Disusun Oleh:Bambang Hartono Hz, Npm : 2111030060 [Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Program Pasca Sarjana, Universitas Islam Malang, 2011-2012].
BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam meningkatkan taraf hidup lebih baik dan berbudaya dalam kehidupannya. Dalam dunia pendidikan guru sebagai salah satu ujung tombak dalam keberhasilan suatu pendidikan. Para ahli pendidikan umumnya sepakat bahwa jika ingin meningkatkan mutu pendidikan maka terlebih dahulu harus dilakukan adalah meningkatkan mutu tenaga guru (Ardiwinata, 1997:11).
Tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang pancasilais yang domotori oleh pengembangan afeksi seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya diri, mencapai prestasi tinggi, punya etos kerja, kreatif dan produktif, serta puas akan sukses yang dicapai (Made Pidarta 2009 )
Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar sehingga dapat merubah prilaku siswa. (Dimyati dan Mudjiono ; 2009: 7).
Dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa belajar dapat terjadi disaat memperoleh beberapa pengalaman yang ada di lingkungannya, baik dengan cara melihat, mendengar atau yang ia rasakan sehingga dapat berpengaruh dalam membentuk prilaku siswa. Sehingga, semakin banyak pengalaman yang diperoleh, sangatlah berperan dalam membentuk prilaku siswa. Dikatakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009 ;136) dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan prilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Guru sebagai pendidik dituntut untuk pandai merekayasa pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, serta dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pengalaman dan tujuan dapat diterima siswa. Dengan demikian, siswa akan mengalami perkembangan jiwa, sesuai asas emansipasi diri menuju keutuhan dan kemandirian. (Dimyati dan Mudjiono 2009 ; 3).
Di dalam kelas Guru mengelola kelas dan memproses terjadinya belajar pada siswa. Oleh karena itu sangatlah penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam kelas untuk dapat memberikan suatu pengalaman dengan menggunakan strategi dan metode yang baik serta cocok dalam memberikan pembelajaran terhadap siswanya. Dengan demikian akan dapat mempermudah dalam menyampaikan materi belajar dan dengan mudah di terima serta dipahami bagi siswanya.
Pada akhir-akhir ini telah banyak ditemukan oleh para ahli teori-teori metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan metode itu cocok dan pas pada semua materi pembelajaran di kelas. Oleh karenanya seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memilih strategi pembelajaran yang baik dan efektif agar kegiatan belajar siswa dapat berlangsung dengan baik sehingga kualitas pembelajaran yang diinginkan dapat terwujut.
Salah satu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:21) dalam Prasetyo bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dikatakan dari hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa. Karena pada model Student facilitator and explaining atau bermain peran ini suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya ketrampilan berbicara, ketrampilan menyimak , ketrampilan pemahaman pada teks bacaan, dan ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan dalam keadaan riang.
- B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.
- Bagimanakah konsep model Student facilitator and explaining ?
- Bagaimanakah kedudukan siswa dan guru dalam pembelajaran?
- Bagaimanakah penerapan model Student facilitator and explaining dalam pembelajaran?
- C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
- Menjelaskan tentang konsep model Student facilitator and explaining dan prinsip-prinsip dasarnya.
- Menjelaskan kedudukan siswa dan guru dalam pembelajaran.
- Menjelaskan penerapan model Student facilitator and explaining dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
- A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan lain memiliki persamaan dan perbedaan.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku. Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sikap stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.Kapabilitas tersebut ditimbulkan dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. (Dimyati dan Mudjiono 2009 ; 9-10)
Menurut pendapat Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono 2009 ; 10-13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Menurut Purwanto (1990 ; 89-101) mengemukakan beberapa teori belajar, yakni:
- Teori Conditioning, mengatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Hal yang terpenting dalam belajar adalah adanya latihan-latihan yang kontiniu dan terjadi secara otomatis.
- Teori Connectionism, mengatakan bahwa belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respons. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar adalah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus menerus dan arena proses belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandang sebagai suatu yang pokok dalam belajar.
