI). Metode Analisa Data yang digunakan adalah: 1) Kuantitatif: yaitu menjelaskan dalam bentuk angka atau numerik; 2) Deskriptif: untuk menjelaskan data kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menyatakan bahwa: harga kopi, volume ekspor kopi, produksi kopi internasional, dan krisis ekonomi berpengaruh secara signifikan.
Kata kunci: Ekspor Kopi, harga, produksi, krisis ekonomi
ABSTRACT
The improvement of export from agriculture sector when a rate of dollar exchanges to rupiah decreased is a right step to solve Indonesian crisis. As the crisis happen, hopefully either oil and natural gas or non oil and natural gas can support the economic problem in Indonesia. One of superior commodity from non oil and natural gas is coffee. Nowadays, coffee becomes an important commodity and this forms the largest commodity in the world. The largest Robusta Jatim coffee export are Japan, Italy, German, AS and Taiwan. But Japan decreased from 32,26 percent to 19,13 percent. In this case, it is not only because of export was divided into some other country, but also the export penetration of coffee from the rival of Indonesia, Vietnam. This research used secondary data: time series data, 1999-2005. Those sources of the data taken from: statistic center institution East Java, Commercial agriculture enterprise East Java, trade and Industry institution, the Association of Coffee Exporter Indonesia (AEKI) East Java, International Coffee Organization (ICO), and also Indonesian Bank (BI). The analysis method used: 1) Quantitative: a method of research that presents the data with number and statistic. 2) Descriptive: describes and interprets the quantitative data. The instrument is doubled linier regression analysis. The results of the analysis are price of coffee, volume of coffee export, international coffee production, and economic crisis influenced significantly.
Key word: Coffee Export, Price, Production, Economic Crisis.
PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang cukup strategis, karena kemajuan sebuah negara diawali oleh majunya sektor pertanian. Dalam kondisi krisis ekonomi sektor pertanian masih mampu tumbuh secara positif, sementara hampir semua sektor lainnya mengalami pertumbuhan yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor produk pertanian mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan mengingat Indonesia memiliki potensi sumber daya pertanian yang mampu memberikan kontribusi besar sebagai sumber penghasil devisa negara. Selama masa krisis, ekspor diharapkan menjadi penopang perekonomian dalam negeri, baik ekspor migas maupun nonmigas.
Salah satu komoditas ekspor nonmigas yang menjadi unggulan adalah kopi. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar yang diperdagangkan dalam pasar dunia. Komoditi tersebut dihasilkan oleh 60 negara dan memberikan nafkah bagi 25 juta keluarga petani kopi di seluruh dunia. Bahkan beberapa negara produsen menggantungkan pendapatannya pada ekspor kopi karena hampir 75% dari total ekspornya merupakan ekspor komoditi kopi.
Ekspor kopi Robusta Jawa Timur tahun lalu meningkat 51 persen menjadi 68.22 8 ton. Jumlah itu merupakan ekspor tertinggi jatim dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya 45.000 ton – 50.000 ton per tahun. Kenaikan ekspor dipicu meningkatnya permintaan di pasar dunia akibat turunnya produksi di dua negara pengekspor utama kopi, yaitu Brasil dan Vietnam. (Kompas, Kamis 23 Februari 2006). Hal itu mengakibatkan naiknya harga kopi di terminal kopi London dari 600 dollar Amerika Serikat (AS) – 700 dollar AS per ton menjadi 1.100 dollar AS per ton.
Pasar ekspor terbesar kopi Robusta Jatim adalah Jepang, Italia, Jerman, AS, dan Taiwan. Meski demikian, pasar di Jepang turun dari 32,26 persen menjadi 19,13 persen. Hal itu selain diakibatkan ekspor terbagi ke beberapa negara lain, juga karena penetrasi ekspor kopi dari pesaing utama Indonesia, yaitu Vietnam. Penelitian ini bertujuan adalah: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi sebagai komoditas unggulan ekspor di Jawa Timur.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Jawa Timur, dengan pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan daerah yang memiliki komoditas unggulan ekspor pertanian, khususnya kopi.
Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series, 1990- 2005. Adapun sumber data berasal dari instansi-instansi terkait meliputi : Badan Pusat Statistik Jawa Timur, Dinas Perkebunan Jawa Timur, serta Dinas Industri dan Perdagangan Jawa Timur, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Wilayah Jawa Timur, International Coffee Organizatation (ICO), serta Bank Indonesia (BI). Jenis data yang digunakan antara lain: Indeks Harga produk; Volume ekspor kopi Jatim; Nilai ekspor kopi Jatim; Kurs Rupiah terhadap dollar; Produksi kopi Internasional; dan Harga kopi dunia
Metode Analisa Data
Metode analisa datanya meliputi : 1) Kuantitatif : yaitu menjelaskan dalam bentuk angka atau numerik, 2) Deskriptif: untuk menjelaskan data kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Nilai ekspor kopi digunakan sebagai variabel dependen, sedangkan harga, produksi, volume, kurs Rupiah terhadap Dollar dan harga kopi sebagai variabel independen. Adapun rumusnya adalah:
Nk= ß0 + ß1Hi +ß2Vi +ß3Pi +ß4Ki +ß5Di +Ui (i = 1,……….. n)
Dimana: Nk = Nilai Ekspor kopi Jatim
Hi = harga kopi dunia
Vi = volume ekspor kopi
Pi = produksi kopi internasional
Ki = kurs rupiah terhadap dolar
Di = krisis ekonomi, kode 1 = sebelum krisis, kode 0= masa krisis Ui = asumsi faktor-faktor gangguan (disturbance terms)
Taksiran parameter ß1, ß2, dan ß3
Untuk taksiran parameter yang merupakan koefisien-koefisien dalam persamaan Vi= ß0 + ß1Hi +ß2Pi +ß3Ki +ß4Di +Ui adalah dengan metode kuadrat terkecil.
Kriteria Statistik
Dalam Wahid S. (2002), Untuk dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus memenuhi kriteria statistik sebagai berikut:
– Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Nilai R2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 atau (0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin besar R2 (mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut, dan semakin mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.
– Uji F
Uji F hitung dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.
Kriteria: Jika F hit < F tab, maka terima H0; Jika F hit ≥ F tab, maka terima H1.
– Ujit
Uji t dilaksanakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilaksanakan dengan membandingkan t hitung dengan t-tabel.
Kriteria: Apabila t-hit < t tab, maka terima H0; jika t-hit ≥ t tab, maka tolakH0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Ekspor Kopi Jatim selama 16 Tahun Periode 1990-2005.
Hingga kini pasaran kopi Robusta Jawa Timur (Jatim) masih tertuju ke beberapa negera industri saja, yaitu : Jepang, Jerman, Italia, Amerika Serikat (USA), Taiwan. Sisanya tertuju ke negara-negara Eropa dan Timur Tengah dalam jumlah kecil. Meski demikian, pasar di Jepang turun dari 32,26 persen menjadi 19,13 persen (Lihat Tabel 20). Hal itu selain diakibatkan ekspor terbagi ke beberapa negara lain, juga karena penetrasi ekspor kopi dari pesaing utama Indonesia, yaitu Vietnam.
Tabel 20. Realisasi Ekspor Kopi Berdasarkan Negara Tujuan.
