Berkata Imam Ibnu Muflih al Hanbali dalam al Furu’ (1/195) dan al Hafidh Ibn Hajar al Asqolani dalam Tahdzibut Tahdzib (1/130) :
Berkata Imam Abu Zur’ah ar Rozi : Aku mendengar bahwa Imam Ahmad ibn Hanbal duduk menyandar karena sakit. Saat ada yang menyebut cerita Ibrohim bin Thohman beliau lalu duduk tegak. Beliaupun berkata: Tak patut jika disebut cerita orang sholeh lalu kita duduk bersandar.
Cerita yang sama diriwayatkan Abul Wafa’ Ibn Aqil dalam kitab al Funun.
Sebelum menceritakan kisah ini, Allah yarham Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah menulis dalam pengantar kitab Risalat-ul Mustarsyidin karya Imam al Harits al Muhasibi guru Imam Junaid al Baghdadi (halaman 4) :
Para imam besar salaf jika disebutkan kisah orang sholeh di majlisnya maka mereka memperbaiki adab duduk mereka, untuk menghormati para sholihin walaupun mereka ghoib (tidak hadir di majlis tersebut).
Membaca kisah ini saya seakan menemukan illat kenapa para ulama’ berdiri saat mahall-ul qiyam pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW. Karena jika untuk mendengarkan kisah orang sholih seperti Ibrohim bin Thohman saja Imam Ahmad memperbaiki cara duduknya, bagaimana jika yang disebut dan diceritakan adalah sayyid-us sholihin, raja segala orang sholih Nabi Muhammad SAW.
Benarlah ucapan Imam Barzanji dalam Maulidnya :
هذا وقد استحسن القيام عند ذكر مولده الشريف ائمة ذوو رواية وروية. فطوبى لمن كان تعظيمه صلى الله عليه وسلم غاية مرامه ومرماه.
Demikianlah, dan berdiri saat menceritakan kelahiran (maulid) Nabi dianggap bagus oleh para imam yang memiliki riwayat dan dzauq (rasa cinta). Maka beruntunglah mereka yang menjadikan pengagungan Nabi SAW sebagai harapan dan tujuannya (dalam berdiri dan memperingati maulid Nabi).
walLahu a’lam.
Ahmad Halimy – Robin Kolor Sumenep