- Teori menurut Psikologi Gestalt, mengatakan bahwa pertama, dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian (insight) merupakan faktor penting. Dengan belajar dapat memahami/mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanistis belaka, tetapi dilakukan secara sadar, bermotif, dan bertujuan.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses peristiwa yang menjadi pengalaman sehingga dapat merubah prilaku siswa yang terjadi sehari-hari baik di sekolah maupun di lingkungan siswa itu berada.
2. Pembelajaran.
Pembelajaran adalah suatu proses guru dalam mempersiapkan seperangkat belajar bagi siswanya untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Nana Sudjana (2010 ; 9-10) Pengajaran adalah oprasionalisasi dari kurikulum atau GBPP pengajaran di sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dari pengertian diatas bahwa pengajaran adalah seperangkat bahan ajar yang disiapkan guru untuk dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam mempermudah pelaksanaan proses belajar mengajar guru menentukan pokok bahasan, materi ajar, metode sebagai strategi dalam proses belajar mengajar, serta menentukan penilaian sebagai alat ukur pencapaian pengajaran.
Dengan demikian, peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat penting. Oleh karenanya, guru ikut bertanggung jawab dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
- B. Pengertian Metode dan Model Student Facilitator and Explaining.
1. Pemngertian Metode
Metode pengajaran adalah salah satu senjata guru yang dapat menentukan kesuksesan dalam proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar dipengaruhi oleh metode pembelajaran. Model pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangatlah beragam. Oleh karena itu guru pandai-pandai memilih dan memilah metode yang akan digunakan dalam suatu pembelajaran untuk dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran.
Dikatakan oleh Nana Sudjana (2010 ; 76) metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebabagi alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Proses interaksi akan berjalan baik kalu siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.
Lebih lanjut Nana Sudjana (2010 ; 77-91) menambahkan bahwa beberapa model atau metode mengajar antara lain :
- Metode ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini dapat digunakan dengan baik jika didukung dengan alat dan media.
- Metode tanya jawab
Metode yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya, siswa menjawab atau sebaliknya siswa bertanya, guru menjawab. Dengan demikian terjadi hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswanya.
- Metode diskusi
Metode ini pada dasarnya tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksut untuk mendapat pengertian bersama yang lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
- Metode tugas belajar dan resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat dikerjakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secarta kelompok.
e. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi berkelompok mengandung pengertian bahwa dalam satu kelas dipandang dalam satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
f. Metode demonstrasi dan eksperimen
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Oleh karenanya, jika digabung dengan eksperimen merupakan salah satu metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.
g. Metode sosiodrama (role playing)
Dalam pemakaiannya metode ini dapat dikatakan sama dengan disilihgantikan. Pada dasarnya metode ini mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
h. Metode problem solving
Metode ini sebut juga metode pemecahan masalah dengan metode ini siswa diajak untuk berfikir untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
i. Metode istem regu (team teaching)
Dalam penggunaan metode ini di dalam kelas terdapat dua guru atau lebih yang bekerja sama dalam pembelajaran. Dalam pelajaran tertentu guru dapat melibatkan orang lain yang dianggap ahli dibidangnya.
j. Metode karya wisata (field-strip)
Metode ini berbeda dengan karya wisata dalam arti secara umum akan tetapi yang dimaksud adalah mengajak siswa keluar kelas dalam rangka belajar.
k. Metode resorce person (manusia sumber)
Guru dapat mendatangkan orang luar sebagai orang ahli dibidangnya untuk memberikan pembelajaran dapa siswanya.
l. Metode simulasi
simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat se olah-olah. Oleh karena itu, metode ini dimaksudkan cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.
Metode-metode yang telah dikemukakan di atas, merupakan strategi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan yang di inginkan.
Strategi belajar mengacu pada prilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses memori dan kognitif. (Mohammad Nur, 2005 ; 6)
2. Model Student Facilitator and Explaining
Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah merupakan pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. (http;//ras-eko.blogspot.com/ 2011/05/ pengertian model pembelajaran student.html)
Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran) dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati. Model ini dapat dilakukan secara individu atupun secara kelompok. Oleh karenanya, model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa senang dalam belajar siswa.
Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model Student Facilitator and Explaining. Dengan menggunakan metode ini dapat mempunyai nilai tambah yaitu (1) dapat dijamin jika seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dalam bekerja sama hingga berhasil. (2) dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. (Prasetyo, 2001 ; 21 dalam makalah seminar Sholefatul Jannah ). Oleh karenanya, dengan menggunakan model ini sangat cocok jika digunakan dalam pembelajaran bahasa dengan bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara, ketrampilan menyimak , ketrampilan pemahaman pada teks bacaan, dan ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan.
3. Siswa dan Guru dalam Pembelajaran.
- 1. Peranan Guru
Keahlian guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Peranan guru dalam proses belajar mengajar belum dapat digantikan dengan mesin, radio, tape recorder ataupun oleh computer yang paling modern sekalipun. (Nana Sudjana, 2009 ; 12).
Guru adalah suatu jabatan profesi. Karena itu seorang guru selain dituntut profesional dalam pekerjaannya disamping dituntut pula untuk pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Dengan demikian guru dapat disebut sebagai pendidik. Oleh karena itu, dalam perjalanan selanjutnya profesi guru menjadi berbeda dari profesi yang lain.
Dikatan oleh Nana Sudjana (2009 ; 14) bawa pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi jabatab tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Kekhususannya adalah bahwa hakekatnya terjadi dalam suatu bentuk pelayanannya. Orang yang menjalankan profesi sebagai guru hendaknya menyadari bahwa ia hidup dari padanya, itu haknya; ia dan keluarganya harus hidup akan tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang menjadi motivasi utamanya, melainkan kesediaannya untuk melayani sesama.
Di lain pihak profesi guru juga disebut sebagai profesi yang luhur. Dalam hal ini, perlu disadari bahwa seorang guru dalam melaksanakan profesinya adanya budi luhur dan akhlak yang tinggi. Mereka (guru) dalam keadaan darurat dianggap wajib pula membantu tanpa imbalan yang cocok. Atau dengan kata lain hakikat profesi luhur adalah pengabdian kemanusiaannya.
Sebagai profesi, guru juga tidak terlepas dari tuntutan. Menurut Sutijono (2011:15) ada dua tuntutan yang harus dipilih dan dilaksanakan guru dalam upaya mendewasakan anak didik. Tuntutan itu adalah:
1) Mengembangkan visi anak didik tentang apa yang baik dan mengembangkan self esteem anak didik.
2) Mengembangkan potensi umum sehingga dapat bertingkah laku secara kritis terhadap pilihan-pilihan. Secara konkrit anak didik mampu mengambil keputusan untuk menentukan mana yang baik atau tidak baik.
Menurut Dr. Karl Heinz Flaching (dalam Ardiwinata, 1997:26-35), bahwa seorang pendidik mempunyai beberapa fungsi, yakni:
- Fungsi Komunikator
Sebagai komunikator guru memiliki peran yang berkaitan dengan informasi. Untuk ini seorang guru selain menyediakan sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa, juga berupaya menyaring informasi tersebut agar yang diberikan kepada para siswa itu adalah informasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan siswa, serta mengevaluasi informasi yang tersedia di masyarakat dan mengolahnya dalam suatu bentuk yang cocok bagi kelompok penerima informasi tersebut sehingga kelompok ini memahami isi informasi tersebut.
- Fungsi Inovator
Sebagai seorang inovator guru membangun dan mengembangkan dari sesuatu yang ada sebelumnya ke arah yang lebih baik lagi sesuai dengan tuntutan zaman. Hal yang demikian perlu dilakukan, karena di masa sekarang setiap orang menuntut pelayanan yang cepat dan efektif sehingga mereka merasa puas. Dengan demikian seorang guru mampu meramalkan tentang apa saja yang kira-kira dibutuhkan oleh masyarakat yang akan datang. Lebih dari hal-hal tersebut, terutama agar seorang guru tidak ditinggalkan oleh zaman yang dilaluinya.
