Oleh Endang Miswati.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan sebuah proses menuju tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal ini, proses pembelajaran sangatlah menentukan hendak kemana anak didik itu akan dibawa. Berbagai macam model pembelajaranpun dilaksanakan untuk meraih tujuan yang ideal. Karena proses pembelajaran merupakan bagian yang integral dari pendidikan. Dalam konteksnya dengan teori belajar dan pembelajaran yang diintegrasikan kedalam pendidikan Islam, beberapa teori belajar dan pembelajaran ditawarkan untuk bisa diterapkan. Diantara teori belajar pembelajaran tersebut adalah teori behavioristik dan kognitivistik. Teori ini membuat suatu gambaran dari miniature problematika kehidupan yang akan dihadapi oleh peserta didik dan guru sebagai pengajar. Berangkat dari sebuah pengalaman yang dimainkan dan dilakukan oleh para ahli pembelajaran, menggambarkan tentang berbagai kegiatan dan aktifitas kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan ibadah, maupun dalam kaitannnya dengan muamalah. Akan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori pembelajaran proses belajar mengajar yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Disinilah sejatinya peran seorang pendidik untuk memilih peran-peran penting yang sekiranya akan ketika mengajar didepan peserta didik. Secara umum kita bisa memahami teori apa yang akan kita gunakan apabila sebagai guru yang mengajarkan tentang Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan teori tersebut ,Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang berbagai teori pembelajaran baik itu dari teori barat maupun teori dari ahli-ahli Muslim. Lalu yang menjadi realita dilapangan bahwa pendidik belum banyak memahami dan mendalami teori-teori belajar yang sesuai . Beranjak dari beberapa permasalahan diatas, maka penulis dalam kesempatan ini mengemukakan dua poin rumusan masalah sebagai berikut:
B. Rumusan masalah
Masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah ;
1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?
2. Bagaimanakah pendapat para ahli pendidikan terhadap teori belajar dan pembelajaran ?
C.Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan memahami pendapat para ahli pendidikan dalam teori belajar dan pembelajaran.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi ( Bell-Gredler, 1986). Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja.Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
1. Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002).Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (Fudyartanto, 2002), belajar (to learn) memiliki arti:
a. to again knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study
b. to fix in the mind or memory: memorize;
c. to acquire trough experience;
d. to become in forme of to find out
Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian pelajar.Pertama, Cronbach (1954), menurut Cronbach, “Learning is shown by change in behavior as result of experience”. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Spears
(1955), yang menyatakan bahwa “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Kedua, Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respon secara alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya (Soekamto & Winataputra, 1997).
Woolfolk (1995) juga menyatakan bahwa “learning accurs when experience causes a relatively permanent change in an individual’s knowledge or behavior”. Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya, kearah yang salah.
Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
2.Ciri-Ciri Belajar
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar yaitu :
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change Behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidak adanya hasil belajar;
b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut (Soekamto dan Winataputra, 1997).
a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
B. Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Menurut Gagne (Winkel, 2007), proses belajar, terutama belajar yang terjadi di sekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase : motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi dan umpan balik. Tahap-tahap atau fase- fase tersebut digambarkan dalam tabel 1.1. (lihat lampiran)
1.Dalam proses belajar, tahap pertama adalah sebagai berikut :
a. Tahap motivasi. Tahap motivasi, yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit.
b. Tahap Konsentrasi, yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari.
c. Tahap Mengolah, siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalamShortTermMemory, atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek , kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna (meaning) berupa sandi- sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.
d. Tahap Menyimpan, yaitu siswa menyimpan simbol- simbol hasil olahan yang telah diberi makna ke dalam Long Term Memory (LTM) atau gudang ingatan jangka panjang. Pada tahap ini hasil belajar sudah diperoleh, baik baru sebagian, maupun keseluruhan. Perubahan-perubahan pun sudah terjadi, baik perubahan-perubahan, sikap, maupun keterampilan.
e.Tahap Menggali, yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima. Ini terjadi pada pelajaran waktu berikutnya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya. menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM. Tahap menggali
2. diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau soal/latihan.
a. Tahap Prestasi, informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar itu, misalnya, berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal atau menyelesaikan tugas.
b. Tahap Umpan Balik, siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) saat perasaan puas atas prestasi yang ditunjukkan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor Pertama yaitu keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mernpengaruhi hasil belajar, terutama pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan baik akan rnempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Pancaindera yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Kedua adalah Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mernpengaruhi proses belajar adalah: kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Kecerdasan/int1igensi siswa .
1. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan- kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah semua faktor yang berasal dan dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsic relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dan luar (ekstrinsic).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dan orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dan luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.
2. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik 1ainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain,pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengekspor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi.
3. Sikap Dalam proses belajar,
Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses be1ajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau me respons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya. Baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003)
4. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) di definisikan sebagai kemampuan , potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah. 2003). Berkaitan dengan belajar, Salvin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.
Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi rang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
a. Faktor-faktor eksogen/eksternal.
Selain karakteristik siswa atau faktor-factor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1. lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah. Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
b. lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
c. Lingkungan sosial ke1uarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat- sifat orang tua demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
2. Lingkungan non sosial.
Faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:
a. Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa.
C. KONSEP BELAJAR BEHAVIORISME
Beberapa para peneliti yang melakukan studi tentang belajar antara lain Ivan Pavlov, Edward Lee Throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull.
1. Ivan Pavlov
Akhir 1800-an, Ivan Pavlov, ahli fisika Rusia memelopori munculnya proses kondisioning responden (respondent conditioning) atau kondisioning klasik (clasical conditioning), karena itu disebut kondisioning Ivan Pavlov.
a. Teori belajar kondisioning klasik (classical conditioning)
Pavlov mengamati, jika daging diletakkan dekat mulut anjing yang lapar anjing akan mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi karena daging telah menyebabkan rangsangan kepada anjing, sehingga secara otomatis ia mengeluarkan air liur.
Daging tersebut dengan stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus). Dan karena saliva terjadi karena otomatis pada dekat anjing tanpa latihan atau pengondisian, maka keluarnya saliva pada anjing tersebut dinamakan sebagai respons yang tidak dikondisikan (un response conditioning).
Menurut eksperimen Pavlov, jika stimulus netral akan berubah menjadi stimulus yang terkondisikan (conditioning stimulus) dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan respons anjing seperti ketika melihat anjing seperti ketika melihat daging.
b. Hukum-Hukum Kondisional Klasik
Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum pengondisian, yaitu pemerolehan (acquisition), pemadaman (extinction), generalisasi (generalization), diskriminasi (discrimination), dan kondisioning tandingan (Davidoff, 1981).
c. Penerapan prinsip-prinsip kondisioning klasik dalam kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
1. Memberikan suasana yang meyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar, misalnya:
a. menekankan pada kerja sama dan kompetisi antar kelompok dari individu
b. membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan lain sebagainya.
2. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi- situasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya:
a. mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran;
b. membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang,
c. jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk membacakan sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil duduk di tempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah dia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di kelas.
3. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi- situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya,dengan:
a. Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi.
b. Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari orang yang tidak dikenal, atau menghindar tetapi aman dan dapat menerima
penghargaan dari orang dewasa ketika orang tua ada .
2. Edward Lee Throndike
Throndike adalah psikologi Amerika yang pertama kali mengadakan eksperimen hubungan S-R dengan hewan kucing melalui prosedur dan apparatus yang sistematis (Fudyartanto, 2002). Eksperimennya yaitu:
a.kucing yang lapar dimasukkan dalam kerangkang (puzzle box) yang dilengkapi alat pembuka bila disentuh;
b. di luar kotak di taruh daging. Kucing dalam kerangkang bergerak ke sana kemari mencari jalan untuk ke luar, tetapi gagal c. pada suatu ketika kucing tanpa sengaja menekan sebuah tombol sehingga tanpa disengaja pintu kotak kerangkang terbuka dan kucing dapat memakan daging di depannya.
3. Burrhus Frederic Skinner
Teori belajar Skinner
Menurut Reber (Syah, 2003), operant adalah sejumlah prilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan dekat.
Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responsnya didatangkan dari stimulus tertentu), respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan olehreinforc er.
Kalau diamati, ternyata eksperimen skinner sama dengan eksperimen yang dilakukan oleh Throndike. Bedanya, makanan (reinforcer) pada Throndike ditunjukkkan terlebih dahulu, sedangkan pada Skinner reinforcer ditunjukkan setelah sebuah tingkah laku terjadi.Selain hukum law effect, teori belajar conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant conditioning dan law extinction.Skinner menidefinisikan belajar pada prinsipnya sebagai sebuah konsekuen Yang menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcemen dalam proses belajar perlu di tunjukkan.