No | Negara Tujuan |
2003 | 2004 | 2005 | |||
Volume | % | Volume | % | Volume | % | ||
1 | Jepang | 14.465,02 | 33,04 | 15.363,66 | 32,26 | 13.051,47 | 19,13 |
2 | Jerman | 3.408,04 | 7,78 | 4.431,10 | 9,14 | 8.559,33 | 12,55 |
3 | Italia | 4.495,02 | 10,27 | 4.322,78 | 8,92 | 8.941,87 | 13,11 |
4 | USA | 2.042,06 | 4,66 | 1.969,01 | 4,06 | 4.753,49 | 6,97 |
5 | Taiwan | 2.884,69 | 6,59 | 3.139,85 | 6,48 | 4.048,69 | 5,93 |
Sumber data: Sekretariat AEKI wilayah Jawa Timur
Di Indonesia, utamanya di Jawa Timur kopi dihasilkan oleh perkebunanperkebunan yang terdiri dari perkebunan negara (PTP), perkebunan swasta, dan perkebunan rakyat. Tanaman kopi di perkebunan-perkebunan umumnya terdiri dari tanaman-tanaman klon unggul dan diusahakan dengan pemeliharaan yang cukup baik. Produksinya pun dipengaruhi iklim, dikenal pula selingan panen besar dan panen kecil. Untuk produksinya dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Perkebunan-perkebunan umumnya melakukan pengolahan basah dan sebagian besar produksinya berorientasi ekspor.
Dari hasil pengumpulan data diperoleh data time series (tabel 21) selama periode 16 tahun mulai 1990-2005. Tabel 21 menunjukkan bahwa volume ekspor kopi rata-rata pertahun sebesar 44.126,6 ton pertahun; nilai ekspor kopi rata-rata pertahun sebesar US$ 64.245.935,46; harga kopi internasional rata-rata pertahunnya sebesar US$ 1,47; untuk produksi internasional rata-rata pertahun sebesar 6,2 juta ton (sama dengan 103,7 juta karung). Realisasi ekspor kopi Jawa Timur selain dalam bentuk biji kopi mentah (green coffee), juga termasuk kopi instant/solubel, kopi bubuk/gongseng,, dan kopi bubuk/instant.
Tabel 21. Data Perkembangan Ekspor Kopi Jawa Timur 1990-2005
Tahun | Volume (Kg) | Nilai FOB (US$) | HargaUS $/Kg) | Produksi dunia (Kg) |
1990 | 40.818.547 | 42.204.959,07 | 1,03 | 5.597.460.000 |
1991 | 40.159.787 | 44.855.109,69 | 1,12 | 6.089.100.000 |
1992 | 25.531.034 | 29.302.948,53 | 1,15 | 5.851.320.000 |
1993 | 34.724.841 | 44.608.628,50 | 1,28 | 5.505.720.000 |
1994 | 37.431.807 | 94.538.474,82 | 2,53 | 5.623.500.000 |
1995 | 29.634.560 | 82.634.324,52 | 2,79 | 5.206.260.000 |
1996 | 44.372.650 | 82.551.212,49 | 1,86 | 6.184.260.000 |
1997 | 60.644.750 | 121.504.780,70 | 2,00 | 6.035.580.000 |
1998 | 56.848.110 | 107.060.072,42 | 1,88 | 6.462.480.000 |
1999 | 44.189.600 | 72.345.000,68 | 1,64 | 6.935.940.000 |
2000 | 47.720.490 | 60.749.493,75 | 1,27 | 6.906.120.000 |
2001 | 41.870.460 | 38.303.105,37 | 0,91 | 6.399.300.000 |
2002 | 41 .606.390 | 35.041.437,30 | 0,84 | 7.3 15.620.000 |
2003 | 43.778.470 | 43.238.535,85 | 0,99 | 6.231.240.000 |
2004 | 48.463.240 | 49.099.630,78 | 1,01 | 6.818.220.000 |
2005 | 68.228.370 | 79.897.252,91 | 1,17 | 6.383.951.340 |
Rata-rata | 44.126.444 | 64.245.935,46 | 1,47 | 6.221.629.458,75 |
Pertumbuh (%) | 6% | 11% | 4,15% | 1% |
Sumber: Laporan realisasi ekspor sekretariat AEKI Jatim, ICO dan BI.
Sedangkan nilai ekspor kopi di Jawa timur pertahunnya selama 16 tahun adalah sebagai berikut:
Pada tahun 1990 nilai ekspor kopi sebesar US$ 42.204.959,07, sedangkan pada tahun 1991 sebesar US$ 44.855.109,69. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 4,84% dari tahun sebelumnya. Kenaikan nilai ekspor ini dikarenakan oleh adanya kenaikan harga kopi ekspor sebesar US$ 1,03 menjadi US$1,12 atau sekitar US$ 0,09 per kilogram.
