Oleh Karwono (Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro Lampung dan sebagai sebagai Deputy Team Leader pada Sustainable Capacity Building Decentralization Project (SCBDP) Field Team East ADB LOAN 1964 – INO).
PENDAHULUAN
Guru memainkan peran penting dalam transformasi budaya melalui sistem persekolahan, khususnya dalam menata interaksi peserta didik dengan sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Untuk itu diperlukan guru yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang memadai, mutu kepribadian yang mantap, serta menghayati profesinya sebagai guru. Profesi keguruan merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai kemampuan, sedangkan kemampuan tersebut memerlukan pelatihan, baik berupa latihan kemampuan yang terbatas maupun kemampuan yang terintegrasi dan mandiri.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyebutkan bahwa guru dan dosen harus menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dan dosen mengelola proses pembelajaran peserta didik. Seorang guru yang mempunyai kompetensi pedagogik minimal telah menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, baik metode pembelajaran, maupun pendekatan pembelajaran. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru dan dosen yang mantap, berakhlak mulia, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Kompetensi sosial ialah kemampuan seorang guru dan dosen untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisisen dengan peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesioanal adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
Bagaimana rumusan standar pendidik dan tenaga kependidikan masih diperlukan telaah lebih lanjut, namun setidak-tidaknya guru harus memiliki seperangkat kemampuan dasar yang diperlukan dengan bergesernya paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher oriented) kepada pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student oriented). Guru dituntut memiliki kemampuan untuk menata interaksi peserta didik dengan sumber belajar. Kemampuan tersebut mulai dari kemampuan pembelajaran yang memerlukan dominasi guru lebih besar, seperti kemampuan: membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya serta mengadakan variasi, sampai menata interaksi siswa dengan sumber belajar yang lebih memberi kesempatan bagi terjadinya kadar lebih tinggi keterlibatan dan prakarsa peserta didik seperti kemampuan: mengelola kelas, memberi penguatan, pembelajaran kelompok kecil, pembelajaran kelompok dan perorangan, serta penggunaan bahasa.
John Goodlad melakukan penelitian di Amerika Serikat yang hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran yang efektif. Oleh sebab itu kemampuan mahasiswa calon guru perlu dikembangkan melalui latihan kemampuan dalam mengelola pembelajaran di laboratorium pembelajaran mikro sebelum melakukan pembelajaran di lapangan. Pelatihan kemampuan mengelola pembelajaran pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) selama ini belum memadai, baik dari segi curahan waktu maupun intensitas pelatihan pembelajaran. Hal ini dapat berakibat pada standard kemampuan yang dihasilkan belum optimal serta rendahnya komitmen guru terhadap profesinya.
Pembelajaran mikro adalah sebuah model pembelajaran yang dimikrokan, dalam arti segalanya serba terbatas meliputi; (a) jumlah mahasiswa antara 5 – 7 orang, (b) materi adalah sub topik yang sederhana (c) waktu antara 10 – 15 menit (d) kemampuan yang dilatihkan terbatas pada beberapa komponen utama pembelajaran, pengertian ini sekaligus merupakan ciri-ciri dari pembelajaran mikro. George Brown, (1975:4) menyarankan untuk melakukan evaluasi program pelatihan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran diperlukan umpan balik. Pemberian umpan balik dapat dilakukan secara langsung maupun tak langsung terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Dalam pembelajaran mikro, pemberian umpan balik diharapan dapat berfungsi sebagai penguatan (reinforcement). Sedangkan tujuan pemberian penguatan adalah agar tingkah laku yang baik dapat diteruskan dan tingkah laku yang kurang baik dapat dicegah atau diperbaiki.
Julian Rotter (1973; 56), melalui teori belajar sosialnya sekitar tahun 1960-an. Rotter menghubungkan perilaku dengan psikologi kognitif serta percaya bahwa perilaku itu sebagian besar ditentukan oleh “reinforcement”, dan melalui penguatan individu meyakini faktor penyebab tindakan mereka. Selanjutnya keyaninan ini dapat menuntun tentang sikap dan perilaku seperti apa yang bisa diadopsi dari orang lain. Rotter mendefinisikan locus of control sebagai persepsi seseorang terhadap sumber-sumber yang mengontrol kejadian-kejadian dalam hidupnya, dalam hal ini ada locus of control eksternal dan internal. Jika individu tersebut meyakini bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialami merupakan tanggung jawab pribadi dan merupakan usaha sendiri, maka orang tersebut dikatakan memiliki locus of control internal. Sedangkan locus of control eksternal merupakan keyakinan individu bahwa keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh kekuatan yang berada di luar dirinya yaitu nasib, keberuntungan atau kekuatan lain.