4. Edwin R Guttie
a. Teori belajar menurut Gutrie Edwin R gutrie adalah salah satu penemu teori pembiasaan asosiasi dekat (continuitas conditioning theory ). Dengan kata lain , teori ini menyatakan bahwa belajar adalah kedekatan hubungan antar stimulus dan respons relevan
b . Memutus kebiasaan Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ), maka kebiasaan itu perlu di putus .
c. Punishment( hukuman) . Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalu berperan dalam proses belajar Hukuman (punishment ) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku seseorang.
d. Eksperimen Gutrie
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan kedalam kotak puzel Dari hasil eksperimen tersebut, muncul beberapa prinsip dalam teori kontinuitas yaitu :
1. Agar terjadi pembiasaan maka organisma harus selalu merespons atau melakukan sesuatu ;
2. pada saat belajar melibatkan pembiasaan terhadap gerakan- gerakan tertentu , oleh karena itu instruksi yang diberikan harus spesifik
3. Keterbukaan terhadap berbagai bentuk stimulus yang ada merupakan keinginan untuk menghasilkan respons secara umum;
4. Respons terakhir dalam belajar harus benar ketika itu menjadi di sesuatu yang akan diasosiasikan ;
5. Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.
5. Clark hull
Hull telah mengembangkan sebuah teori dalam versi behaviorisme ia menyatakan bahwa stimulus (s) mempengaruhi organisme (o) dan menghasilkan respons (R) itu tergantung pada karakteristik O dan S . dengan kata lain Hull telah berminat terhadap studi yang mempelajari variabel intervening yang mempengaruhi perilaku seperti dorongan atau keinginan, insentif , penghalang dan kebiasaan. Teori Hull ini disebut dengan teori mengurangi dorongan ( drive reductin theory ).
Namun , lepas dari kelebihan yang dimilikinya teori belajar behavioristik ini
juga memiliki kelemahan-kelemahan ( Syah,2003 ) antara lain:
1. proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung , padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejalahnya;
2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis –mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot , padahal manusia mempunyai keampuan self regulation danself control yang bersifat kognitif.
3. Proses belajar manusia yang dianalogikakan dngan hewan sangat sulit diterima , mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dn manusia.
E. Teori Gestalt
Psikologi kognitif muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt, dengan tokoh-tokohnya seperti Wolfgang, Kohler, dan Kurt Koffka. Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh tokoh behaviorisme, terutama Thorndike, yang menganggap bahwa belajar sebagai trialand error, teori Gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight).
Eksperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan di dalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Di luar sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang tadi untuk dimakan. Pada awalnya dimasukkan sangkar, simpanse berusaha untuk mengambil pisang tersebut, tetapi selalu gagal karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian simpanse melihat sebatang tingkat dan timbul pengertian untuk meraih pisang tersebut dengan menggunakan tongkat itu.
Eksperimen II
Problem yang dihadapi oleh simpanse masih sama dengan eksperimen I, yaitu pisang masih ada di luar sangkar. Akan tetapi pisang tersebut dapat diraih jika tongkat dapat disambung. Jadi ada dua batang tongkat dalam sangkar yang dapat disambung.
Eksperimen III
Problem yang dihadapi diubah, yakni pisang diletakkan di gantung diatas sangkar sehingga simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Di sudut sangkar diletakkan sebuah kotak yang kuat untuk dinaiki oleh simpanse, maka timbullah pemahaman (insight) dalam diri simpanse, yakni menghubungkan kotak tersebut dengan pisang. Lalu kotak tersebut diambil dan ditaroh tepat di bawah pisang. Selanjutnya, simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.
Exsperimen IV
Sama dengan eksperimen tiga, pisang ditaruh di atas sangkar dan ada kotak, hanya saja pada eksperimen ini ada dua kotak yang dapat disambung untuk dinaiki dan digunakan untuk meraih pisang. di atas sangkar.
Proses belajar yang menggunakan insight (insightful learning) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990)
1. Insight tergantung pada kemampuan dasar
2. Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau
3. Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
4. Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba- coba
5. Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulang dengan mudah, dan akan berlaku secara langsung
6. Jikainsight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat dipecahkan.
D. KONSEP BELAJAR KONSTRUKTIVISME
1. Pandangan Konstruktivisme tentang Belajar
Salah satu pandangan tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri.
Secara filosifis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Oleh karena itu. Slavin (1994) mengatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran siswa harus siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas.
2. Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi konstruktivisme mempunyai sejarah akar yang kuat dalam sejarah pendidikan. Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan(dis equilibrium)
3.Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing- masing mempunyai makna yang berbeda-beda.