Peningkatan nilai ekspor kopi yang terbesar terjadi pada periode 1996-1997 yaitu dari nilai sebesar US$ 82.551.212,49 menjadi US$ 121.504.780,70. Hal ini
disebabkan oleh faktor naiknya harga kopi ekspor dipasar internasional yaitu dari US$ 1,86 menjadi sebesar US$ 2,00 pada tahun 1997. Selain itu, juga dipengaruhi oleh kenaikan volume ekspor ke negara-negara tujuan utama meliputi Jepang dari 28,89% menjadi 31,05%; Jerman dari 12,14% menjadi 15,51%, Italia dari 8,05% naik menjadi 9,91% dari tahun sebelumnya.
Tabel 22. Realisasi Ekspor kopi Berdasarkan Negara Tujuan
No | Negara Tujuan |
1996 | 1997 | 1998 | 1999 | 2004 | 2005 |
% | % | % | % | % | % | ||
1 | Jepang | 28.89 | 31.05 | 31.66 | 33.01 | 32.26 | 19.13 |
2 | Jerman | 12.14 | 15.51 | 8.49 | 12.95 | 9.14 | 12.55 |
3 | Italia | 8.05 | 9.91 | 8.71 | 7.69 | 8.92 | 13.11 |
4 | USA | 12.13 | 7.26 | 7.77 | 8.20 | 4.06 | 6.97 |
5 | Taiwan | 1.09 | 0.84 | 1.84 | 2.24 | 6.48 | 4.93 |
Sumber data: Sekreariat AEKI Jawa Timur
Kemudian nilai ekspor kopi mengalami penurunan secara drastis pada periode 1998-1999 berturut turut sebesar US$ 107.060.072,42, menjadi US$ 72.345.000,68. Demikian juga dengan tahun-tahun berikutnya juga terus mengalami penurunan. Dan nilai ekspor kopi mulai naik lagi pada periode 2003.
Hal ini selain dipengaruhi naiknya kurs rupiah, dan turunnya harga kopi dari US$ 1,88 per kilogram menjadi US$ 1,64 per kilogram, serta dipengaruhi oleh faktor turunnya volume ekspor beberapa negara tujuan utama seperti negara Italia dari 8,71% menjadi 7,69% (lihat Tabel.22). Dan juga karena menurunnya jumlah negara tujuan yang menjadi tujuan ekspor, yaitu pada tahun 1998 mencapai 43 negara tujuan (Lihat Tabel.23) turun menjadi 38 negara tujuan ekspor kopi Jawa Timurpada 1999.
Nilai ekspor kopi juga dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi dalam hal ini dilihat dari kurs rupiah terhadap dollar, dimana krisis ekonomi dilihat dari meningkatnya kurs rupiah terhadap dollar pada periode tahun 1997-1998, yaitu dari 2.95 1,75 perdollar menjadi 9.874,58 perdollar (BI, 2004). Jadi dinyatakan tidak krisis ekonomi adalah pada saat kurs rupiah pada nilai rata-rata sebesar Rp. 2.205,08 rupiah per dollar. Sedangkan krisis ekonomi adalah pada saat kurs rupiah jatuh pada nilai rata-rata sebesar Rp. 9.131,42 rupiah per dollar.
