Oleh: Yayat Ruhiyat, S.Pd.
A. Pendahuluan
Belajar merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi ke dalam kepala peserta didik. Belajar Membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan peserta didik itu sendiri. Penjelasan dan peragaan, oleh mereka sendiri, tidak akan menuju ke arah belajar yang sebenarnya dan tahan lama. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka, mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dewasa ini telah terjadi perubahan paradigma pendidikan dari model pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif (yang selanjutnya dalam tulisan ini disebut istilah active learning). Tarigan (2009) mengatakan pengajar bahasa mempunyai tugas yang berat, tetapi menarik. Banyak tangtangan yang harus dihadapi supaya upaya mereka berhasil baik. Keberhasilan suatu pengajaran bahasa di tentukan oleh kebaikan dan kemantapan proses belajar mengajar (PBM). Para pengajar senantiasa di dorong untuk dapat menerapkan konsep active learning dalam setiap praktek pembelajarannya. Hal ini mengingat bahwa proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri secara mental dan fisik dalam keseluruhan prosesnya.
Urgensi kegiatan belajar aktif adalah untuk mempelajari sesuatu dengan baik, membantu untuk mendengarkannya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu, dan mendiskusikannya dengan yang lain. Yang paling penting peserta didik perlu ”melakukannya”, memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba ketrampilan-ketrampilan, dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai. Peserta didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain dan memiliki berbagai cara belajar (Mel Silberman:1996). Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik.
Internet sebagai produk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mampu memfasilitasi terselenggaranya pembelajaran yang aktif dan interaktif tersebut melalui konsep pembelajaran online yang dikenal dengan sebutan e-learning. Sanjaya (2010) mengatakan bahwa pemanfaatan Internet sebagai media pembelajaran mengondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Pembelajaran berbasis internet atau e-learning ini dapat mendukung pembelajar untuk mampu terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu melakukan suatu kegiatan interaksi dalam suatu pembelajaran, baik interasi sesama pembelajar, dengan pengajar ataupun interaksi dengan konten pembelajaran itu sendiri. Selain itu, dibanding pembelajaran tradisional yang mengandalkan tatap muka di kelas, e-learning pun dapat memberikan suatu pembelajaran yang fleksibel, artinya tidak terbatas ruang dan waktu pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dengan kata lain, pembelajar dapat memilih waktu dan tempat belajar yang paling sesuai dengan kondisi terbaik mereka baik fisik maupun mental. Konsep active learning dan e-learning yang diuraikan di muka dipandang cocok untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa inggris, terutama pembelajaran menulis. Hal tersebut didasari pada kenyataan bahwa peran aktif pembelajar dalam pembelajaran bahasa asing sangat diharapakan demi tercapainya kompetensi berbahasa yang diharapkan.
B. Pembahasan
Kompetensi menulis merupakan salah satu dari empat kompetensi bahasa yang harus dimilki pembelajar bahasa inggris. secara umum kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran menulis bahasa inggris adalah bahwa pembelajar mampu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi tulis untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan pendapatnya. Tarigan mengatakan (1979) keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam kurikulum disekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan, tidak bisa dilepaskan, tetapi berbeda satu sama lainnya, dan juga berbeda dari prosesnya. Dengan demikian, keempat aspek tersebut perlu mendapat perhatian sepenuhnya di dalam pengajaran bahasa demi tercapainya tujuan. Mengingat pentingnya peran bahasa, maka pengajaran bahasa diajarkan mulai pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa haruslah memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh berbagai kemampuan berbahasa yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
Sehubungan dengan hal diatas, penerapan active learning melalui e-learning dipandang dapat meningkatkan kualitas pembelajran menulis. Active learning dengan segala karakteristiknya di percaya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dengan demikian secara tidak langsung meningkatkan penguasaan materi oleh pembelajar. Merujuk pada Bonwell (1995) karakteristik yang dimiliki active learning antara lain:
- Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian materi semata, melainkan pada pengembangan keterampilan berfikir kritis dan analitis terhadap konten pembelajaran yang sedang di bahasa dan juga pada eksplorasi nilai dan sikap terkait materi pembelajaran
- Pembelajaran tidak hanya menerima materi pembelajarn yang pasif, tapi juga melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pembelajaran dan dituntut untuk dapat berfikir kritis, analistis dan evaluatif.