Dalam adaptasi ini Piaget mengemukakan empat konsep dasar (Nirhadi 2004) yaitu Skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
Pertama, skemata. Manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya ,Kedua, asimilasi. Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru ketika seseorang memadukan stimulus atau persepsi ke dalam skemata atau perilaku yang sudah ada. Ketiga, akomodasi. Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengelaman baru. Keempat, keseimbangan (equilibrium).
4.Konsep Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygorsky (Elliot, 2003.52) belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting . Pertama. Belajar merupakan proses secara biologis sebagai proses dasa. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.Vygorsky percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan zone proximal, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone ini juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa.Menurut Vygotsky, pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif telah melahirkan konsep perkembangan kognitif. Vygotsky membagi perkembangan kognitif yang didasarkan pada perkembangan bahasa menjadi empat tahap (Ellio, 2003) yaitu preintellectual speech, naive psychology dan egocentric speech, dan inner speech Preintelectual speech yaitu tahap awal dalam perkembangan kognitif ketika manusia baru lahir, yang ditunjukkan dengan adanya proses dasar secara biologis (menangis mengoceh, dan gerakan-gerakan tubuh seperti menghentakkan kaki, menggoyangkan tangan) yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi bentuk yang lebih sempurna seperti berbicara dan berperilaku.Naive psychology, yaitu tahap kedua dari perkembangan bahasa ketika seorang anak `mengeksplore’ atau menggali objek-objek konkret dalam dunia mereka.Egocentricspeech, Tahap ini terjadi pada anak usia 3 tahun. Inner speech. Tahap ini memberikan fungsi yang penting dalam mengarahkan perilaku seseorang.Ide dasar lain dari teori belajar, Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya.
5. Strategi Belajar Konstruktivisme
Pendekatan belajar konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses belajar. Strategi belajar (Slavin, 1994) tersebut adalah:
a. Top down processing.
b. Cooperative learning
c. Generative Learning.Strategi ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skema.
6. Model-Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Beberapa model pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivisme adalah discover learning; assisted learning, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan contextual teaching and learning.
1. Discovery learning
Salah satu model pembelajaran kognitif yang paling berpengaruh adalah discovery learning nya Jerome Bruner (Slavin, 1994), yaitu siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Discovery learning telah banyak aplikasinya dalam keilmuan. Discovery learning mempunyai beberapa keuntungan dalam belajar, antara lain siswa memiliki motivasi dari diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas problem yang dihadapi mereka.
2. Assisted learning
Assisted learning mempunyai peran yang sama perkembangan kognitif individu. Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya, baik dengan teman sebaya, orang lain dalam lingkungannya.
Jerome Bruner menyebut bantuan orang dewasa dalam proses belajar anak dengan istilah Scaffolding, yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecahkan problem.
3.Active Learning
Active learning artinya pembelajaran aktif. Menurut Melvin L. Silberm- belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus.
Menurut Silberman, cara belajar dengan cara mendengar- kan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus dengan mengajarkan.
4.The accelerated learning
The accelerated learning adalah pembelajaran yang dipercepat Pemilik konsep ini, Dave Meier, menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic Auditory Visual,d an Intellectual (SAVI) Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar
dengan bergerak dan berbuatAuditory adalah learning by talking hearing
(belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visualartinya learning dengan mengamati dan menggambarkan.intellektual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan
masalah dan melakukan refleksi)
5.Quantum learning
Quantum di definisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Sedang learning artinya belajar. Belajar bertujuan meraih sebanyak cahaya: interaksi, hubungan, dan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Dengan demikian quantum learning adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2000) Dalam praktiknya,quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2000).
6.Contextual teaching and learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan situasi dunia nyata siswa membuat hubungan antar pengetahuan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Murhadi; Yasin, Burham Senduk A Gerad, 2004),
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkanya adalah berikut ini:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Langsungkan sejauh mungkin kegiatan inquiti untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya;
4 Ciptakan`masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan;
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Proses belajar dalam experiential learning juga didasarkan pada pengalaman, sama seperti contextual teaching and learning (CTL) Kedua model belajar tersebut mempunyai konsep bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari memahami dan mentransformasi pengalaman.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan :
1.Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
2. Menurut pendapat ahli pendidikan Islam yang dimaksud dengan belajar adalah :
a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.
b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia lakukan. Apapun yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka melakukannya. Dengan belajar pula manusia akan memiliki ilmu pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.
c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.
DAFTAR PUSTAKA