Ensiklopedi Bahasa Indonesia(Premium). Website ini bermaksud membantu mempermudah warga masyarakat yang sedang menulis karya ilmiah untuk mencari kutipan-kutipan penting yang diinginkan. Untuk kesinambungan pengelolaan website ini tentu diperlukan dana operasional. Oleh sebab itu kami menarik donasi. Donasi Rp.1.000; per kutipan. Kontak: 081 939 483 377 (SMS). Caranya: Kirim “kutipan dan sumber kutipan” secara lengkap ke admin@infodiknas.com. Nanti kami akan kirimkan kembali lengkap dengan SUMBER PUSTAKA-nya ke e-mail Anda. Minimal pesanan 10 kutipan. Semoga layanan ini bermanfaat bagi Anda. Amin!
- [definisi]Berbicara adalah bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 165).
- [definisi]Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan (Tarigan, 1998: 15).
- [definisi]Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyian artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan pesan, pikiran, gagasan, dan perasaan (Maidar dan Mukti US, 1991: 17).
- [definisi]Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan (Tarigan, 1992: 138).
- [definisi]Berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan (Brown G & G Yule, 1983: 2).
- [definisi]Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, idea tau gagasan dari pendengar sabagai komunikan (Nuraeni, 2002: 87).
- [definisi]Berbicara sesungguhnya merupakan kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan (Widdowson, 1978: 59).
- [definisi]Berbicara sesungguhnya merupakan kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan (Widdowson (1978: 59).
- [definisi]Dongeng adalah cerita terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tak terjadi”, sedangkan menurut sarikata Bahasa Indonesia (1998: 155) dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh). Jadi dongeng merupakan cerita yang dibuat tentang hal-hal aneh yang merupakan kejadian yang tidak sesunggguhnya terjadi. Dongeng termasuk bentuk prosa lama (Poerwadarminto, 1985: 357).
- [definisi]Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh) (Poerwadarminto, 1985: 357).
- [definisi]Dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak (Majid, 2002: 30).
- [definisi]Fabel adalah cerita pendek berupa dongeng, mengambarkan watak dan budi manusia yang diibaratkan pada binatang”. Fabel digunakan untuk pendidikan moral, dan kebanyakan fabel menggunakan tokoh-tokoh binatang, namun tidak selalu demikian. Disamping fabel menggunakan tokoh binatang ada yang menggunakan benda mati. Jadi fabel merupakan cerita pendek atau dongeng yang memberikan pendidikan moral yang menggunakan binatang sebagai tokohnya. Contoh: Dongeng kancil dan harimau (Poerwadarminto, 1985: 278).
- [definisi]Kemampuan (ability) mempunyai 3 arti yaitu (achievement) yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu; (capacity) yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman; (aptitude) yaitu kualitas yang yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu (Woodworth dan Marquis, 1957: 58).
- [definisi]Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan (Didik Tuminto, 2007: 423).
- [definisi]Kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 235).
- [definisi]Kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 235).
- [definisi]Kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Poerwadarminta, 2007: 742).
- [definisi]Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Lustantini Septiningsih, 1998: 44).
- [definisi]Legenda adalah cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah (Poerwadarminto, 1985: 578).
- [definisi]Legenda adalah cerita yang isinya tentang asal-usul suatu daerah (Menurut sarikata Bahasa Indonesia, 2007: 21).
- [definisi]Legenda adalah: “Cerita yang isinya tentang asal-usul suatu daerah”. Legenda baik sekali digunakan untuk pendidikan di kelas-kelas rendah Sekolah Dasar untuk mengajarkan konsep-konsep (sarikata Bahasa Indonesia (2007: 21).
- [definisi]Lucu yaitu “menimbulkan tertawa” jadi dongeng yang lucu adalah cerita yang berisikan kejadian lucu yang terjadi pada masa lalu. Cerita dalam dongeng lucu dibuat untuk menyenangkan atau membuat tertawa pendengar atau pembaca. Contoh : Dongeng Abu Nawas (Poerwadarminto (1985: 610).
- [definisi]Lucu yaitu “menimbulkan tertawa”. Jadi dongeng yang lucu adalah cerita yang berisikan kejadian lucu yang terjadi pada masa lalu. Cerita dalam dongeng lucu dibuat untuk menyenangkan atau membuat tertawa pendengar atau pembaca. Contoh: Dongeng Abu Nawas (Poerwadarminto, 1985: 610).
- [definisi]Maidar, Arsjad dan Mukti US (1991: 17) bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyian artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan pesan, pikiran, gagasan, dan perasaan.