- Proses pembelajaran mengutamakan adanya arus umpan balik yang tepat. Karekteristik active learning tersebut kurang lebih dimiliki pula oleh e-learning atau setidaknya dapat di fasilitasi dan didukung oleh penerapan e-learning dalam pembelajaran.
E-learning menekankan terjadinya proses pembelajaran yang aktif dan memfasilitasi pembelajar untuk membagun pengetahuannya sendiri. E-learning dapat pula memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi pembelajar karena kemampuanya dapat berinteraksi langgsung sehingga pemahaman terhadap materi lebih bermakan, mudah dipahami, mudah diingat mudah diungkapkan kembali. Munir (2008) mengatakan dengan kontennya yang bervariasi, interaksi yang menarik, pemberian feedback yang langsung, e-learning dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang akan pengetahuan yang disampaikan.
Merujuk pada pemikiran L. Dee Fink dalam sebuah tulisannya yang berjudul Active Learning, di bawah ini akan diuraikan konsep dasar pembelajaran aktif. Menurut L. Dee Fink, pembelajaran aktif terdiri dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman (experience), meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (obeserving) dan dialogue, meliputi dialog dengan diri sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (others).
- Dialog dengan Diri (Dialogue with Self) :
Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan berfikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri, (thinking about my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata
- Dialog dengan orang lain (Dialogue with Others) :
Dalam pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca buku teks atau mendengarkan ceramah, pada dasarnya mereka sedang berdialog dengan “mendengarkan” dari orang lain (guru, penulis buku), tetapi sifatnya sangat terbatas karena didalamnya tidak terjadi balikan dan pertukaran pemikiran. L. Dee Fink menyebutnya sebagai “partial dialogue“ Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Lebih dari itu., untuk melibatkan siswa ke dalam situasi dialog tertentu, guru dapat mengembangkan cara- cara kreatif, misalnya mengajak siswa untuk berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya. baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas, melalui interaksi langsung atau secara tertulis.
- Mengamati (Observing) :
Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan ketika orang lain “melakukan sesuatu (doing something)” , terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Misalnya, mengamati guru sedang melakukan sesuatu. Misalnya, guru olah raga yang sedang memperagakan cara menendang bola yang baik, guru komputer yang sedang membelajarkan cara-cara browsing di internet, dan sebagainya. Selain mengamati peragaan yang ditampilkan gurunya, siswa juga dapat diajak untuk mendengarkan dan melihat dari orang lain, misalnya menyaksikan penampilan bagaimana cara kerja seorang dokter ketika sedang mengobati pasiennya, menyaksikan seorang musisi sedang memperagakan kemahirannya dalam memainkan alat musik gitar, dan sebagainya. Begitu juga siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena-fenomena lain, terkait dengan topik yang sedang dipelajari, misalnya fenomena alam, sosial, atau budaya.
Tindakan mengamati dapat dilakukan secara “langsung” atau “tidak langsung.” Pengamatan langsung artinya siswa diajak mengamati kegiatan atau situasi nyata secara langsung. Misalnya, untuk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak langsung mengunjungi bank-bank yang ada di daerahnya. Sedangkan pengamatan tidak langsung, siswa diajak melakukan pengamatan terhadap situasi atau kegiatan melalui simulasi dari situasi nyata, studi kasus atau diajak menonton film (video). Misalnya unruk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak menyaksikan video tentang situasi kehidupan di sebuah bank.
