Oleh Umi Nasihah (Fakultas Tarbiyah, STAI Syamsul Ulum Gunung Puyuh Sukabumi).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar, guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum, atau memberi nasihat. Tindakan guru tersebut berarti menguatkan motivasi intrinsic; tindakan guru tersebut juga berarti mendorong siswa untuk belajar, suatu penguatan motivasi ekstrinsik. Siswa tertarik belajar karena ingin memp-eroleh hadiah atau menghindari hukuman. Dalam hal ini siswa ‘menghayati’ motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik, dan bertambah bersemangat untuk belajar. Sesuai dengan tugas perkembangan maka siswa dapat bangkit untuk beremansipasi menjadi mandiri. Emansipasi mandiri tersebut berlangsung sepanjang hayat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dalam memenuhi kebutuhan pribadi.
Dengan belajar yang bermotivasi siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar dapat dikategorikan :
- hasil belajar sementara
b. hasil belajar bagian
c. hasil belajar tak lengkap, atau
d. hasil belajar lengkap.
Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam nilai rapor, nilai ijazah, atau transkip IP. Sebagian besar rekayasa pendagogis guru terwujud sebagai dampak pengajaran.
Dampak pengiring adalah untuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atu merupakan transfer hasil belajar di sekolah. Munculnya dampak pengiring bila lulusan sekolah meenghadapi masalah. Dampak pengiring terletak dalam kepentingan siswa sendiri. Dari segi tugas perkembangan jiwa maka dampak pengiring merupakan unjuk kerja tugas perkembangan untuk mencapai aktualisasi diri secara penuh. Dampak pengiring merupakan sarana untuk sarana melakukan emansipasi kemandirian bagi siswa.
Setelah siswa lulus sekolah, sekurang-kurangnya selsesai wajib belajar tahun, maka diharapkan mengembangkan diri lebih lanjut. Lulusan sekolah dapat membuat program belajar sepanjang hayat, lewat jalur sekolah atau luar sekolah.
Dengan memrogram belajar sendiri secara berkesinambunngan maka ia memperoleh hasil belajar atas tanggung jawab diri sendiri. Ditinjau dari segi siswa, maka emansipasi kemandirian berupa rangkaina program belajar sepanjang hayat. Program belajar di luar rekayasa pendagogis guru adalah suatu rangkain dampak pengiring berupa program dan hasil belajar sepanjang hayat. Dalam hal ini sang siswa telah mampu memperkuat motivasi belajarnya sendiri karena kebutuhan aktualisasi diri.
1.2. Rumusan Masalah
Untuk lebih mengarahkan masalah yang akan dibahas, maka penulis terlebih dahulu akan mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
- Analisis motivasi belajar
- Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
- Upaya meningkatkan motivasi belajar
- Macam-macam sumber belajar
1.3. Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui pengertian tentang motivasi belajar
- Untuk mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
- Untuk mengetahui upaya meningkatkan motivasi belajar
- Untuk mengetahui macam-macam sumber belajar
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1. Analisis Tentang Motivasi Belajar
Perilaku belajar dilakukan oleh si pebelajar. Pada diri si pebelajar terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita disebut motivasi belajar. Komponen utama motivasi tersebut adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan si pebelajar. Motivasi belajar sangat penting dipahami oleh siswa maupun guru.
Penguatan motivasi-motivasi belajar berada di tangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat
Perilaku belajar yang mengandung motivasi belajar yang dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa, sebagai berikut :
Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis. Ia menyusun desain pembelajaran, dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Guru bertindak membelajarkan siswa yang memiliki motivasi intrinsik. Siswa adalah pembelajar yang berkepentingan dalam menghayati belajar. Ada siswa yang telah berkeinginan memperoleh pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan sejak kecil. Siswa tersebut memiliki motivasi intrinsik. Siswa yang lain baru memiliki keinginan memperoleh pengalaman, keterampilan dan pengetahuan berkat teman sebayanya. Mereka ini memiliki motivasi ekstrinsik.
2.2. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar ada di dalam diri siswa. Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar ada dalam jaringan rekayasa pendagogis guru yaitu dengan tindakan pembuatan persiapan belajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Dilihat dari segi emansipasi kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Hal-hal yang mempengaruhi motivasi belajar pada siswa diantaranya :
a). Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan siswa. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Oleh sebab itu, cita-cita akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar sehingga akan mewujudkan aktualisasi diri.
b). Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c). Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah menguatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
d). Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencan alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Oleh sebab itu, kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e). Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televise, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajarOleh sebab itu, guru professional diharapkan mampu memanfaatkan semua itu agar tercipta kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajara
f). Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Guru adalah pendidk yang berkembang. Sebagai pendidik, partisipasi dan teladan perilaku yang baik merupakan salah satu upaya membelajarkan siswa. Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut :
- Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
- Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan
- Membina belajar tetib pergaulan
- Membina belajar tetib lingkungan sekolah.
Disamping itu, upaya pembelajaran secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya meliputi :
- Pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib belajar
- Pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna
- Mendidik cinta belajar.
Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda lainnya. Guru professional dituntut menjalin kerja sama pendagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut.
