Oleh Widyo Nugroho [Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100, Pondok Cina – Depok 16424 widyo@staff.gunadarma.ac.id].
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan manajemen pengetahuan berupa strategi pembelajaran bermedia dalam melihat hasil belajar mahasiswa untuk mata kuliah graf dan algoritma dihubungkan dengan kemampuan berpikir abstrak.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen, dengan desain faktorial 2 x 2 di Universitas Gunadarma. Sampel berjumlah 100 siswa dengan dua kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tiap kelompok sampel berjumlah 25 siswa.
Dari hasil penelitian ini didapat : 1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan strategi pembelajaran. 2) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kemapuan berpikir abstrak.. 3) Untuk kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi, hasil belajar mahasiswa yang menggunakan media komputer lebih tinggi dari mahasiswa yang belajar dengan media VCD. 4) Untuk kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah, hasil belajar mahasiswa yang belajar dengan media komputer tidak jauh berbeda dengan strategi pembelajaran bermedia VCD
Kata Kunci : Manajemen Pengetahuan , kualitas pembelajaran
Latar Belakang
Bidang kajian teknologi pendidikan dapat didefinisikan dengan berbagai macam formulasi, diantaranya dikatakan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi manusia, alat, dan sistem, termasuk diantaranya gagasan, prosedur dan organisasi. Teknologi pendidikan juga diformulasikan sebagai pendekatan yang sistematis dalam rangka menganalisa dan memecahkan persoalan proses belajar.
Belajar dalam era pengetahuan seperti sekarang ini sangatlah berbeda dengan belajar di masa lalu. Saat ini kita dituntut untuk belajar baik sendiri maupun bersama dengan cepat, mudah dan gembira tanpa memandang waktu dan tempat. Hal ini mendorong untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga terjadi proses pembelajaran yang menyenangkan.
Bidang kajian manajemen pengetahuan / knowledge management (KM) adalah teknik membangun lingkungan pembelajaran ( learning environment ), dimana orang-orang didalamnya terus termotivasi untuk belajar, memanfaatkan informasi yang ada, serta pada akhirnya mau berbagi pengetahuan baru yang dihasilkannya.
Kondisi saat ini, pendidikan tinggi menghadapi persoalan bagaimana mendidik para mahasiswa agar mampu mengembangkan diri mereka menjadi manusia yang benar-benar terampil, profesional dan memiliki kemandirian. Dikemukakan oleh Conny bahwa berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa dosen (pengajar di pendidikan tinggi) adalah aktor utama di dalam kelas. Dosen menuntut pola perilaku dan sikap tertentu yang bercirikan prosedur di kelas yang merupakan pengaruh dari luar diri pebelajar. Akibatnya pebelajar tidak komunikatif dan tidak memiliki ketrampilan menyatakan diri.
Ciri lain adalah “mengalihkan” pengetahuan yang tidak melahirkan pre-kondisi mengembangkan minat, konsentrasi ataupun kesiapan belajar. Dosen tahu produk (hasil) belajarnya, tetapi jarang mengamati prosesnya dan ketrampilan mental apa yang terbaik yang harus menjadi kinerja si pembelajar . Hal ini akan merugikan terhadap sikap belajar dan proses pembelajaran itu sendiri bahkan juga bagi pembentukan kepribadian yang belajar untuk bisa mencapai kemandirian. Agar lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi dapat memenuhi harapan yang diinginkan, banyak upaya yang harus dilakukan seperti; pembenahan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga pengajar, peningkatan keefektifan pembelajaran, penyediaan sarana dan prasarana secara cukup, pembenahan manajemen, dan sebagainya. Dari sekian banyak upaya yang dilakukan perguruan tinggi, upaya peningkatan keefektifan pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting, karena hal tersebut akan menimbulkan dampak langsung bagi mahasiswa sehingga pada gilirannya akan menentukan kualitas lulusan perguruan tinggi.
Agar para mahasiswa dapat mengembangkan cara berpikir kritis atau mengembangkan kemampuan penalarannya, maka pola pembelajaran harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan tersalurnya daya kritis mahasiswa. Perlunya peningkatan keefektifan pembelajaran adalah agar perguruan tinggi dapat mengembangkan tugas dan tanggung jawabnya membina mahasiswa sehingga dapat berdiri dan berusaha sendiri, memupuk jiwa wiraswasta, mengembangkan kemampuan berpikir secara mandiri dan kritis. Keberhasilan mahasiswa dalam menerima dan menerapkan pengetahuan tidak dapat lepas dari peranan dosen dalam mengelola interaksi belajar mengajar. Dalam pengalihan semua materi pelajaran kepada mahasiswa dan dosen juga harus memperhatikan mutu pembelajaran sehingga pengalaman mengajar saat itu dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang akan datang.