- Melakukan (Doing):
Kegiatan ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana siswa benar-benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan (bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal (sejarah), membuat presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan sebagainya. Sama halnya dengan mengamati (observing), kegiatan “melakukan” dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep ini menghendaki adanya pembelajaran yang aktif dan interaktif dalam pembelajaran, pembelajar mampu aktif dalam melakukan dan mengamati sesuatu dan mampu berinteraksi baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
E-learning yang akan di bahas dalam tulisan ini mengacu pada LMS berbasis moodle yang merupakan salah satu aplikasi e-learning yang banyak digunakan oleh banyak institusi pendidikan karena kemudahan dalam penggunaanya dan juga bersifat open source. Moodle merupakan sebuah aplikasi Course Management System (CMS) yang gratis dapat di-download, digunakan ataupun dimodifikasi oleh siapa saja dengan lisensi secara GNU (General Public License). Beberapa modul pembelajaran yang dapt dioptimalkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran menulis diantaranya: glossary, forum, journal, dan blog. Berikut akan diuraikan beberapa pemanfaatan modul-modul pembelajaran online tersebut dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran menulis.
1. Modul Glossary
Modul Glossary dapat digunakan untuk aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu pembelajar meningkatkan keterampilannya dalam menulis deslkripsi yang jelas. Dalam pembelajaran menulis, modul glossary dapat dimanfaatkan oleh para pembelajar untuk menysusun suatu ensiklopedia mini yang dikembangkan secara bersama dan digunakan pula demi kepentingan bersama. Sebagai contoh, setiap pembelajar diminta untuk memfoto temapat terunik atau terfavorit dilingkungannya sendiri dan mempresentasikannya dengan semenarik mungkin dengan uraian deskripsi yang jelas layaknya suatu ensiklopedia dalam modul glossary ini. Dengan demikian, pembelajar di harapakan dapat termotivasi untuk menuliskan deskrifsi yang jelas dan informatif, karena mereka tahu pembelajar yang lain akan membaca hasil tulisannya.
2. Modul Forum
Modul forum dapat dimanfaatkan oleh pembelajar untuk berinteraksi atau berdiskusi online dengan sesama pembelajar dan pengajar, dan juga untuk menampilkan hasil pekerjaan menulis mereka. Dengan modul ini memungkinkan terjadinya interaksi tanya jawab atau saling mengomnetari antar pembelajar. Contoh aktivitas pembelajaran menulis yang memanfaatkan forum ini adalah dengan membuka suatu tema diskusi sedrhana, mislkannya tema “Handy for kinder” (handphone untuk anak-anak), pembelajar diminta untuk mengomentari atau meuliskan pendapatnya mengenai tema tersebut, apakah setuju atau tidak jika anak-anak sudah memiliki handphone. Dengan ini di harapakan muncul abik pro ataupun kontra, dan kemampuan mereka dalam menuliskan argumentasi dengan baik dan terlatih. Pengajar disini berperan sebagai moderator atau juga sebaga pengoreksi jika terjadi kesalahan-kesalahan menulis yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan aktivitas e-learning berbasis modul forum ini siswa dapat aktif melakukan kegiatan menulis tetang sesuatu yang yang berhubungan dirinya sendiri dan sekaligus berinteraksi dengna sesama pengguna e-learning yang lainnya.
3. Modul Jurnal
Modul lain yang dapat diguakan dalam pembelajaran menulis adalah modul jurnal. Modul jurnal dapat digunakan oleh pembelajar sebagai media untuk Pengajar nulis diary (buku harian) atau juga sebagai media untuk refleksi diri terhadap pembelajaran yang selama ini mereka terima. Modul jurnal ini bersifat privat, artinya tulisan yang di buat pembelajar dalam jurnal hanya dapat di baca oleh si pembelajar yang bersangkutan dan oleh pengajar. Pengajar dapat memberikan komentar atau umpan balik terhadap tulisan jurnal tersebut dan juga dapat memberikan penilaian atau rating. Dengan modul jurnal ini pembelajar dapat diminta untuk menuliskan kejadian sehari-hari, diary pembelajaran, dan juga refleksi diri tentang proses pembelajaran selama ini berlangsung. Terkait refleksi diri tersebut, pengajar dan juga pembelajar itu sendiri dapat memantau sejauh mana kemajuan dia dalam belajar selama ini, karena kegiatan refleksi diri pembelajar ini merupakan sesuatu hal yang mendasar untuk mengetahui kekurangan dan keunggulan pembelajar dalam berbahasa dan menjadikan pembelajaran lebih terpusat pada pembelajar.