Realita yang ada kadang-kadang sebaliknya, pemberian umpan balik dimaksudkan agar terjadi nilai positif sebagai penguatan tetapi sering diterima oleh mahasiswa sebagai ejekan atau penghinaan dan sering menimbulkan rasa harga diri kurang. Untuk itu perlu adanya definisi konseptual atau operasional yang disepakati bersama tentang istilah pujian, antusiasme, dan kritisme. Konsepsi demikian dalam batas-batas tertentu terikat pada kebudayaan, sebagai ilustrasi pernyataan “that’s not bad “(itu tidak jelek)” dapat menjadi pujian di Inggris Utara, pernyataan netral di Inggris Selatan, dan penghinaan di New England. Dalam tatanan kehidupan yang memiliki budaya jamak (multikultural), maka dalam pembelajaran mikro perlu memperhatikan konsdisi tersebut. Kultur sangat berpengaruh terhadap penerimaan umpan balik yang diberikan oleh dosen pembimbing. Oleh sebab itu strategi pemberian umpan balik manakah yang tepat sesuai dengan karakteristik internal mahasiswa.
Selama ini belum banyak upaya yang dilakukan untuk menata pembelajaran mikro melalui eksperimen untuk menguji pengaruh umpan balik yang diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Melalui pembelajaran mikro kemampuan mengelola pembelajaran dapat dilakukan secara sistematik dengan latihan yang berjenjang yaitu latihan terbatas, latihan dengan bantuan teman sejawat (peer teaching) dan latihan lapangan. Atas dasar pemikiran tersebut selanjutnya dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: (1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang diberi umpan balik langsung dan tak langsung dalam pembelajaran mikro (2) Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal dalam pembelajaran mikro. (3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang diberi umpan balik langsung dan tak langsung pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control iternal. (4) Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang diberi umpan balik langsung dan tak langsung pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. (5) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pemberian umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di lingkungan FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung selama satu semester, dimulai Pebruari sampai dengan Juli 2006. Metode yang digunakan adalah exsperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Ada tiga variabel penelitian ini, yakni variabel perlakuan, variabel atribut, dan variabel terikat. Variabel perlakuan yaitu pemberian umpan balik yang dibedakaan menjadi pemberian umpan balik langsung dan tak langsung. Variabel atribut yaitu locus of control yang dibedakan menjadi mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal. Variabel terikat berupa kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro.
Popolasi dan Sampel. Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa di lingkungan FKIP Unversitas Muhammadiyah Metro Lampung. Sedangkan populasi terjangkau adalah mahasiswa FKIP yang mengikuti matakuliah pembelajaran mikro semester genap tahun akademik 2004/2005, yaitu terdiri Progran Studi Pendidikan Sejarah, Pendidikan Dunia Usaha, Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, dan Pendidikan Fisika, BP tercatat ada 215 orang. Teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling.
Program studi yang terpilih sebagai kelompok exsperimen yaitu program Studi Pendidikan Biologi dan Pendidikan Fisika, sedangkan dua program studi yang terpilih sebagai kelompok kontrol yaitu program studi Pendidikan Matematika, dan Pendidikan Dunia Usaha (PDU) Ekonomi. Anggota sampel setiap kelompok adalah 24 orang, pengambilannya dilakukan secara random. Teknik pengelompokan pemberian umpan balik dilakukan secara acak, untuk pemberian umpan balik langsung mahasiswa dikelompokkan menjadi dua sub kelompok yaitu mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal. Untuk pemberian umpan balik tak langsung, mahasiswa juga dikelompokkan menjadi dua sub kelompok yaitu kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal, masing-masing sub kelompok beranggotakan 12 orang.