2.3. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
a). Tenaga Pengajar (Guru)
Motivasi mempunyai nilai dalam pengajaran, adalah menjadi tanggung jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motivasi pada siswanya untuk belajar. Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
Motivasi menentukan tingkat berhasii atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
Pengajar yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.
Pengajaran yang bermotivasi membentukaktivitasdan imaginitas pada gum untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki self motivasi dan yang baik.
Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hai ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.
Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran asas motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan mengajar.
Dalam rangka mendorong motivasi siswa untuk belajar di sekolah yang menganut pandangan demokratis, dengan menciptakan belajar dikemukakan oleh Keneth M. Mover adalah:
1) Pujian. Karena pujian mempunyai nilai besar bagi siswa untuk belajar.
2) Manfaat minat yang telah dimiliki siswa yang bersifat ekonomis.
3) Kegiatan-kegiatan yang merangsang minat siswa. Guru merangsang minat disesuaikan dengan kondisi siswa.
4) Rasa cemas yang besar menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa.
5) Tugas terlalu sukar dan bantuan tidak ada maka akan menjadikan siswa menjadi frustrasi.
6) Tekanan kelompok siswa biasanya bersifat pasif dalam kelompok hal ini tidak baik dalam hubungan antara anggota kelompok.
7) Kreativitas siswa yang besar erat kaitannya dengan motivasi belajar bagi siswa.
Setiap pihak yang terlibat dalam aktivitas persekolahan harus berusaha memperhatikan dan mencari cara untuk menumbuhkan, menjaga, serta mengarahkan motivasi tersebut agar peserta didik dapat meraih prestasi optimal. Richard I Arends dalam bukunya Learning to Teach menyarankan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memotivasi para peserta didik, antara lain:
1) Sikap percaya guru pada kemampuan siswa
Banyak hal yang mempengaruhi siswa yang dibawanya ke sekolah seperti kepribadiannya, pengalaman masa lalunya, kehidupan di rumah, dsb. Faktor-faktor ini memang dapat mempengaruhi seberapa keras mereka berupaya di sekolah. Namun demikian, faktor-faktor tersebut tidak banyak dapat diubah oleh para guru. Hal paling penting yang dapat dilakukan guru sepenuhnya adalah perilaku dan kepercayaan guru itu sendiri terhadap peserta didik. Meyakini bahwa setiap peserta didik dapat belajar dan karenanya memiliki potensi untuk berkembang secara maksimal dapat mempengaruhi pola pendekatan pembelajaran guru di sekolah menjadi lebih telaten dan promotif. Sehingga, menimbulkan kepercayaan diri siswa dan keyakinan bahwa mereka dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi.
2) Menciptakan situasi belajar yang positif
Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, aman, dan nyaman, penting untuk dapat memotivasi siswa.
3) Membangun perhatian dan nilai-nilai intrinsik siswa
Membangun perhatian dan motivasi intrinsic peserta didik merupakan hal yang penting. Beberapa hal yang dapat membangun minat dan keingin tahuan para siswa yaitu :
– Hubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa
-Gunakan nama siswa dalam memberi ilustrasi yang positif
– Sajikan materi pelajaran dalam bentuk cerita secara bersemangat. Misalnya : ”Ketika kalian memesan milkshake (sebut merek terkenal tertentu) kesukaan kalian, maka dia tidak akan mencair meskipun kalian panaskan di dalam oven. Hal itu disebabkan oleh bahan pengemulsi yang terbuat dari ganggang yang sedang kita pelajari ini.”
– Selain itu penggunaan permainan, simulasi, perjalanan edukatif, pembicara tamu dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di sekolah.
4) Mengatur Tingkat Kesulitan Tugas
Tugas-tugas yang terlalu mudah hanya menuntut sedikit upaya dan tidak menghasilkan keinginan untuk sukses sehingga otomatis tidak bias memotivasi. Demikian pula tugas yang terlalu sulit dikerjakan seberapa besar pun upaya mereka juga tidak memotivasi bahkan mungkin menimbulkan frustasi. Oleh karena itu tingkat kesulitan tugas-tugas yang diberikan harus proporsional.
5) Memanfaatkan balikan (feedback)
Feedback mengenai performa yang baik dapat menumbuhkan motivasi intrinsik. Sebaliknya, feedback terkait performa yang kurang baik dapat menjadi masukan yang berguna bagi peserta didik untuk dapat memperbaikinya asal memang benar-benar ditindak lanjuti. Oleh karena itu, soal-soal evaluasi yang telah diberikan sebaiknya dibahas kembali sehingga peserta didik mengetahui kegagalan mereka dalam menyelesaikan beberapa soal tersebut.
6) Memperhatikan kebutuhan siswa
Secara umum kebutuhan siswa akan determinasi diri yaitu kemampuan untuk menentukan pilihan-pilihan akan terpenuhi ketika mereka merasa diberi hak untuk memberi pernyataan mengenai lingkungan kelas mereka dan tugas-tugas belajar mereka.