Suasana dan lingkungan belajar yang baik dapat berhasil kalau dosen merencanakan terlebih dahulu faktor internal dan faktor eksternal dari proses perkuliahan. Faktor eksternal yang harus diperhatikan oleh dosen sebagai pengelola belajar mengajar antara lain; kontiguitas, repetisi dan penguatan sedangkan faktor internal dalam diri mahasiswa antara lain, pengetahuan faktual, kecakapan intelektual dan strategi.
Strategi Pembelajaran
Keberhasilan seseorang dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang diperolehnya. Hasil belajar menurut Snelbacker adalah perubahan tingkah laku yang memiliki ciri-ciri: 1). Tingkah laku baru berupa kemampuan yang aktual, 2). Kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan 3). Kemampuan baru tersebut diperoleh melalui suatu usaha. Gagne mengemukakan hasil belajar sebagai kapasitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar meliputi lima katagori hasil belajar, yaitu: 1). Ketrampilan intelektual, 2). Informasi verbal, 3). Strategi kognitif, 4). Ketrampilan kognitif, dan 5). Sikap atau nilai-nilai.
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan komposisi bagian-bagian dan fungsi masing-masing komponen pembelajaran untuk mencapai apa yang telah dirumuskan sebelumnya. Gagne dan Briggs mendefinisikan kegiatan pembelajaran ini sebagai suatu rangkaian peristiwa yang mempengaruhi orang belajar (learner) sedemikian rupa sehingga membantu proses belajar.
Belajar menurut pandangan Skiner adalah perubahan tingkah laku dalam peluang atau kemungkinan terjadinya respon. Sedangkan menurut Gagne belajar merupakan proses kognitif yang mengubah orang dari satu keadaan ke keadaan lain yang menghasilkan satu kapabilitas atau lebih. Dengan kata lain, belajar merupakan perubahan dalam diri seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak tidak terampil menjadi terampil, dari tidak berminat menjadi tertarik, dan sebagainya.
Gagne menyatakan perubahan tingkah laku tersebut hendaknya bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisik. Menurut Lindgren perubahan tingkah laku hendaknya disebabkan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Selanjutnya Bel Gredler menyatakan bahwa perubahan tingkah laku sebagai proses memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap.
Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Bell Gradler, Gagne menyebutnya sebagai keanekaragaman dalam belajar. Keaneka-ragaman tersebut dapat digolongkan dalam lima ragam belajar, yaitu: 1). Informasi verbal, 2). Ketrampilan intelektual, 3). Ketrampilan motorik, 4). Sikap, dan 5). Siasat kognitif. Kelima ragam belajar tersebut dalam kegiatan pembelajaran harus dipelajari dengan cara yang berlainan pula.
Kemampuan Berpikir Abstrak
Berpikir merupakan salah satu ciri manusia. Sejak dapat mempersepsi, manusia berpikir dan proses ini terus berlanjut sampai akhir hayatnya. Manusia dianugrahkan oleh sang pencipta dengan pikiran, oleh karena itu kelebihan manusia dibandingkan dengan mahluk ciptaan lainnya adalah ditentukan oleh kekuatan pemikirannya yang diwujudkan dalam perbuatannya, setelah melalui proses penghayatan.
Kemampuan berpikir merupakan sekumpulan ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir menurut Suryabrata merupakan proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan menurut Conny berpikir merupakan proses mental yang terjadi karena berfungsinya otak dalam rangka mencari jawaban atas suatu persoalan, menemukan ide-ide, mencari pengetahuan, atau sekedar untuk berimajinasi. Proses berpikir terjadi sebagai wujud dari berfungsinya otak manusia, karena otak manusia merupakan pusat kesadaran, pusat berpikir, perilaku, dan emosi manusia mencerminkan keseluruhan dirinya, kebudayaan, kejiwaan, bahasa dan ingatannya.
Berpikir abstrak merupakan salah satu jenis kemampuan yang merupakan atribut inteligensi. Menurut Termen seperti yang dikutip oleh Winkel dan Lewis R. Aiken, inteligensi merupakan kemampuan berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak ini adalah suatu aspek yang penting dari inteligensi, tetapi bukan satu-satunya.
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh E. L. Thorndike sebagaimana dikutip oleh Robinson dan Robinson yang membagi kemampuan umum atas tiga aspek, yakni: 1). Inteligensi sosial, 2). Inteligensi konkret, dan 3). Inteligensi abstrak.
- Inteligensi sosial (Social intelligence), yaitu kemampuan untuk menguasai atau memahami hal ihwal manusia baik sebagai pribadi maupun kelompok masyarakat.