- [definisi]Mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan (Nurhasnah, 2007: 552).
- [definisi]Metode adalah cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut Sunaryo (1995: 73) berpendapat bahwa metode adalah cara-cara yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan (Saliwangi (1994: 4).
- [definisi]Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998: 1).
- [definisi]Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dan untuk memberikan kemudahan kepada siswa menuju tercapainya tujuan tertentu. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Saliwangi, 1994: 1).
- [definisi]Metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik (Roestiyah, 1998: 1).
- [definisi]Mite adalah cerita yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya (Poerwadarminto, 1985: 641).
- [definisi]Mite didefinisikan sebagai: “dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat”. Jadi mite merupakan cerita tentang kepercayaan suatu masyarakat yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh: Nyai Loro Kidul (Sarikata Bahasa Indonesia (2007: 20).
- [definisi]Mite sebagai dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat. Contoh: Nyai Loro Kidul (Sarikata Bahasa Indonesia, 2007: 20).
- [definisi]Pembelajaran adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial. Perubahan itu pada hakikatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha (Suryabrata, 1981: 2).
- [definisi]Pembelajaran adalah kata benda yang diceritakan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk belajar (Poerwadarminto, 2007: 17).
- [definisi]Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Sejalan dengan pendapat di atas, Slameto (1995: 2) mengartikan pembelajaran sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 1997: 11).
- [definisi]Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Nyimas Aisyah (2007: 1.3).
- [definisi]Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayananterhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 1).
- [definisi]Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu system atau proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Suprapto, 2003: 9).
- [definisi]Pembelajaran/Instruction is a set of event that affect learners is such a way the learning is facilitated. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne, Birggs, dan Wager dalam Putra (2007: 1.19).
- [definisi]Pembelajaran/Istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau pengajaran, yang berarti: cara, perbuatan atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Selanjutnya pembelajaran dapat pula diartikan sebagai usaha untuk memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang digunakan, atau biasa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru untuk membuata siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar (Gino, dkk., 1998: 30).
- [definisi]Pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam menyatakan pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran. Kedua, sang pembicara adalah pamakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata. Ketiga, sang pembicara adalah sesuatu yang disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara. Terakhir, sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang harus diperhatikan dan dibaca melalui mata (Knower, 1958: 1331) dalam Encyclopedia of Educational Research.
- [definisi]Pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam menyatakan pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran. Kedua, sang pembicara adalah pamakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata. Ketiga, sang pembicara adalah sesuatu yang disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara. Terakhir, sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang harus diperhatikan dan dibaca melalui mata (Knower, 1958: 1331) dalam Encyclopedia of Educational Research.
- [definisi]Pembicara.A speaker is consisted of four matter which is all needed in expressing mind/its opinion to others. First, the speaker is an willingness, an intention, an meaning wanted is owned by other, that is: an mind (a thought). Second, the speaker is user the language, forming mind and feeling become the words. Third, the seaker is something that wish to attend, wish listened, submitting intention and its words to other pass the voice. Last, the speaker is something that have to be seen, showing the aspect, something action which must be paid attention and read to pass eye (Knower, 1958: 1331) dalam Encyclopedia of Educational Research)
- [definisi]Pembicara/A speaker is consisted of four matter which is all needed in expressing mind/its opinion to others. First, the speaker is an willingness, an intention, an meaning wanted is owned by other, that is: an mind (a thought). Second, the speaker is user the language, forming mind and feeling become the words. Third, the seaker is something that wish to attend, wish listened, submitting intention and its words to other pass the voice. Last, the speaker is something that have to be seen, showing the aspect, something action which must be paid attention and read to pass eye (Knower, 1958: 1331).
- [definisi]Pembicara/A speaker is consisted of four matter which is all needed in expressing mind/its opinion to others. First, the speaker is an willingness, an intention, an meaning wanted is owned by other, that is: an mind (a thought). Second, the speaker is user the language, forming mind and feeling become the words. Third, the seaker is something that wish to attend, wish listened, submitting intention and its words to other pass the voice. Last, the speaker is something that have to be seen, showing the aspect, something action which must be paid attention and read to pass eye (Knower, 1958: 1331) dalam Encyclopedia of Educational Research).
- [definisi]Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji makna tuturan, sedangkan semantik adalah ilmu yang mengkaji makna kalimat; pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar (Leech, 1993: 21).
- [definisi]Sage adalah cerita yang mendasar peristiwa sejarah yang telah bercampur dengan fantasi rakyat, (Poerwadarminto, 1985: 848).