Tabel 23.Perkembangan Jumlah Negara Tujuan EksporPeriode 1990-2005
No | Tahun | Jumlah negara | Keterangan |
1 | 1990 | 31 | K/NK |
2 | 1991 | 27 | K/NK |
3 | 1992 | 20 | K/NK |
4 | 1993 | 26 | K/NK |
5 | 1994 | 34 | K/NK |
6 | 1995 | 31 | K/NK |
7 | 1996 | 41 | K/NK |
8 | 1997 | 41 | K/NK |
9 | 1998 | 43 | K/NK |
10 | 1999 | 38 | K/NK |
11 | 2000 | 43 | K/NK |
12 | 2001 | 45 | K/NK |
13 | 2002 | 44 | K/NK |
14 | 2003 | 49 | K/NK |
15 | 2004 | 44 | K/NK |
16 | 2005 | 52 | K/NK |
Sumber data: Sekreariat AEKI Jawa Timur
Keterangan: K = kuota
NK = non-kuota
Ekspor kopi robusta Jawa Timur tahun 2005 meningkat 51 persen menjadi 68.22 8 ton. Jumlah itu merupakan ekspor tertinggi Jatim dibanding dengan tahuntahun sebelumnya yang hanya berkisar antara 45.000 ton – 50.000 ton per tahun. Kenaikan ekspor dipicu meningkatnya permintaan di pasar dunia akibat turunnya produksi di dua negara pengekspor utama kopi, yaitu Brasil dan Vietnam. Namun demikian nilai ekspor kopi hanya naik menjadi US$ 79.897.252,9 1, karena walaupun volume meningkat akan tetapi kurs rupiah melemah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Ekspor Kopi Jawa Timur
Nilai ekspor kopi akan meningkat karena dipengaruhi oleh bertambahnya volume ekspor dan jumlah negara tujuan ekspor kopi. Di lain pihak, Vietnam sebagai pesaing utama mampu memproduksi lebih banyak, sehingga mampu memenuhi baik stok konsumsi dalam negeri. Akibatnya Vietnam menjual sisa produksinya dengan menawarkan harga yang lebih murah dibanding dengan harga kopi Indonesia.
Berdasarkan hasil beberapa analisa diperoleh model persamaan regresi yang terpilih adalah model analisa yang melibatkan empat variabel (volume ekspor, harga kopi internasional, produksi kopi internasional, dan krisis ekonomi) sebagai variabel independennya. Awalnya ada lima variabel (empat tersebut diatas ditambah kurs rupiah terhadap dollar). Dalam analisis yang telah dilakukan peneliti menghilangkan salah satu variabel independennya. Hal ini dikarenakan
adanya hubungan yang sangat erat antara dua variabel bebasnya (kurs dan krisis) (lampiran 3)
Tabel. 24 Hasil analisis regresi ekspor kopi Jawa Timur
Variabel | Koefisien regresi | t-hitung | Level of significant |
Konstanta | -107.509.124,397 | -3,528 | 0,005 |
Volume** | 1,636 | 10,659 | 0,000 |
Harga** | 38.296.217,292 | 13,383 | 0,000 |
Produksins | 0,006 | 1,407 | 0,187 |
Krisis* | 9.609.591 | 1,933 | 0,079 |
R2 | 0,971 | ||
F-Hitung | 90,857 | ||
Sig | 0,000 |
Keterangan:
** = nyata pada α = 0,01
* =nyatapadaα=0,1
NS = tidak nyata
(…………. ) = tingkat signifikansi hasil komputisasi program SPSS
Pada hasil analisis regresi diatas (tabel.24) diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,97 1, hal ini berarti bahwa nilai ekspor kopi Jatim dipengaruhi oleh volume ekspor kopi, harga kopi itu sendiri, produksi kopi internasional, dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dengan komposisi sebesar 97,1%, sedangkan sisanya sebesar 2,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
Jika dilihat dari uji anova maka diperoleh nilai F-hitung sebesar 90,857 dan nyata pada tingkat signifikansi 5%, hal ini menunjukkan pengaruh variabel independent (meliputi: volume ekspor; harga kopi; produksi kopi internasional; dan krisis ekonomi) signifikan terhadap nilai ekspor kopi Jawa Timur.
Selanjutnya bila dilihat dari koefisien korelasinya maka model tersebut merupakan model yang diharapkan karena tidak ada pengaruh multikoloniaritas atau hubungan yang sangat erat antara variabel bebas yang cukup kuat yakni ditandai dengan koefisien korelasi yang relatifkecil (kurang dari 1,10).
Untuk memilih model terbaik dari hasil analisis maka dilakukan dengan melihat nilai R2 sebagai indokator, semakin besar R2 mendekati 1 semakin baik hasil regresi tersebut, demikian sebaliknya. Berdasarkan model terbaik dari hasil analisis tersebut dieroleh persamaan sebagai berikut:
Nilai = -107.509.124,397 + 1,636Volume + 38.296.217,292Harga + 0,006Produksi + 9.609.591,173 Krisis
F-hitung = (90,857) SEE = 5.587.659,13550 R2 = 97,10 %
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Variabel volume ekspor kopi Jatim berpengaruh sangat nyata terhadap nilai ekspor kopi Jatim. Akibatnya kenaikan volume ekspor kopi memicu meningkatnya nilai ekspor kopi Jatim. Angka koefisien regresi sebesar 1.636 menunjukkan bahwa naiknya volume ekspor kopi sebesar 1 kg akan memberikan dampak kenaikan terhadap nilai ekspor kopi Jawa Timur sebesar US$ 1,636. Kenaikan volume ini disebabkan karena pengimpor akan lebih memilih kopi Jatim. Dalam hal ini yang akan diuntungkan adalah eksportir karena dengan nilai dollar meningkat maka mereka akan meningkat daya belinya terhadap kopi hasil
produksi petani dengan harga rupiah. Dengan demikian harga ditingkat petani akan lebih layak untuk meningkatkan taraf hidup petani kopi.
Karena dalam hal ini volume ekspor kopi yang juga berdasarkan banyak sedikitnya jumlah negara tujuan ekspor, sehingga jika negara tujuan bertambah dan volume meningkat maka nilai akan mengalami peningkatan pula. Jika volume ekspor kopi Jawa Timur meningkat, sementara produksi Kopi Jawa Timur terbatas, maka volume pasokan kopi dari daerah lain akan meningkat. Volume masing-masing negara tujuan setiap tahun mengalami fluktuasi, walaupun demikian total ekspor Jatim tetap didominasi oleh beberapa negara industri seperti Jepang, Jerman, Italia, USA, Taiwan. Sedangkan lainnya di isi oleh negara-negara lain yang hanya mengimpor kopi Jawa Timur dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Dilain pihak, konsumsi per orang yang paling tinggi di dunia ada di Swedia, yaitu 11,75 kilogram per orang pertahun. Disusul Denmark dengan konsumsi sebesar 11,04 kilogram per orang per tahun.
Berdasarkan hasil analisis tersebut (sebagaimana terlampir pada lampiran I) juga terlihat bahwa variabel volume ini memberikan kontribusi terbesar kedua akan pengaruhnya terhadap variabel nilai ekspor kopi Jatim.
Variabel harga ekspor kopi Jatim turut juga berpengaruh sangat nyata terhadap nilai ekspor kopi Jatim. Akibatnya kenaikan harga ekspor kopi memicu meningkatnya nilai ekspor kopi Jatim. Angka koefisien regresi sebesar 38.296.217,292 menunjukkan bahwa naiknya harga ekspor kopi sebesar US$ 1 akan memberikan dampak kenaikan terhadap nilai ekspor kopi Jawa Timur sebesar US$ 38.296.217,292. Hal ini disebabkan oleh faktor kebijakan harga yang dipantau langsung dari terminal Kopi London, dan telah ditetapkan oleh ICO terhadap negara-negara anggota (kuota). Sedangkan untuk ekspor ke negara bukan anggota (non-kuota) produsen diperbolehkan menentukan harga sendiri, akibatnya harga akan relatif lebih tinggi daripada harga kuota yang ditetapkan ICO. Selain itu jika harga melampaui pada tingkat maksimum maka kuota akan ditambah jumlahnya. Jika volume bertambah maka nilai ekspor kopi akan meningkat karena pengaruh harga kopi internasional yang meningkat diatas tingkat maksimum ketentuan ICO. Ketetapan harga kopi mengikuti harga internasional yang ditetapkan dari terminal kopi Robusta di London Inggris oleh ICO (International Coffee Organization). Kopi banyak diimpor oleh negara-negara industri dari berbagai negara produsen kopi. Negara-negara pengimpor tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi negaranya, namun mereka melakukan impor biji kopi mentah (green coffee) juga untuk di (re) ekspor ke negara-negara lain dalam bentuk produk olahan jadi, seperti kopi instan (instant coffee), kopi celup (coffee bags), kopi ekstrak (soluble coffee), dalam bentuk kemasan yang serba menarik..