Jumlah untuk masing-masing kelompok mengacu pada Frankel dan Wallen (1982: 425), bahwa jumlah sampel untuk setiap kelompok eksperimen minimal 30 orang, meskipun kadang-kadang studi eksperimental hanya dengan 15 orang pada kelompok masih bisa dipertahankan dan bisa dikontrol dengan cermat. Komposisi anggota sampel sebagai berikut:
Tabel 1 Komposisi Anggota Sampel Penelitian
Umpan Balik Locus of Control |
Umpan Balik Langsung | Umpan Balik Tak Langsung | Total |
Locus of control iternal |
12 |
12 |
24 |
Locus of Control eksternal |
12 |
12 |
24 |
Total | 24 |
24 |
48 |
Pegukuran locus of control yang dimiliki mahasiswa menggunakan intrumen baku dari Rotter (1966: 1) yaitu dengan questionnaire locus of control. (a) Masing-masing kelompok diberikan questionnaire locus of control, yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Karena sebagian besar teori menjelaskan bahawa questionnaire untuk locus of control terdapat dua pilihan yang ekstrim yaitu pertanyaan yang mengarah locus of control internal dan eksternal, maka bagian yang mengarah pada locus of control eksternal yang di beri skor 0 (nol) dan pertanyaan yang mengarah locus of control internal diberi skor 1. (b) Skor yang diperoleh selanjutnya dibuat peringkat dan dipilah menjadi dua kelompok yaitu: kelompok skor tinggi (atas) adalah untuk mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan kelompok rendah (bawah) adalah untuk mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. Penetapan locus of control internal dan eksternal yang dimiliki mahasiswa dari anggota populasi, dengan cara mengambil 27 % kelompok atas untuk kelompok mahasiswa yang dinyatakan memiliki locus of control internal dan 27 % kelompok bawah yang dinyatakan kelompok yang memiliki locus of control eksternal. Penetapan 27 % ini sesuai dengan saran Popham (1981: 296) bahwa kelompok tinggi dan kelompok rendah dirtentukan dengan memilih 27 % dari semua peserta. Dalam kerangka sampel jumlah peserta dibagi ke dalam kelompok tinggi dan kelompok rendah, tujuannya adalah untuk membedakan kelompok (Dali S. Naga, 1992: 51-54).
Waktu pemberian perlakuan kedua kelompok sama, yakni selama satu semester yaitu 16 kali perlakuan dengan rincian: 1 kali pertemuan untuk pengantar perkuliahan, 3 kali pembekalan materi perkuliahan dan 11 kali latihan (simulasi) unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran serta 1 kali untuk ujian komprehensif kemampuan mahasiswa mengelola pembelajaran. Waktu perkuliahan pembelajaran mikro 3 sks (150 menit) dengan pembagian waktu sebagai berikut: unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran setiap mahasiswa 15 menit, pemberian umpan balik antar 5 – 8 menit. Pemberian umpan balik diberikan setelah mahasiswa melakukan unjuk kemampuan mengelola pembelajaran. Umpan balik langsung diberikan secara lisan, sedangkan untuk pemberian umpan balik tak langsung diberikan secara tertulis.
Kemampuan mengelola pembelajaran yang disimulasikan oleh setiap mahasiswa meliputi 10 komponen, masing-masing komponen yang ditampilkan hasilnya diberikan umpan balik oleh dosen pembina. Pemberian umpan balik berupa tanggapan, saran, kritikan, komentar terhadap unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro. Simulasi unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran ada tiga tahap. Tahap satu latihan untuk simulasi pembelajaran mikro meliputi kemampuan: (1) membuka pelajaran (2) bertanya (3) mengadakan variasi (4) menjelaskan. Tahap kedua latihan yang disimulasikan meliputi kemampuan:(5) mengelola kelas (6) memberi penguatan (7) membimbing diskusi kelompok kecil. Tahap ketiga latihan yang disimulasikan meliputi kemampuan: (8) pembelajaran kelompok kecil dan perorangan (9) penggunaan bahasa (10) menutup pelajaran. Umpan balik diberikan pada setiap tahapan dan komponen yang disimulasikan. Ujian dilakukan setelah latihan setiap komponen telah mencapai standar yang dipersyaratkan.
Dosen pemberi perlakuan, penilai dan pemberi umpan balik adalah dosen pembina mata kuliah pembelajaran mikro. Ada empat orang dosen pembina yang diambil dari 7 orang dosen matakuliah pembelajaran mikro. Keempat orang tersebut dikelompokan menjadi dua yaitu dua orang untuk pemberian umpan balik langsung dan dua orang untuk pemberian umpan balik tak langsung dilakukan secara acak. Ujian kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran dilakukan untuk masing-masing mahasiswa 2 orang dosen penguji. Hasil akhir kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran adalah penjumlahan dari masing-masing dosen penilai.
Instrumen Penelitian. Teknik Pengumpulan Data, ada dua data pokok yang dikumpulkan untuk kepentingan penelitian ini yaitu data tentang:
(1) Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro, instrumen yang digunakan berupa lembar observasi kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Secara operasional kemampuan mengelola pembelajaran mikro, adalah: nilai yang diperoleh seorang mahasiswa calon guru dalam mengaplikasikan komponen-komponen mengelola pembelajaran yang dilakukan untuk mengelola pesan pembelajaran agar terjadi perubahan yang diharapkan pada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam latar kelas mikro. Aspeknya meliputi kemampuan: membuka pelajaran, bertanya, mengadakan variasi, menjelaskan, mengelola kelas, memberi penguatan, menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, Kemampuan mengelola pembelajaran kelompok dan perorangan, serta penggunaan bahasa.
(2) Locus of control yang dimiliki mahasiswa, instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel ini berupa questionnaire locus of control. Instrumen locus of control yang diadaptasi dari instrumen baku Rotter (1966: 1), dengan disuaikan dengan hal-hal yang bersifat kontekstual.
Secara operasional Locus of Control dapat didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap sumber-sumber yang mengontrol kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat dibedakan menjadi locus of control eksternal dan internal. Locus of control internal adalah keyakinan individu bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialami adalah merupakan tanggung jawab pribadi dan merupakan usaha sendiri. Sedangkan locus of control eksternal merupakan keyakinan individu bahwa keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh kekuatan yang berada di luar dirinya yaitu nasib, keberuntungan atau kekuatan lain.
Teknik Analisis Data. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis varian (ANAVA) dua jalur. Pada akhir analisis, jika hasil analisis menunjukan perbedaan dan interaksi yang signifikan antar variabel, maka analisis dilanjutkan untuk menguji kelompok mana yang lebih tinggi dengan menggunakan uji Tukey. Pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan uji Liliefors, untuk uji normalitas dan homoginitas diuji dengan barlett (chi square).
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang diperoleh melalui instrumen penelitian secara umum dapat dipaparkan seperti terangkum berikut:
Tabel 2 Deskripsi Data Hasil Kemampuan Pembelajaran
Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis, uji normalitas data dilakukan dengan uji Liliefors sedangkan untuk uji homoginitas diuji dengan barlett (chi square). Setelah dilakukan uji normalitas ternyata keseluruhan data sampel penelitian adalah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan uji homoginitas dilaksanakan diperoleh bahwa keseluruhan data penelitian yang dikumpulkan berasal dari populasi yang homogin.
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS
Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan metode statistik dengan menggunakan formula ANAVA dua jalur. Rangkuman hasil analisis varians data hasil kemampuan pembelajaran tercantum pada tabel 2.
Tabel 2 Rangkuman Hasil Perhitungan ANAVA
Sumber Varian | JK | db | RJK = JK/db | Fh =RK/ RKD | Ft(a=
0,05) |
Ft(a=
0,01) |
1 | 385,33 | 7,66 ** | 4,06 | 7,34 | ||
1 | 168,75 | 3,35 ns | 4,06 | 7,34 | ||
Kolom dan Baris Interaksi | 2352,74 | 1 | 2352,74 | 46,75 ** | 4,06 | 7,34 |
Dalam Kelompok | 2214,43 | 44 | 50,33 |
– |
– |
– |
Total direduksi | 5121,25 | 47 |
– |
– |
– |
– |
Keterangan:
JK = Jumlah Kuadrat | Fh = F hitung | * = Signifikan |
db = Derajad Kebebasan | Ft = F tabel | ** = Sangat Signifikan |
RKD = Rerata Kuadrat Dalam | Ns = Non signifikan |
Perhitungan ANAVA dua jalur pada tabel 2 dilakukukan Uji Lanjut dengan Uji Tukey.
KESIMPULAN
Kontak 081939483377