7) Fasilitasi pembentukan kelompok dan kohesi kelompok
Membangun sebuah lingkungan kelas yang positif dapat memotivasi siswa untuk meraih prestasi. Hal ini menuntut perhatian terhadap kebutuhan sosial dan emosional siswa di samping kebutuhan akademik mereka. Bekerja dalam kelompok dengan target yang terukur dan kompetitif dapat menjadi pendorong semangat siswa dalam menunaikan tugas-tugas belajar mereka. Demikianlah beberapa hal yang dapat menumbuhkan dan menjaga motivasi siswa dalam belajar. Tentu di samping itu masih banyak hal yang dapat memotivasi para siswa. Yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana tindak laku dan titah tutur para guru, karyawan, dan pimpinan sekolah terhadap siswa bersifat positif dan membangun kepercayaan diri siswa bukan malah merendahkan kepercayaan diri mereka.
b). Upaya-upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar. Peran guru disini cukup banyak untuk meningkatkan belajar. Upaya-upaya meningkatkan motivasi belajar siswa diantaranya sebagai berikut.
1) Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar antar lain :
Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar. Oleh karena itu, guru perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.
Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan yang menantangnya. Oleh karena itu, peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik.
Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu. Oleh karena itu, disamping mengajarkan bahan secara terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.
Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan-bahanbelajar siswa semakin bertambah. Oleh karena itu, guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai menantang.
Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari. Oleh karena itu, guru perlu memberitahukan criteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
2) Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran
Guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada di dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa dengan cara sebagai berikut.
a) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya
b) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar, guru “tetap secara terus-menerus” mendorong
c) Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar member kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar
d) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, misalnya surat kabar, dan tayangan televise yang mengganggu pemusatan perhatian belajar agar dicegah
e) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar
f) Guru merangsang siswa dengan penguatan member rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segal hambatan dan “pasti berhasil”.
3) Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa
Guru adalah penggerak perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar.
Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya
b) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa
c) Guru memecahkan hal-hal yang sukar, dengan mencari “cara memecahkan”.
d) Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidikan keberanian mengatasi kesukaran.
e) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
f) Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekannya yang mengalami kesukaran.
g) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri.
h) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri.
4) Pengembangan Cita-cita dan Aspirasi Belajar
Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikkan cita-cita bangsa. Upaya mendidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar dapt dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
a) Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan
b) Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar
c) Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan untuk belajar
d) Guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar
e) Guru memberanikan siswa keinginan-keinginannya dan mencatat keinginan yang tercapai dan tidak tercapai
f) Guru bekerja sama dengan pendidikan lain seperti orang tua, ulama, dan yang lainnya untuk mendidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar sepanjang hayat.
Dalam rangka pengembangan cita-cita belajar tersebut, guru dan pendidik lain dapat membuat program-program belajar. Program-program yang dapat dilakukan antara lain :
g) Program lomba baca yang di selenggarakan untuk menyambut hari kemerdekaan
h) Program lomba karya tulis ilmiah, seni rupa, kerajinan, unjuk kreatifitas seni, dan sebagainya
i) Program belajar kebaktian sosial bagi siswa dan karang taruna.
b. Peserta Didik (Calon Guru)
2.4. Macam-macam Sumber Belajar
- Sumber pokok
Sumber pokok pengajaran Agama Islam adalah Al-Quran dan Al-hadits. Pada masa awal pertumbuhan Islam, Nabi Muhamad SAW telah menjadikan Al-Quran sebagai sumber belajar pendidikan Agama Islam disamping Sunnah beliau sendiri (hadits).
Kedudukan Al-Quran, sebagai sumber belajar yang paling utama dijelaskan oleh Allah dalam firman-NYA.
Firman Allah SWT. : (tulis arabnya ya pak…….)
Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (Q.S. Al-Nahl: 64).
Rasulullah juga menegaskan sebagaimana sabdanya:
Artinya:” Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulllah”. ( H.R. Bukhari dan Muslim).
- Sumber tambahan
Sumber belajar di atas disebut sumber belajar utama (pokok). Namun selain sumberr belajar pokok di atas masih ada beberapa sumber belajar lainnya.
1) Manusia sumber (orang, masyarakat)
2) Bahan pengajaran
3) Situasi belajar
4) Media massa
5) Alat dan perlengkapan belajar
6) Aktivitas (teknik)
7) Alam lingkungan
8) Perpustakaan.
BAB III
KESIMPULAN
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Hal-hal yang mempengaruhi motivasi belajar pada siswa diantaranya cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran dan upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Upaya meningkatkan motivasi belajar meliputi bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang akan menjadi guru nantinya. Bagi tenaga pengajar atau guru upaya-upaya yang dapat dilakukan diantaranya, mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar, unsur dinamis belajar dan pembelajaran, pemanfaatan
Pengalaman dan kemampuan siswa, dan pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar. Sedangkan bagi peserta didik, upaya-upaya yang dapat dilakukan terdiri dari segi belajar, seperti mevisualkan materi pelajaran, belajar apapun, dan selalu mengembangkan tujuan belajar. Dari segi guru dan teman, seperti mencari guru ajar dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki semangat positif.
DAFTAR PUSTAKA
Kontak 081333052032