Kemudian produksi disini tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ekpor kopi karena nilai probabilitynya lebih besar dari 0,05. Hal ini disebabkan karena berapapun jumlah produksi dunia, nilai ekspor kopi akan berkisar pada kuota ekspor yang telah ditentukan. Jadi, produksi dunia tidak berpengaruh langsung terhadap nilai ekspor kopi. Akan tetapi berpengaruh langsung terhadap harga kopi internasional nantinya dan kuota ekspor kopi.
Apabila produksi kopi dunia meningkat sebesar 1 kilogram maka nilai ekspor kopi Jatim akan meningkat sebesar US$ 0,006. Hal ini berarti bahwa jika produsen-produsen kopi melaksanakan musim panen sehingga produksi dunia meningkat maka nilai ekspor kopi Jatim akan meningkat juga, karena volume
ekspor meningkat. Hal ini dikarenakan oleh produksi dunia disini bukan hanya jenis kopi Robusta, akan tetapi semua jenis kopi. Sementara itu perdagangan dunia di dominasi kopi jenis Arabika (70%) dan Robusta (30%). Sedangkan kopi yang ditanam di Indonesia jenis Arabika (10%) dan jenis Robusta (90%). Jadi kenaikan produksi dunia justru akan meningkatkan ekspor kopi jenis Robusta, karena dibeberapa negara pengimpor (industri) kopi jenis Robusta diolah dalam bentuk campuran (blended) antara jenis robusta dan jenis arabica. Karena walaupun arabica merupakan kopi special (specially coffee) yang diminati perdagangan dunia, namun tetap akan lebih lengkap jika dilakukan pencampuran (blended) untuk memperoleh aroma kopi dan rasa yang lebih nikmat.
Sedangkan untuk krisis juga berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor kopi karena nilai probabilitasnyanya lebih besar dari 10%. Ini berarti bahwa nilai ekspor kopi jatim memiliki perbedaan antara sebelum dan pada masa krisis. Dalam hal ini nilai ekspor dipengaruhi secara langsung oleh kurs mata uang rupiah terhadap dollar. Dari kurs inilah terlihat bahwa nilai kurs mata uang rupiah terhadap dollar ada perbedaan pada saat sebelum krisis dan pada masa krisis. Pada saat sebelum krisis ekonomi (1990-1997) kurs rata-rata pertahun sebesar Rp.2.205,08 per dollar, sedangkan pada masa krisis ekonomi (1998-2005) kurs rata-rata pertahun sebesar Rp. 9.131,42 per dollar (lihat Tabel 5). Jadi krisis ekonomi disini dapat diinterpretasikan, jika pada saat sebelum krisis ekonomi (kode=1) maka nilai ekspor kopi lebih besar, sedangkan pada saat krisis ekonomi (kode=0) nilai ekspor kopi lebih kecil. Pada saat sebelum krisis nilai ekspor sebesar 97.199.533,397, sedangkan pada saat krisis nilai ekspor menurun sebesar US$ -107.509.124,397. Diperoleh rata-rata nilai ekspor kopi sebelum dan masa krisis ekonomi masing-masing adalah sebesar US$ 67.775.054,79, dan US$ 54.096.350,95.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab VI dapat diambil kesimpulan, antara lain sebagai berikut : a) Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Jawa Timur adalah harga kopi ekspor, volume ekspor kopi, dan krisis ekonomi berpengaruh secara signifikan; b) Sedangkan variabel produksi kopi dunia tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor kopi Jawa Timur.
Saran
- Perbaikan harga di tingkat petani dan peningkatan volume produksi kopi di Jawa Timur perlu dilakukan.
- Kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Perkebunan diharapkan lebih intensif dalam memberikan informasi baik tehnologi maupun perkembangan pasar kepada petani kopi.
- Perlunya penelitian lebih lanjut yang lebih mendekati realitas di lapang, misalnya dengan memasukkan variabel kebijakan pemerintah.
- Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata tahunan, sehingga membuat hasil penelitian ini kurang representatif bagi pelaku perkopian di Jawa Timur khususnya petani. Itulah kelemahan dalam penelitian ini, sehingga diperlukan penelitian lanjutan perlu menggunakan data triwulan atau bulanan untuk lebih baik.
Daftar Pustaka
Ahmad, Ridwan. 2005. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia, 1980-2002. Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan. Bidang Ilmu Sosial. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Amy Ratnawati, dkk. 2003. Dampak Kebijakan Ekonomi terhadap Penawran dan Permintaan Tepung terigu di Indonesia (2001). Kumpulan Hasil penelitian Terbaik Bogasari Nugraha 1998-2001. PR&Communication Dept. PT. ISM Bogasari Flour Mills. Jakarta.
Anonymous, 2002. Perkembangan Kopi Dunia.
Anonymous. 2005.The Story Of Coffee. International Coffee Organization 22 Berners Street, London, W1T 3DD, England. Tel: +44 (0)20 7612 0600 Fax: +44 (0)20 7612 0630 E-Mail: info@ico.org.
Drajat, B. 2004. Analisis Prospek Dan Strategi Pengembangan Industri Hilir Kopi. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
Dominick, Salvatore.1995. Ekonomi Internasional. Edisi 3.Yogjakarta Irawan,G.dkk 2004. Kopi Tetap Jadi Andalan Ekspor. Sinar Harapan. James, J.S,1990. Komoditi Kopi, Peranannya dalam Perekonomian Indonesia.
cetakan I, Kanisius. Yogjakarta.
Mahbubi, M. 2003. Analisis Permintaan Tepung Terigu di Jawa Timur. Jurusan
Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang. Malang. Nizwar, Syafa’at. dkk. 2005. Analisis Permintaan dan Penawaran Komoditi
Pertanian Utama. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. Nopirin. 1995. Ekonomi Internasional. BPFE. Yogjakarta
Nuhril, Hanani AR. 2003. Strategi Pembangunan Indonesia. LAPPERA. Yogjakarta.
Rini, ES. SE. M.Si. 2002. Estimasi Fungsi Permintaan. Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Sumatra Utara.
Sadono, S. SE. M.S.Sc. 1999. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Sujdana, 2002. Metoda Statistika Edisi ke 6. Tarsito. Bandung.
Wahid, S. 2002. Jalan Pintas Mengusai SPSS. Edisi I. AndiYogjakarta. Yogajakarta.
Wilson, T C. “Coffee” Encyclopedia Brintannica Edisi ke-14, V, hlm.943 dalam James J. Spillane, Komoditi Kopi, Peranannya dalam Perekonomian Indonesia, I, hlm 12.
_____________ . 2005. Laporan Tahunan. Dinas Perkebunan Propinasi Jawa Timur.
Surabaya.
_____________ . 1990. Laporan Tahunan. Dinas Perkebunan Propinasi Jawa Timur.
Surabaya.
______________ . 2006. Berita Resmi Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia
Februari 2006. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Indonesia
_____________ . 2005. Laporan Tahunan Realisasi Ekspor Non-migas 1990-2004.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Propinasi Jawa Timur. Surabaya.
__________ . 2004. Growth ofJawa Timur Exports and Imports Value 1979-2004.
Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Surabaya.
________________ . 1990-2004. Selected Foreign Exchange Midle Rates Againts
Rupiah at Bank Indonesia Statistics. Central Bank of Republic of Indonesia.Bank Sentral Republik Indonesia.htm
______________ 2003. Rekapitulasi Komoditi Dalam 50 Besar. Dinas Perdagangan
dan Perindustrian Republik Indonesia. Jakarta.
FAOSTAT. FAO Statistics Division 2006. 04 September 2006.
Data Ekspor Kopi Tahunan, Sekretariat Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Surabaya. Jawa Timur.