Sebanyak 4.900 guru mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Aceh dinyatakan tidak lulus ujian sertifikasi pada tahun 2012 ini. Dari 6.700 yang ikut, hanya 1.800 yang dinyatakan lulus, sedangkan selebihnya harus mengikuti ujian ulang.
Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan, sebab sebelumnya diinformasikan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) peringkat Aceh jauh berada di posisi paling buncit, yakni peringkat 32 dari 33 provinsi se-Indonesia.
Ketua PGRI Aceh, Ramli Rasyid mengungkapkan, dengan banyaknya guru tidak lulus sertifikasi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua pihak. Namun, hal ini bukanlah keselahan guru semata, tetapi banyak faktor penyebabnya yang harus segera dicari solusinya.
Salah satu solusinya, PGRI Aceh mendesak Pemerintah Pusat melalui Departemen Pendidikan untuk mengubah sistem dan pola yang digunakan dalam ujian sertifikasi bagi guru. Sebab, kondisi ini bukan saja terjadi di Aceh tetapi secara umum di Indonesia.
“Secara umum di Indonesia, sistem ujian sertifikasi bermasalah, hanya saja di kita sangat parah hingga 75 persen peserta tidak lulus tahun ini,” ujar Ramli Rasyid kepada wartawan pada temu pers di Kantor PGRI, Senin (24/9).
Dijelaskan, banyak persoalan yang muncul saat dilakukan ujian secara serentak dan diklat sebelum ujian dilakukan terlalu lama hingga 9 hari baru kemudian dilanjutkan ujian sertifikasi.
Waktu yang terlalu panjang itu membuat konsentrasi guru terpecah-pecah, apalagi mereka datang ke Banda Aceh dari berbagai daerah dengan menggunakan dana sendiri, baik untuk transportasi maupun penginapan serta kebutuhan lain. “Seharusnya jika ini program pemerintah, maka harus ditanggung secara keseluruhan,” ujar Ramli Rasyid.
Sumber:http://theglobejournal.com/pendidikan/ujian-sertifikasi-bermasalah-4900-guru-di-aceh-tidak-lulus/index.php