- [definisi]Sage menurut Poerwadarminto (1985: 848) adalah “Cerita yang mendasar peristiwa sejarah yang telah bercampur dengan fantasi rakyat”, sedangkan menurut sari kata Bahasa Indonesia (2007: 20) sage yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah. Jadi dapat disimpulkan bahwa sage merupakan cerita dongeng yang berhubungan dengan peristiwa atau sejarah. Contoh : Panji semirang.
- [definisi]Sage yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah. Jadi dapat disimpulkan bahwa sage merupakan cerita dongeng yang berhubungan dengan peristiwa atau sejarah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 20). Contoh: Panji semirang.
- [definisi]That conversing more than just uttering of voices or words. The conversing is an appliance to communicate the idea compiled and also developed as according to requirement of the listener or audience. The converse is the speaker comprehend or do not, its discussion material goodness and also all audience; what is he take coolly adaptable and or not, at the time of the communicate its ideas, and what is he alert enthusiastic and or not” (Mulgrave, 1954: 3-4).
- [definisi]Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita (Lustantini Septiningsih, 1998: 16).
- [definition]A speaker is consisted of four matter which is all needed in expressing mind/its opinion to others. First, the speaker is an willingness, an intention, an meaning wanted is owned by other, that is: an mind (a thought). Second, the speaker is user the language, forming mind and feeling become the words. Third, the seaker is something that wish to attend, wish listened, submitting intention and its words to other pass the voice. Last, the speaker is something that have to be seen, showing the aspect, something action which must be paid attention and read to pass eye (Knower, 1958: 1331).
- [definition]That conversing more than just uttering of voices or words. The conversing is an appliance to communicate the idea compiled and also developed as according to requirement of the listener or audience. The converse is the speaker comprehend or do not, its discussion material goodness and also all audience; what is he take coolly adaptable and or not, at the time of the communicate its ideas, and what is he alert enthusiastic and or not” (Mulgrave, 1954: 3-4).
- Ada dua prinsip yang mengatakan bahwa: 1) Prinsip Pergeseran Makna (The Principle Of Style Shifting). Tidak ada penutur bahasa yang memiliki satu gaya, karena setiap penutur menggunakan berbagai bahasa, dan menguasai pemakaiannya. Tidak ada seorang penutur pun menggunakan bahasa persis dalam situasi yang berbeda-beda. 2) Prinsip Perhatian (The Principle Of Attention). Laras bahasa yang digunakan oleh penutur berbeda-beda bergantung pada jumlah atau banyaknya perhatian yang diberikan kepada tuturan yang diucapkan. Semakin sadar seseorang penutur terhadap apa yang diucapkan semakin formal pula tuturannya (Wijana, 1996: 6-8).
- Bentuk tindak tutur langsung seperti itu banyak digunakan dalam bahasa inggris (Leech, 1983:14).
- Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti aktivitas sosial lainnya, kegiatan bahasa bisa terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan bicaranya. Setiap peserta tindak ucap bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi sosial itu (Alan dalam Wijana, 2004: 28).
- definisi]Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dan untuk memberikan kemudahan kepada siswa menuju tercapainya tujuan tertentu (Saliwangi (1994: 1).
- Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Metode ceramah, metode ceramah paling efisien untuk menyampaikan informasi dengan cara guru bercerita; (b) Metode tanya jawab, metode ini dapat digunakan untuk menilai tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan atau materi yang diberikan; (c) Metode diskusi kelompok, metode ini bertujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama; (d) Metode pemberian tugas, siswa diharapkan ikut serta secara aktif datam suatu proses belajar mengajar; (e) Metode studi kasus, metode menganalisis masalah, menghubungkan masalah dengan kehidupan sehari-hari; (f) Metode brain storming (meramu pendapat), metode meramu pendapat merupakan perpaduan antara teknik tanya jawab dengan teknik diskusi; (g) Metode eksperimen, yaitu guru mendemonstrasikan secara langsung dan siswa memperhatikannya pada kesempatan berikutnya siswa mencobanya sendiri; (h) Metode simulasi, sebagai tiruan dari keadaan yang sesungguhnya; (i) Metode sosiodrama, suatu cara dimana siswa mendramatisasikan sekaligus memecahkan masalah kehidupan di masyarakat (Saliwangi, 1994: 56-62).
- Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Metode diskusi, merupakan proses interaksi dua atau lebih individu sating tukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah semua aktif; (b) Metode kerja kelompok, yaitu cara mengajar di mana siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok; (c) Metode penemuan, merupakan proses mental di mana siswa mampu mengasimilasi sesuatu konsep; (d) Metode simulasi, adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksud; (e) Metode brain storming (sumbang saran), adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas, dengan cara melontarkan suatu masalah kemudian siswa menjawab; (f) Metode esperimen, yaitu cara mengajar di mana siswa melakukan percobaan suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan nasil percobaannya, kemudian disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru; (g) Metode demonstrasi, yaitu cara mengajar di mana seorang guru menunjukkan suatu proses siswa melihat, mengarnati, mendengar mungkin meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut; (h) Metode karya wisata, yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan cara mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu; (i) Metode bermain peran dan sosiodrama, yaitu siswa mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia; (j) Metode latihan dan driil, yaitu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan latihan, agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari pada yang telah dipelajari; (k) Metode tanya jawab, yaitu suatu metode untuk memberi motivasi kepada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya atau guna mengajukan pertanyaan, siswa menjawab; (1) Metode ceramah, yaitu usaha menularkan pengetahuan kepada siswa secara lisan (Roestiyah, 1998: 1).
- Metode pembelajaran diklasifikaskan sebagai berikut: (a) Metode penugasan, yaitu suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang dipersiapkan guru; (b) Metode eksperimen, yaitu suatu cara memberikan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri; (c) Metode proyek, yaitu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh dari berbagai mata pelajaran; (d) Metode diskusi, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah untuk mecapai suatu kesepakatan; (e) Metode widyawisata, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek; (f) Metode bermain peran, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya ekspresi dan penghayatan siswa; (g) Metode demonstrasi, yaitu cara mengajar dengan mempertunjukkan suatu benda atau cara kerja sesuatu; (h) Metode tanya jawab, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab oleh siswa; (i) Metode latihan, yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampiian tertentu berdasarkan petunjuk guru; (j) Metode ceramah, yaitu suatu cara mengajar dengan penyajian melalui penuturan dan penerangan lisan kepada siswa; (k) Metode pameran, metode pameran digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan dan menjelaskan apa yang telah dipelajari; (l) Metode cerita, yaitu suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa dengan mengungkapkan kepribadian lokoh-tokoh melalui penuturan hikayat, legenda, dongeng dan sejarah lokal; (m) Metode simulasi, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui kegiatan praktek langsung tentang pelaksanaan nilai-nilai penerapan pengetahuan dan keterampilan sehari-hari (Kurikulum Pendidikan Dasar. Depdikbud, 1994: 37-47).
- Metode/Dengan menggunakan metode secara tepat dan akurat, guru akan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran. Jadi guru sebaiknya menggunakan metode mengajar yang dapat menunjang kegiatan belajar-mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang paling efektif untuk mencapai tujuan pengajaran (Djamarah dan Zain, 1996: 109).
- Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995: 57).
- Pembicara/A speaker is consisted of four matter which is all needed in expressing mind/its opinion to others. First, the speaker is an willingness, an intention, an meaning wanted is owned by other, that is: an mind (a thought). Second, the speaker is user the language, forming mind and feeling become the words. Third, the seaker is something that wish to attend, wish listened, submitting intention and its words to other pass the voice. Last, the speaker is something that have to be seen, showing the aspect, something action which must be paid attention and read to pass eye” yang artinya seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam menyatakan pikiran/pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran. Kedua, sang pembicara adalah pamakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata. Ketiga, sang pembicara adalah sesuatu yang disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara. Terakhir, sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang harus diperhatikan dan dibaca melalui mata (Knower (1958: 1331).
- Penyebab ketertarikan audience pada dongeng tidak terlepas dari empat unsur penting dongeng yaitu: 1) Alur; a) Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. b) Alur ada dua macam, yaitu alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang disusun mulai dari awal, tengah, yang diwujudkan dengan pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot balik adalah urutan peristiwa yang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya. c) Alur dapat melibatkan ketegangan, pembayangan dan peristiwa masa lalu. Hal ini dimaksudkan untuk membangun cerita agar peristiwa ditampilkan tidak membosankan. d) Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia) atau sad ending (sedih). 2) Tokoh; Setiap cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan biasanya ada lebih dari satu. Tokoh-tokohnya mungkin binatang, orang, obyek, atau makhluk khayal. Berikut penjelasan tentang penokohan dalam dongeng: a) Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita (Lustantini Septiningsih, 1998: 16). b) Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protogonis (karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakterister yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus dijauhi sikap dan perbuatannya). c) Penokohan yang dipilih dipengaruhi oleh sifat, ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan perasaan yang akan diangkat oleh pengarang untuk menghidupkan dongeng. 3) Latar (Setting); Istilah latar biasanya diartikan tempat dan waktu terjadinya cerita. Hal tersebut sebagian benar, tetapi latar sering berarti lebih dari itu. Di samping tempat dan periode waktu yang sebenarnya dari suatu cerita, latar meliputi juga cara tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural lingkungan. Berikut penjelasan tentang latar atau setting: a) Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Lustantini Septiningsih, 1998: 44). b) Latar ada dua macam, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebisaaan, cara hidup, maupun bahasa yang melatari peristiwa) dan latar fisik atau material (mencakup tempat, seperti bangunan atau daerah). c) Latar adalah cerita akan memberi warna cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan proyeksi keadaan batin para tokoh. 4) Tema; Tema cerita merupakan konsep abstrak yang dimasukkan pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya. Berikut penjelasan tentang tema: a) Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam suatu cerita. b) Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh pengarang dipengaruhi oleh pengalaman, jiwa, cita-cita dan ide yang diwujudkan lewat tema. c) Pengarang menampilkan sesuatu tema karena ada maksud tertentu atau pesan yang ingin disampaikan. Maksud atau pesan yang ingin disampaikan itu disebut amanat. Jika tema merupakan persoalan yang diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan yang melahirkan pesan-pesan (Lustantini (1998: 16).
- Peran guru dalam pembelajaran meliputi: (1) Guru sebagai pendidik, (2) Guru sebagai pengajar, (3) Guru sebagai pembimbing, (4) Guru sebagai pelatih, (5) Guru sebagai penasihat, dan (6) Guru sebagai pembaharu (inovator) (Mulyasa, 2005: 37-44).
- Peran guru dalam pembelajaran meliputi: 1. Guru sebagai pendidik, 2. Guru sebagai pengajar, 3. Guru sebagai pembimbing, 4. Guru sebagai pelatih, 5. Guru sebagai penasihat, dan 6. Guru sebagai pembaharu (inovator) (Mulyasa, 2005: 37-44).
- [definisi]Nuraeni (2002: 87) bahwa berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, idea tau gagasan dari pendengar sabagai komunikan.
- Berbicara adalah bagian dalam komunikasi lisan (Tarigan, 1992: 138).
- Berbicara adalah tingkah laku, karena dalam berbicara tersirat juga kepribadian pembicara (Tarigan, 1992: 150).
- Berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Mulgrave (1954: 3-4).
- Cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng (Folktale). Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. James Danandjaja (1986: 86) berpendapat bahwa kata dongeng menurut pengertian yang sempit adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan, sedangkan pengertian dongeng dalam arti luas adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi (Wiliam R. Bascom dalam Danandjaja, 1986: 85)
- Ciri-ciri pembicara ideal adalah sebagai berikut: a. Memilih topik yang tepat, b. Menguasai materi, c. Memahami pendengar, d. Memahami situasi, e. Merumuskan tujuan yang jelas, f. Memahami kemampuam linguistik, g. Menjalin kontak dengan pendengar, h. Menguasai pendengar, i. Memanfaatkan alat bantu, j. Meyakinkan dalam penampilan, k. Mempunyai rencana (Tarigan, 1992: 190).
- Dalam pragmatik kata tuturan ini dapat digunakan sebagai produk suatu tindak verbal (Leech, 1983:14).
- Dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak (Majid, 2002: 30).