- Fungsi Emansipator
Dalam tugasnya seorang guru sebagai emansipator adalah guru membantu membawa perorangan atau kelompok orang kepada tingkat perkembangan kepribadian, segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang lebih tinggi dari keadaan sekarang sehingga memungkinkan mereka mampu berdiri sendiri (mandiri). Dalam prakteknya, seorang guru tidak hanya menitikberatkan pada isi materi pelajaran, melainkan juga menitikberatkan pada peserta didiknya. Dengan fungsi ini, maka guru berupaya memberikan perlakuan yang adil dan merata terhadap semua siswanya, tanpa membedakan status sosialnya.
- Fungsi Motivator
Telah banyak hasil penelitian yang dilakukan para ahli bahwa motivasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang tinggi. Sebaliknya, motivasi yang rendah akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang rendah pula. Sebagai seorang guru ingin agar apa yang diajarkannya dapat dicerna, dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh siswa. Hal yang demikian dapat terjadi apabila guru yang bersangkutan dapat memotivasi para muridnya untuk mempelajari dan mengikuti ajaran yang disampaikannya.
Berkenaan dengan pentingnya motivasi ini, telah banyak teori yang dikemukakan para ahli tentang cara-cara memotivasi yang efektif. Semua cara tersebut hendaknya pandai-pandai memilih dan memiliah secara seksama dan dipraktekkannya sesuai dengan keadaan lingkungan sekolah. Salah satu motivasi tersebut adalah dengan menunjukkan manfaat atau keuntungan dari pelajaran yang dipelajarinya bagi kehidupannya.
- Fungsi Fasilitator
Sebagai fasilitator guru menyediakan berbagai sarana dan kemudahan yang menyebabkan para siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara seksama. Berbagai fasilitas belajar diupayakan sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sebagaimana mestinya.
- Fungsi Dinamisator
Dalam fungsinya sebagai dinamisator, seorang guru harus tampil sebagai yang menggerakkan terhadap kreativitas para siswa menuju keadaan di mana meraka satu dan lainnya saling berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Mereka tidak puas dengan hasil yang dicapainya itu dan terus berupaya untuk meningkatkannya dari waktu ke waktu.
- Fungsi Teladan
Fungsi sebagai teladan erat kaitannya dengan tugasnya sebagai pendidik yang akan terus berupaya mencitrakan kepribadiannya. Untuk menumbuhkan yang demikian itu tidak hanya cukup dengan kata-kata atau sekedar himbauan saja melainkan harus diikuti dengan contoh teladan yang baik. Hal sesuai dengan namanya yakni guru (digugu dan ditiru).
- Fungsi Orang tua
Dalam menjalankan fungsinya sebagai orang tua, maka seorang guru harus memiliki ciri-ciri sebagai orang tua. Misalnya, harus bertanggung jawab atas keberhasilan anak didiknya, harus melindungi anak didiknya dari pengaruh negatif yang berkaitan dengan masa depan mereka, harus menunjukkan rasa kasih saying secara adil sebagaimana kepada anaknya sendiri. Dengan sifat yang demikian itu, seorang guru juga harus berjiwa besar dan lapang dada, tidak lekas putus asa, pemaaf, dan selalu berbesar hati.
- Fungsi Sahabat
Dalam fungsinya sebagai sahabat, maka hubungan guru dan murid tidak akan berakhir ketika seorang anak menyelesaikan studinya atau keluar dari sekolah, melainkan terus dibina dan dilanjutkan ketika anak didiknya telah selesai studinya. Dengan posisinya yang demikian itu, maka seorang guru dapat menolong anak didiknya tidak hanya dalam keperluan belajar saja melainkan juga dalam bidang yang lainnya. Dengan cara persahabatan yang demikian itu, maka antara guru dan siswa akan terjadi kedekatan psikologis. Seorang siswa tidak merasa angker atau takut ketika melihat atau berhadapan dengan gurunya, dan gurupun tidak menganggap rendah atau hina ketika melihat keadaan muridnya. Namun demikian dalam hubungan sebagai sahabat ini hendaknya dilakukan dengan cara hati-hati sedemikian rupa tidak melampaui batas-batas yang kurang pada tempatnya/wajar.