- Inteligensi konkret (concrete intelligence), yaitu kemampuan untuk memahami atau menguasai ihwal benda mati.
- Inteligensi abstrak (abstract intelligence ), yang berupa kemampuan untuk memahami dan menguasai ihwal simbol-simbol verbal dan simbol-simbol matematika.
Kemampuan berpikir abstrak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tes kemampuan berpikir abstrak yang merupakan subtes (baterai) dari Diferential Aptitude Test (DAT). Tes ini terdiri dari delapan subtes,
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma pada semester ATA (Awal Tahun Ajaran) 2003/2004. Penelitian ini dilakukan selama satu semester, yaitu mulai dari Agustus 2003 sampai dengan Januari 2004
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian ini terdiri dari 9 kelas mahasiswa semester lima jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma yang mendapatkan mata kuliah Graf dan Analisis Algoritma. Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa semester lima mempunyai kemampuan yang sama, karena mereka telah telah menyelesaikan mata kuliah yang sama. Demikian halnya dengan semua dosen diasumsikan juga mempunyai kemampuan mengajar yang sama.
2. Prosedur Penarikan Sampel
Penarikan sampel penelitian dilakukan secara bertahap, yaitu sebagai berikut:
- Melakukan penarikan sampel yang diambil secara purposif. Kelas yang akan dikenai perlakuan yaitu kelas III IA 01dan III IA 05. Adapun beberapa alasan penentuan kedua kelas tersebut, antara lain: 1). Dosen yang mengajar di kelas itu mempunyai waktu luang di hari Sabtu dan penggunaan laboratorium komputer hanya bisa dipakai di hari Sabtu, dan 2). Jadwal kosong mahasiswa kedua kelas tersebut di hari Sabtu.
- Selanjutnya dilakukan pengukuran tingkat kemampuan berpikir abstrak pada semua mahasiswa yang menjadi kelas sampel. Untuk menentukan mahasiswa termasuk dalam kelompok berpikir abstrak tinggi dan rendah dilakukan oleh tenaga psikolog dari Lembaga Psikologi Universitas Gunadarma.
- Hasil tes kemampuan berpikir abstrak seluruh mahasiswa kemudian diurutkan dari skor yang tinggi ke skor yang rendah.
- Pada tahap kedua, masing-masing kelompok dipilih menjadi dua, yaitu; kelompok yang beranggotakan mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan dari skor yang diperoleh kemudian diranking. Sebanyak 27% kelompok atas dinyatakan sebagai kelompok yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi sedangkan 27% kelompok bawah dinyatakan sebagai kelompok yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah. Pengambilan masing-masing 27% kelompok atas dan kelompok bawah didasarkan pada pendapat Pophan yang menyarankan bahwa kelompok tinggi dan kelompok rendah ditentukan dengan memilih 27% dari semua peserta.
Sebanyak 25 mahasiswa kelompok atas maupun kelompok bawah, dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diambil sebagai sampel.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen, dengan desain faktorial 2 x 2. Eksperimen lapangan adalah kajian penelitian dalam situasi nyata (realita), dengan memanipulasi satu variabel bebas atau lebih dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat oleh pembuat eksperimen sejauh yang dimungkinkan situasinya. Penelitian eksperimen desain faktorial mempunyai dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pertama yang dimanipulasi (variabel eksperimental) adalah strategi pembelajaran, variabel bebas (variabel atribut) adalah kemampuan berpikir abstrak, sedang variabel terikat adalah hasil belajar Graf. Variabel bebas yang dimanipulasi di kelompokkan menjadi dua katagori, yaitu; strategi pembelajaran bermedia komputer dan strategi pembelajaran bermedia VCD. Variabel atribut di kelompokkan dalam dua katagori, yaitu; kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir abstrak rendah.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan pengaruh dua macam strategi pembelajaran, yaitu: 1). Strategi pembelajaran bermedia komputer, dan 2). Strategi pembelajaran bermedia VCD terhadap hasil belajar Graf mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Gunadarma yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak (K. B. Abstrak) berbeda.
Hasil Penelitian
Penelitian ini mengajukan pengujian hipotesis tentang perbedaan rerata dari delapan kelompok sampel, yaitu kelompok sampel (A1), (A2), (B1), (B2), (A1B1), (A2B1), (A1B2), dan (A2B2). Untuk menguji hipotesis nihil tentang tidak adanya perbedaan diantara rerata dalam sampel-sampel penelitian digunakan analisis varians ANAVA – dua jalur yang kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk menentukan efek utama mana yang lebih tinggi. Hasil perhitungan analisa data dengan menggunakan uji ANAVA dari skor Hasil belajar graf .
Dari hasil perhitungan ANAVA – dua jalur untuk sumber varians antar kolom terlihat bahwa harga Fhitung ternyata lebih kecil dari harga F tabel atau (Fhitung = 2,15 < F tabel = 3,94). Hal ini berarti H0 diterima atau H1 ditolak. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelompok mahasiswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran bermedia komputer dan kelompok mahasiswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran bermedia VCD.
Tabel ANAVA – Dua Jalur 2 X 2 untuk Hasil belajar Graf Mahasiswa Universitas Gunadarma Pada Taraf Signifikasi a = 0,05.
Sumber Varians | Jumlah Kuadrat | Derajat Kebebasan | Rata-rata Kuadrat | F
hitung |
F
tabel |
Antar Kolom (A) | 10,24 | 1 | 10,24 | 2,15 | 3,94NS |
Antar Baris (B) | 324,00 | 1 | 324,00 | 67,95 | 3,94** |
Interaksi AB | 67,24 | 1 | 67,24 | 14,10 | 3,94 * |
Kekeliruan dlm. kelompok | 457,76 | 96 | 4,77 | ||
Total | 859,24 | 96 |
Keterangan:
* | = | Signifikan |
** | = | Sangat Signifikan |
NS | = | Non Signifikan |
Dari hasil perhitungan ANAVA – dua jalur untuk sumber varians itneraksi dilihat bahwa harga F hitung lebih besar dari harga F tabel atau 14,10 > 3,94. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan berpikir abstrak dapat memberikan perbedaan terhadap hasil belajar Graf. Adanya interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan berpikir abstrak ini bisa dijelaskan secara grafik sebagaimana disajikan pada Gambar dibawah ini.
Gambar : Pengaruh Interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Ke-mampuan Berpikir Abstrak. |
Untuk mengetahui strategi mana yang lebih tinggi bisa dilakukan dengan menggunakan uji Tukey. Hasil perhitungan uji Tukey adalah sebagai berikut:
Tabel Hasil Perhitungan Uji Tukey.
No. | Perbandingan Rerata Kelompok | F hitung | F tabel | Keterangan |
1. | A1 B1 dan A2 B1 | 5,22 | 2,75 | Fhitung > Ftabel |
2. | A2B2 dan A1B2 | 2,29 | 2,75 | Fhitung < Ftabel |
Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana yang tertera pada Tabel dan sesuai dengan
hipotesis yang diajukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Dari hasil analisis uji tukey untuk A1 B1 dan A2 B1 didapat bahwa harga F hitung lebih besar dari F tabel (F hitung = 5,22 > F tabel = 2,75). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Untuk mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi pengaruh strategi pembelajaran bermedia komputer lebih tinggi dari pada strategi pembelajaran bermedia VCD. Hal ini berarti untuk mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi, hasil belajar mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran berbantuan komputer lebih tinggi dari pada mahasiswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran bermedia VCD.
Dari hasil analisis uji tukey untuk A2B2 dan A1B2 didapat bahwa harga F hitung lebih kecil dari F tabel (F hitung = 2,29 < F tabel = 2,75). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Untuk mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah,pengaruh strategi pembelajaran bermedia komputer tidak berbeda secara signifikan dari strategi pembelajaran bermedia VCD. Hal ini berarti hasil belajar mahasiswa yang yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran bermedia komputer untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah hasil belajarnya tidak jauh berbeda dengan hasil belajar mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia VCD
Ikhtisar Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian hipotesis yang menggunakan ANAVA – Dua jalur dan hasil uji perbandingan
dengan uji scheffe maka dapat dibuat ikhtisar hasil penelitian sebagai berikut :
- Secara keseluruhan hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar mahasiswa dengan strategi pembelajaran. Hasil secara keseluruhan mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia komputer lebih tinggi dari pada mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia VCD. Hasil belajar secara keseluruhan mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia komputer dalam proses pembelajaran Graf lebih tinggi dari pada mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia VCD.
- Untuk kelompok yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi, hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia komputer dan strategi pembelajaran bermedia VCD. Hasil belajar mahasiswa yang belajar dengan strategi bermedia komputer lebih tinggi dari pada mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia VCD.
- Untuk kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan abstraksi rendah hasil analisis menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia komputer dan strategi pembelajaran bermedia VCD dalam proses pembelajaran Graf. Hasil belajar mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermedia komputer tidak jauh berbeda pada strategi pembelajaran bermedia VCD
- Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan berpikir abstrak
DAFTAR RUJUKAN :
www.infodiknas.com