4. Modul Blog
Modul blog dalam pembelajaran menulis dapat digunakan untuk membantu pembelajar menulis kreatif. Modul blog ini sifatnya terbuka, artinya tulisan yang dibuat oleh pembelajar dapat di baca dan di komentari oleh semua peserta pembelajaran. Aplikasi e-learning berbasi moodle ini memungkinkan setiap penggunaanya untuk memiliki blog masing -masing. Dengan moodle ini pembelajar dapat diminta untuk membuat tulisan singkat dan menarik, seperti diary, review, minat, dan artikel singkat dan sebagainya yang tentu saja disesuaikan dengan tema pembelajaran dan tinggkat kemampuan berbahasa pembelajar. Pembelajar pun dapat mengkreasi tulisanya sebagus mungkin dengan pengaturan font dan warna sesuai selera, dan jika perlu mereka pun bisa menampilkan gamabar atau foto dalam tulisannya. Sementara pembelajar yang lain dapat memberikan umpan balik ata komentar pada blog yang mereka baca.
Selain modul-modul pembelajaran online yang telah di deskripsikan diatas, e-learning berbasis moodle masih memiliki banyak modul-modul lain yang dapat dioptimalkan dalam ranggak menciptakan suatu proses pembelajaran yang aktif dan interaktif, baik untuk pembelajaran menulis bahasa inggris taupun untuk pembelajaran lainnya.
C. Penutup
Dari uaraian diatas, dapat dicermati bahwa pemnfaatan TIK, dalam hal ini e-learning, dapat dioptimalkan sedemikian rupa dalam mendukung penerapan active learning. Selain menawarkan fleksibilitas dalam pembelajaran e-learning pun dapat menghadirkan suasana pembelajaran penuh dengan suasana aktif dan interktif, seperti yang disarankan oleh konsep active learning. Sebagai penutup dari tulisan ini, berikut disajikan tabel keterkaitan komponen active learning dengan contoh aktivitas e-learning dalam pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran menulis bahasa inggris.
Active learning |
Aktivitas E-learning |
|
Experinece of | Doing | ü Menggunakan forum diskusi online untuk melatih kemampuan menulis argumentatif.ü Membuat blog untuk melatih kemampuan menulsi kreatif
ü Menggunakan glossary untuk melatih kemampuan menulis naratif |
Observing | ü Memanfaatkan blog untuk membandingkan hasil tulisan sendiri dengan tulisan orang lainü Mengomentari atau memberikan umpan balik terhadap tulisan orang lain. | |
Doing with | Self | ü Menggunakan jurnal untuk menulis refleksi diri tentang pembelajaran yang telah dialami selama ini. |
Others | ü Menggunakan forum untuk mendiskusikan sesuatu dengan orang lain |
Table 1: keterkaitan komponen active learning dan aktivitas e-learning
Dari uraian singkat mengenai active learning dan e-learning ini, perlu ditekankan bahwa penerapan-penerapan pembelajaran online yang mengutamakan keefektifan pembelajar ini bukan malah menjadikan peran pengajar menjadi pasif dan hanya mengandlakan kecanggihan internet untuk menyelenggarakan proses pembelajaran. Peran pengjar mutlak sangat diperlukan baik sebagai fasilitator dan moderator juga dalam ranggak menciptakan suasana yang mampu mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar agar tumbuh kemandirian dalam diri pembelajar.
Dafar Pustaka
Bonwell, C.C. (1995). Active Learning: Creating Excitement in The Classroom. Center Teaching and Learning. St Louis: College of Pharmacy
Dee Fink, L.(1999). Active Learning reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program.
Munir (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. (2010). Perencanaan dan Desain Sisitem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Silberman , M, L. ( 1996 ). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, Boston, Allyn and Bacon.
Tarigan, Henry Guntur. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa. Bandung: Angkasa.
— —
NamaTempat/Tanggal Lahir
Alamat E-mail, and No. HP Latar Belakang Pendidikan Kursus & Pendidikan Organisasi Konferensi National / Seminar |
Kab. Bandung Kode Pos 40393
HP : 085221685856
|