- Fungsi Penghibur
Pada umumnya siswa menyukai hiburan, karena sebagai manusia, siswa menyukai pada hal-hal yang indah dan menyenangkan hatinya. Kemampuan guru menghibur pada siswanya akan menyebabkan timbulnya kedekatan antara guru dan siswanya. Untuk ini, maka sebagai guru yang baik hendaknya memiliki rasa humor (sens of humor). Dengan cara demikian ia dapat menghidupkan suasana belajar mengajar yang lebih berhasil lagi.
- Fungsi Ahli mengajar
Tidak cukup bagi seorang pengajar hanya memperhatikan bahan atau ilmu pengetahuan yang akan diajarkan pada para siswa, melainkan mereka itu semua harus mengetahui pula segi-segi didaktid dan metodik pengajaran dari ilmu tersebut. Dalam hubungan ini seorang pengajar tidak cukup hanya dengan mengutamakan penguasaan teknik, dan klasifikasi interaksi, apabila tidak mengetahui apa yang sedang, dan akan diajarkan. Bukan rahasia lagi, di kalangan peserta didik sering merasakan “kejemuan” atau “kurang senang” saat mereka sedang belajar. Hal ini merupakan gejala yang cukup mengkhawatirkan karena muculnya sikap dan pandangan yang demikian itu cara penyajian dan metode pengajaran yang diterapkan kurang cocok.
Selain fungsi-fungsi guru di atas, Setiawan (2004:28) juga menyatakan beberapa hal tentang peran guru sebagai berikut.
a) Fasilitator; guru bertugas merencanakan dan mengorganisasikan proses pembelajaran dengan baik.
b) Pembimbing (guide); guru bertugas melakukan bimbingan dan penyuluhan, memberikan arahan-arahan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran.
c) Berpikir terbuka (open minded); guru diharapkan dapat mengakomodasikan sega cara untuk mencapai efektivitas pembelajaran.
d) Pendukung (supporter); guru diharapkan mampu memberikan saran, tantangan kreativitas, dan berpikir bebas.
e) Mengakui cara belajar individual. Guru harus mampu memperhatikan kemungkingan-kemungkinan, kekuatan, keperluan, dan perasaan setiap siswa.
- 2. Kedudukan Siswa
Sehubungan dengan kedudukan siswa, maka dalam proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Berkaitan dengan hal ini terdapat beberapa prinsip penting berikut ini.
a) Pembelajaran yang dilakukan oleh seorang individu harus dilihat sebagai suatu proses. Prinsip ini menekankan perlunya mengakui otonomi siswa dalam mendapatkan informasi pembelajaran.
b) Motivasi adalah kunci dalam pembelajaran. Prinsip ini menekankan perlunya guru melakukan dorongan agar siswa selalu memiliki sikap ingin tahu, inisiatif, dan menemukan.
c) Meninjau pengalaman siswa sebagai suatu yang berperan penting dalam pembelajarn. Prinsip ini menekankan bahwa siswa selalu memiliki keyakinan, sikap, dan pengetahuan yang telah ada dalam dirinya yang telah tersimpan dalam otaknya.
d) Menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan proses kerja otak. Prinsip ini menekankan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk memiliki dan mentransformasikan informasi-informasi yang ada di sekeliling tempat hidupnya, dapat membangun dugaan-dugaan (hipotesis) dan mampu membuat pilihan-pilihan.
4. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
- Diawali oleh guru memberikan pemahaman awal dan penguasaan bahan guna memberikan cakrawala berfikir tentang penghayatan dan penguasaan imajinasi bagaimana cara memerankan seorang tokoh sesuai teks yang sudah disediakan. Dengan demikian, komunikasi verbal yang ingin disampaikan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara dapat terealisasi dengan baik.