- Dongeng/Penyebab ketertarikan audience pada dongeng tidak terlepas dari empat unsur penting dongeng yaitu: 1) Alur; a) Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. b) Alur ada dua macam, yaitu alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang disusun mulai dari awal, tengah, yang diwujudkan dengan pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot balik adalah urutan peristiwa yang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya. c) Alur dapat melibatkan ketegangan, pembayangan dan peristiwa masa lalu. Hal ini dimaksudkan untuk membangun cerita agar peristiwa ditampilkan tidak membosankan. d) Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia) atau sad ending (sedih). 2) Tokoh; Setiap cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan biasanya ada lebih dari satu. Tokoh-tokohnya mungkin binatang, orang, obyek, atau makhluk khayal. Berikut penjelasan tentang penokohan dalam dongeng: a) Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita (Lustantini Septiningsih, 1998: 16). b) Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protogonis (karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakterister yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus dijauhi sikap dan perbuatannya). c) Penokohan yang dipilih dipengaruhi oleh sifat, ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan perasaan yang akan diangkat oleh pengarang untuk menghidupkan dongeng. 3) Latar (Setting); Istilah latar biasanya diartikan tempat dan waktu terjadinya cerita. Hal tersebut sebagian benar, tetapi latar sering berarti lebih dari itu. Di samping tempat dan periode waktu yang sebenarnya dari suatu cerita, latar meliputi juga cara tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural lingkungan. Berikut penjelasan tentang latar atau setting: a) Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Lustantini Septiningsih, 1998: 44). b) Latar ada dua macam, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebisaaan, cara hidup, maupun bahasa yang melatari peristiwa) dan latar fisik atau material (mencakup tempat, seperti bangunan atau daerah). c) Latar adalah cerita akan memberi warna cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan proyeksi keadaan batin para tokoh. 4) Tema; Tema cerita merupakan konsep abstrak yang dimasukkan pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya. Berikut penjelasan tentang tema: a) Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam suatu cerita. b) Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh pengarang dipengaruhi oleh pengalaman, jiwa, cita-cita dan ide yang diwujudkan lewat tema. c) Pengarang menampilkan sesuatu tema karena ada maksud tertentu atau pesan yang ingin disampaikan. Maksud atau pesan yang ingin disampaikan itu disebut amanat. Jika tema merupakan persoalan yang diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan yang melahirkan pesan-pesan (Lustantini (1998: 16).
- Faktor-faktor dalam berbicara seperti: (a). Pembicara. (b). Pembicaraan. (c). Penyimak. (d). Media. (e). Sarana (penunjang). (d).Interaksi (Tarigan, 1992: 138).
- Kemampuan (ability) mempunyai 3 arti yaitu (achievement) yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu; (capacity) yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman; (aptitude) yaitu kualitas yang yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 235).
- Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan (Tuminto, 2007: 423).
- Kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan. Sehubungan dengan hal tersebut Isnaini Yulianita Hafi (2000: 91) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara sebagai kemampuan produktif lisan yang menuntut banyak hal yang harus dikuasai oleh siswa, meliputi penguasaan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan (Nuraeni, 2002: 87).
- Kemampuan berbicara sebagai kemampuan produktif lisan yang menuntut banyak hal yang harus dikuasai oleh siswa, meliputi penguasaan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan (Isnaini Yulianita Hafi, 2000: 91).
- Kemampuan komunikatif terbentuk dari empat kompetensi, yaitu kompetensi gramatika, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategi. Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut. Sarwiji Suwandi (Suwawndi: 2006: 49-51) mengatakan sejumlah peranan penting yang diemban guru dalam upaya mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu: 1. Guru berperan sebagai perencana pembelajaran yang efektif dan efisien, 2. Guru berperan sebagai fasilitator yang kreatif dan dinamis, 3. Guru berperan sebagai model, 4. Guru berperan sebagai motivator, 5. Guru berperan sebagai evaluator (Canale dalam Sarwiji Suwandi, 2006: 49).
- Kemampuan komunikatif terbentuk dari empat kompetensi, yaitu kompetensi gramatika, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategi. Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut. Sarwiji Suwandi (2006: 49-51) mengatakan sejumlah peranan penting yang diemban guru dalam upaya mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu: 1. Guru berperan sebagai perencana pembelajaran yang efektif dan efisien, 2. Guru berperan sebagai fasilitator yang kreatif dan dinamis, 3. Guru berperan sebagai model, 4. Guru berperan sebagai motivator, 5. Guru berperan sebagai evaluator (Canale dalam Sarwiji Suwandi, 2006: 49).
- Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni: 1) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal, 2) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi, 3) Berbicara adalah ekspresi kreatif, 4) Berbicara adalah tingkah laku, 5) Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari, 6) Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman, 7) Berbicara sarana memperluas cakrawala, 8) Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, 9) Berbicara adalah pancaran pribadi (Tarigan, 1992: 143).
- Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim). Setiap peserta pertuturan meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Contoh pematuhan: + : Mari saya bawakan buku Anda. – : Jangan tidak usah (Wijana, 1996: 56).
- Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim). Setiap peserta pertuturan meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Contoh pematuhan: + : Mari saya bawakan buku Anda. – : Jangan tidak usah (Wijana, 1996: 56).
- Maksim Kemurahan (Generosity Maxim). Dengan maksim kemurahan ini, para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan ini akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Tidak hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus berlaku santun, tetapi di dalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan pendapat ia tetap diwajibkan berperilaku demikian (Wijana, 1996: 55-60). Contoh Pematuhan: + : Permainan Anda sangat bagus. – : Ah, biasa saja. Terima kasih. (Wijana, 1996: 58).
- Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim). Diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Bila kemurahan hati berpusat pada orang lain, maksim ini berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Contoh Pelanggaran: + : Kau sangat pandai. – : Ya, saya memang pandai.
- Maksim Kesepakatan/Kecocokan (Agreement Maxim). Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusahan atau musibah, penutur layak berduka cita, atau mengutarakan ucapan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian, yakni memaksimalkan rasa simpati kepada lawan tuturnya yang mendapatkan kebahagiaan dan kedukaan. Contoh Pelanggaran: + : Kemarin motorku hilang. – : Oh, kasian deh lu. (Wijana, 1996: 60).
- Maksim Penerimaan (Approbation Maxim). Diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif. Agar setiap penutur sedapat mungkin menghindari mengatakan sesuatu yang tidak mengenakan orang lain, terutama kepada orang yang diajak bicara (lawan tutur).Contoh pematuhan: + : Saya mengundangmu ke rumah untuk makan malam. – : Terima kasih (Wijana, 1996; 57).
- Maksim Simpati (Sympath Maxim). Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusahan atau musibah, penutur layak berduka cita, atau mengutarakan ucapan belasungkawa sebagai tanda kesimpatian, yakni memaksimalkan rasa simpati kepada lawan tuturnya yang mendapatkan kebahagiaan dan kedudukan. Contoh Pelanggaran: + : Kemarin motorku hilang. – : Oh, kasian deh lu (Wijana, 1996: 61).
- Maksim yang berskala dua kutub karena berhubungan dengan keuntungan/kerugian diri sendiri dan orang lain (Wijana, 1996: 55-60).
- Mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan (Nurhasnah, 2007: 552).
- Menurut Wiliam R. Bascom dalam Danandjaja (1986: 85) bahwa cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng (Folktale). Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. James Danandjaja (1986: 86) berpendapat bahwa kata dongeng menurut pengertian yang sempit adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan, sedangkan pengertian dongeng dalam arti luas adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
- Pertanyaan/Dalam proses belajar mengajar pada umumnya pertanyaan mempunyai peranan yang sangat penting (Dahar, 1988: 95).
- Pertanyaan/Kualitas pertanyaan dapat dinilai berdasarkan pada relevansi pertanyaan dengan topik maupun pemikiran yang diperlukan untuk menjawabnya (Depdiknas. 2005: 62).
- Pertanyaan/Penciptaan pertanyaan dapat dilakukan bersama-sama guru dan siswa. Hal ini tidak dapat terjadi otomatis. Guru harus mempersiapkannya, baik dirinya sendiri maupun untuk siswanya. Guru harus menjadi katalisator dalam penciptaan pertanyaan-pertanyaan (Zubaidah dalam Kamdi Waras dkk, 2007: 41).
- Pertanyaan/Pertanyaan siswa dapat dipakai untuk mengembangkan masalah sains bagi inkuiri sains dan untuk mengembangkan kebiasaan yang menguntungkan dan berguna yaitu melakukan refleksi. Pertanyaan siswa menunjukkan dunianya dan menggambarkan topik yang disenangi siswa. Pertanyaan siswa juga memberikan petunjuk tentang sesuatu yang diketahuinya, yang belum diketahuinya, dan sesuatu yang ingin diketahuinya (Depdiknas, 2005: 58).
- Pertanyaan/Terdapat empat faktor yang memacu siswa untuk bertanya lebih banyak, yaitu 1) diberi stimulus, 2) guru menjadi model untuk mengajukan pertanyaan, 3) mengembangkan suasana kelas yang menghargai bertanya, dan 4) menggunakan pertanyaan untuk mengevaluasi siswa (Depdiknas, 2005: 61).
- Pertanyaan/Terdapat enam macam pertanyaan yang didasarkan pada tingkat kualitas pertanyaan, yaitu: 1) pengetahuan (recall question atau knowledge question), pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan, kata-kata yang sering digunakan: apa, dimana, kapan,atau sebutkan, 2) pemahaman (comprehension question) pertanyaan yang menuntut jawaban dengan jalan mengorganisasikan informasi atau menginterpretasikan/membaca informasi pada kurva atau grafik dengan cara membandingkan atau membedakan, kata-kata yang sering digunakan: jelaskan, bandingkan, 3) penerapan (application question), pertanyaan yang menuntut jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain, 4) analisis (analysis question), pertanyaan yang mengharapkan jawaban dengan cara mengidentifikasi, mencari bukti-bukti atau menarik kesimpulan, 5) sisntesis (synthesis question), pertanyaan yang menghendaki lebih dari satu jawaban benar, 6) evaluasi (evaluation question), pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapat (Bloom dalam Hasibuan dan Moedjiono, 2008:16).
- Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji makna tuturan, sedangkan semantik adalah ilmu yang mengkaji makna kalimat; pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar (Leech, 1993: 21).
- Pragmatik dan sosiolinguistik adalah dua cabang ilmu bahasa yang muncul akibat adanya ketidakpuasan terhadap penanganan bahasa yang terlalu bersifat formal yang dilakukan oleh kaum strukturalis. Dalam hubungan ini pragmatik dan sosiolinguistik masing-masing memiliki titik sorot yang berbeda di dalam melihat kelemahan pandangan kaum strukturalis (Wijana, 1996: 6).
- Prinsip kesantunan menurut Leech (1993) menyangkut hubungan antara peserta komunikasi, yaitu penutur dan pendengar. Oleh sebab itulah mereka menggunakan strategi dalam mengajarkan suatu tuturan dengan tujuan agar kalimat yang dituturkan santun tanpa menyinggung pendengar.
- Prinsip kesantunan menurut Leech (1993) menyangkut hubungan antara peserta komunikasi, yaitu penutur dan pendengar. Oleh sebab itulah mereka menggunakan strategi dalam mengajarkan suatu tuturan dengan tujuan agar kalimat yang dituturkan santun tanpa menyinggung pendengar.
- Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan dan menurut medium pembicaraan (Kridalaksana, 2001: 184).
- Salah satu keterampilan berbahasa diantaranya adalah kemampuan berbicara (Muchlisoh, 1993: 31).
- Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge skill) (Kevin Davis dalam Mangkunegara, 2000: 67).
- Sejumlah peranan penting yang diemban guru dalam upaya mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu: 1. Guru berperan sebagai perencana pembelajaran yang efektif dan efisien, 2. Guru berperan sebagai fasilitator yang kreatif dan dinamis, 3. Guru berperan sebagai model, 4. Guru berperan sebagai motivator, 5. Guru berperan sebagai evaluator (Canale dalam Suwandi, 2006: 49).
- Skala kesantunan yang disampaikan Leech ini selengkapnya: 1) Cost-benefit scale: representing the cost or benefit of an act to speaker and hearer (skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan). 2) optionality scale: Indicating the degree of choice permitted to speaker and or hearer by a specific liguitic act. (skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan si penutur kepada mitra tutur di dalam kegiatan bertutur). 3) indirectness scale: Indicating the amount of inferencing required of the hearer in the order to establish the intended speaker meaning (skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan). 4) authority scale: representing the status relationship between speaker and hearer (skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan). 5) sosial distence scale: Indicating the degree of familiarity between speaker and hearer (skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan) (Leech, 1983: 123-126).
- Sosiologi bahasa sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakaian bahasa (Fishman (1972) dalam Sumarsono, 2004: 2).
- Sosiologi bahasa sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakaian bahasa (Fishman (1972) dalam Sumarsono, 2004: 2).
- Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antaranggota masyarakat, tingkah laku masyarakat. Objek utama sosiologi bukan bahasa melainkan masyarakat. Tujuannya mendeskripsikan masyarakat dan tingkah laku (Sumarsono dan Partara, 2004: 5).
- Tujuan berbicara dapat dibedakan atas lima golongan, yakni untuk: 1. Menghibur. 2. Menginformasikan. 3. Menstimulasikan. 4. Meyakinkan. 5. Menggerakkan (Tarigan, 1992: 138).
- Tujuan pengajaran berbicara adalah sebagai berikut: a. Siswa mampu menggunakan alat bicara secara tepat dan sempurna, baik volume maupun warna suara. b. Siswa terlatih menggunakan bahasa Indonesia secara aktif sehingga mampu berkomunikasi dengan baik dalam kegiatankegiatan formal. c. Mampu berbicara dengan mudah, lancar, dan fasih. d. Siswa dapat berbicara menurut sopan santun yang berlaku. e. Siswa dapat melafalkan kata dan mengucapkan kalimat dengan intonasi yang betul. f. Siswa terbiasa mengeluarkan pendapat secara lisan dalam berbagai situasi. g. Membantu pembentukan pendengaran yang kritis (Semi, 1993: 99).
- Tuturan sebagai kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan. Maksudnya tuturan adalah pemakaian satuan bahasa seperti kalimat, sebuah kata oleh seorang penutur tertentu pada situasi tertentu (Kridalaksana, 1993: 222).