Begitu pentingnya pengetahuan awal yang harus diberikan kepada siswa untuk dapat menggabungkan antara pengetahuan yang sebelumnya di miliki siswa dengan pengetahuan baru yang akan diterimanya. Hal ini dapat memperkaya memori siswa yang disimpannya. Mohammad Nur (2005 ; 10 )
- Guru memberikan penjelasan tetang hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermain peran ini utamanya pada aspek penjiwaan atau ekspresi, vocal, gaya, kerja sama dalam melakukan peran
- Guru memberikan keleluasaan berfikir bagi siswa untuk mengadakan pengamatan dan penilaian terhadap kelompok yang tampil. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan diskusi dengan kelompoknya.
Dengan hasil pengamatan dan penilaian tersebut diharapkan siswa dapat mengungkapkan ide dan gagasannya untuk meningkatkan kemampuan berbicara tentang hal-hal yang ada dalam materi pembelajaran yang telah dibacanya.
Kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek kebahasaan mencakup intonasi, jeda, pilihan kata/diksi, struktur kalimat. Aspek non kebahasaan antara lain keberanian, kelancaran, ekspresi/ mimik.
5. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Setiap metode atau model pembelajaran tentunya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Adapun kelebihan dan kekurangan model Student Facilitator and Explaining adalah :
a. Kelebihan
1. Dapat meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Karena siswa dituntut menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada pertemuan selanjutnya.
2. Dapat memperbaiki kehadiran, karena tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan melibatkan siswa secara aktif. Oleh sebab itu, bagi siswa yang sekali tidak hadir akan dalam pertemuan ditekan untuk hadir pada pertemuan berikutnya terkait dengan tugas yang telah ia terima sebelumnya.
3. Dapat memotivasi siswa untuk selalu meningkatkan volume belajarnya.
4. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar dalam kelas.
Dari kelebihan model Student Facilitator and Explaining dapat disimpulkan bahwa pada tahap akhir guru hanya sebagai fasilitator serta daya serap pembelajaran yang diterima siswa lebih banyak dan cepat, dibandingkan dengan metode lain, karena pada metode yang lain siswa yang aktif dalam kelas hanya siswa tertentu atau pada siswa yang rajin saja, sedangkan siswa yang lain hanyalah ”pendengar” pada materi yang disampaikan guru.
b. Kelemahan
- Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktifitas.
- Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas.
- Peralihan dari secara klasikal ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan waktu tang tersedia.
6. Hambatan dalam model Student Facilitator and Explaining
Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain :
1. Pada Siswa.
- siswa yang pasif dapat mengganggu teman-temannya, atau siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan cara berdiskusi bersama kelompoknya kadang dimanfaatkan untuk berbicara diluar materi pelajaran.
- Siswa yang kurang aktif sering menggantungkan kepada teman yang aktif.
- Kelas yang jumlah siswanya banyak dapat berpengaruh pada saat pelaksanaan pembelajaran.
- Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada pembentukan kelompok. Hal ini memperlambat pada proses pelaksanaan. Karena setelah pasangan yang lain selesai pada tahap akhir.
2. Pada Guru
a. Kesulitan mengatur waktu yang sesuai dengan perencanaan, disaat ada siswa yang mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum selesai. Oleh karena itu, diperlukan guru untuk sering mendatangi masing-masing kelompok untuk mengecek kesiapannya.
b. Guru memberikan point pada siswa yang sering bertanya, atau memberikan sanggahan saat proses berlangsung.
7. Manfaat Model Student Facilitator and Explaining
Setiap metode pembelajaran yang akan dipergunakan dalam proses belajar mengajar tentu ada manfaat yang dapat diterima siswa. Manfaat Model Student Facilitator and Explaining antara lain :
- Para siswa dapat menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain. Sehingga pemahaman materi pembelajaran lebih dipahami hal ini dapat terlihat banyaknya siswa yang akan mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dengan pasangannya.
- Guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir dan berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, disamping dapat dengan seksama mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan yang lebih detil.
BAB III
PENUTUP
- A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Model Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kemampuan siswa khususnya pada pembelajaran bahasa di sekolah diantaranya adalah, kemampuan berbicara, mengungkapkan fikiran sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, daya serap pembelajaran yang diterima siswa lebih banyak dan cepat, dengan riang siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN