Oleh Sri Utami (Mahasiswa Program Pascasarjana UNISMA Malang,
Dosen UNIDHA Malang).
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah disusun sebagai salah satu syarat tugas matakuliah Landasan Kependidikan, dengan pokok bahasan Landasan Psikologi dalam pendidikan. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan psikologi dalam pendidikan maka diperlukan pembahasan tentang hal tersebut.
Pemahaman terhadap peserta didik. Utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Sebagai implikasiya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik. Sekalipun mereka memiliki kesamaan .
Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan
psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk landsan pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.
Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecwerdasan dan bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan.
Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan.
Perilaku merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupan baik yang tampak maupun tidak tampak yaitu: perilaku kognitif, afektif, psikomotor.
Perkembangan individu sejak masa konsepsi sampai dengan dewasa (proses belajar dan pematangan) melalui interaksi dengan lingkungan, meliputi :
- Kemampuan belajar melalui persepsi
- Mencapai pertimbangan berdasarkan pengalaman
- Berpikir imajinatif, kreatif, dan mencari sendiri
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam psikologi perkembangan :
- Siswa selalu berkembang (developing, changing, becoming, ongoing) dalam situasi opened spiral
- Manusia merupakan mahluk unik, memiliki sejumlah kemampuan yang terintegrasi menjadi sesuatu yang khas
- Perkembangan siswa dinamis, pada dasarnya manusia unpredictable
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah: agar pendidik dapat memhami perkembangan peserta didiknya berdasarkan tahapan usia perkembangannya sehingga diharapkan tidak ada kekeliruan dalam mengenali dan menyikapi peserta didiknya.
II.PEMBAHASAN
2.1Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses membentuk atau mengubah perilaku. Pendidikan terjadi dengan proses belajar mengajar. Belajar menunjukkan arah dan tujuan belajar. Memberi materi yang perlu dipelajari mengetahui manfaat belajar, serta memberi petunjuk cara belajar yang efisien.
Belajar merupakan proses aktif dari orang yang bersangkutan dan hanya dapat dilakukan secara individual. Kemampuan belajar setiap individu berbeda. Belajar dipengaruhi oleh pengalaman dan melalui indera. Belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat dipelukan oleh pelajar dan didorong oleh hasil belajar,serta keadaan fisik orang yang belajar dan lingkungannya.
Pada dasarnya mempelajari sesuatu itu perlu berulang-ulang atau diulang-ulang, baik mempelajari pengetahuan maupun keterampilan, bahkan juga dalam kawasan afektif. Makin sering diulang makin baiklah hasil belajarnya. Situasi emosional pada saat belajar akan mempengaruhi hasil belajarnya. Situasi emosional itu dapat disimpulkan sebagai perasaan senang atau tidak senang selama belajar.
OP. Dahama dan OP Bhatnagar menagatakan pendidikan merupakan proses membawa perubahan yang diinginkan dalam perilaku manusia. Pendidikan dapat juga didefinisikan sebagai proses prolehan pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi.
Jika pendidikan menjadi efektif hendaknya menghasilkan perubahan-perubahan dalam seluruh komponen perilaku. Perilaku itu harus diarahkan pada tujuan yang diinginkan. Perubahan-perubahan itu hendaknya dapat diterima secara sosial, kultural, dan ekonomis, dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pemahaman. Jadi pendidikan itu penekanannya paling besar ditempatkan pada komponen perilaku individual.
Brubacher (Modern Philosophies of Education). Pendidikan merupakan suatu proses timbal-balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.
Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisir dan kelengkapan dari semua potensi manusia; moral, intelektual dan jasmani (pancaindera), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir).
Pendidikan adalah proses dalam mana potensi-potensi manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan.
2.2 Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsup-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis, aspek yang menentukan adalah pemahaman tumbuh kembang manusia sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan. Hal tersebut adalah suatu tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
2.3 Perkembangan Individu dan Faktor yang Mepengaruhinya
2.3.1 Perkembangan Individu
Perkembangan merupakan suau perubahan, dan perbhan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif (Dalyono, 1997:78). Perkembangan adalah proses teradinya perubahan pada manusia baik secara fisik mapun secara mental, sejak berda dalam kandungan sampai manusia tersebut meningggal. Proses perkembangan pada anusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu.
Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan fisik dari biologis, misalnya seorang anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya. Sedangkan belajar adalah sbuah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif), dan dari tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik).
Pada seorang anak yang belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya, lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda sampai dapat mengendarai sediri terlepas dari orang tuanya. Proses kematangan dan belajar sangat menentukan kesiapan belajar pada seorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnyabaik, akan memiliki kesiapan beljar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada diri manusia. Aspek-aspek yang ada pada diri manusia tersebut adalah aspek fisik, mental, emosional, dan sosial yang saling berkaitan.
Semua manusia akan mengalami perkembngan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat, dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai inuversal yang dimiliki oleh semua orng yaitu prinsip perkembangan.
Prinsip-prinsip perkembangan tersebut diantaranya sebagai berikut ini.
- Perkembangan terjadi secara terus menerus hingga manusia meninggal dunia.
- Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda.
- Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain.
- Arah perkmbangan individu dapat diprediksi.
- Perembangan terjadi secra berthap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.
2.3.2 Pengaruh Heriditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan
Individu
Menurut Dalyono (1997:143), bahwa setip perkmbangan pribadi seseorang meupakan hasil interaksi antara hereditas dan lingkungan. Pengaruh hereditas berasal dari kombinasi-kombinasi “genes”. Genes adalah molekul-molekul protein submikrokopis yang terdapat dalam sel-sel “germ”. Perubahan kobinasi dan perubahan genes yang komplek dan unik inilah menentukan keredias ming-masing idividu.
a) Nativisme
Schopenhauer
Bayi itu lahir dengan pembawaan baik dan buruk. Pembawaan baik dan buruk tidak dapat diubah oleh kekuatan dari luar. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak sendiri.
Menurut Subrata (2008:177), para ahli pengikut teori nativisme berpendapat bahwa perkembangan indivu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori nativisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa faktor-faktor turunan dari orang tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor penentu perkembangan individu.
Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel. Implikasi te0ri nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang membeikan kemungkinan bagi pendidik utnuk mengubah kepribadian peserta didik.
b) Empirisme
John Locke
Teori Tabularasa: Anak lahir bagaikan kertas putih dan tergantung lingkungan yang menuliskannya. Pendidik memegang peran yang sangat
penting.Pengalaman yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Aliran ini berat sebelah karena hanya mementingkan peran lingkungan.
Teori empirisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu yang terlahir ke dunia dalam keadaan bersih, sedangkan faktor penentu perkembangan individu tersebut adalah lingkungan dan pengalaman. Dalam Suryabrata (2008:178) mengatakan para pengikut aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata tergantung kepada faktor lingkungan , sedangkan dasar tidak memainkan peran sama sekali. Tokoh teori ini adalah John Lock dan J.B. Watsan, implikasinya teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat membeikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk membentuk kepribadian peserta didik.
c) Konvergensi
William Stern
Anak lahir dengan potensi bawaan baik dan buruk.
Potensi bawaan dan lingkungan sama-sama mempunyai peran penting.
Bakat bawaan tidak akan berkembang tanpa dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu.
Teori konvergensi adalah teori yang berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor-faktor keturunan dan faktor lingkungan serta pengalaman (Suryabrta, 2008:180), atau dengan kata lain teori ini adalah gabungan dari teori empirisme dan teori nativisme. Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst. Implikasinya teori konvergensi terhadap pendidikan yaitu dapat membikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan, akan tetapi tetap memperatikan faktor-faktor heriditas yang ada pada individu.
d) Aliran Naturalisme
J.J. Rousseau
Semua anak dilahirkan dengan pembawaan buruk.
Pembawaan baik menjadi rusak karena karena dipengaruhi lingkungan.
Pendidikan wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam.
2.4 Tahapan dan Tugas Perkembangan serta Implikasinya Terhadap
Perlakuan Pendidik.
2.4.1 Tahap dan Tugas Perkembangan Individu
Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dlam sjala kecil (anak adalah orang dewas mini) telah ditinggalkan orang sejak lama. Sebagaimana dimaklimi bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menjadi dewsa melalui suatu proses pertumbuhan terhadap keadaan fisik., sosial, emosional, moral, dan mentalnya. Seraya mereka berkembang, mereka mempunyai cara-cara memahami bereaksi, dan mempresepsi yang sesuai dengan usianya. Inilah oleh ahli psikologi disbut tahap perkembangan.
Menurut Jean Jacques Rousseau dalam Dalyono (1997:89), perkembangan fungsi dan kapasita kejiwaan manusia berlangsung dalam 5 tahap. Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir-2 tahun), perkembangan masa kanak-kanak (2-12 tahun), perkembangan pada masa preadolesen (12-15 tahun), perkembangan pada masa adolesen (15-20) tahun, masa pematangan diri (20…tahun).
Robert Havighurst (1953), membagi perkembangan individu menjadi empat tahap. Masa bayi dan kanak-kanak kecil (6 tahun), masa kanak-kanak (6-12 tahun), masa remaja atau adolesen (12-18), dan masa dewasa (18… tahun). Selain itu, havighurst mendiskripsikan tugas-tugas perkembangan (development taks) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkebangan sebagai berikut ini.
Tugas perkembangan masa bayi dan kanak-kanak kecil (6 tahun);
a) belajar berjalan,
b) belajar makan makanan yang padat,
c) belajar berbicara/ berkata-kata,
d) belajar mengontrol pembuangan kotoran tubuh,
e) belajar tentang perbedaan kelamin dan kesopanan,
f) mencapai stabilitas fisiologis/jasmaniah,
g) belajar berhubungan diri secara emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain,
h) belajar membedakan yang benar dan yang salah.
Tugas perkembangan masa kanak-kanak (6-12 tahun);
a) beljar keterampilan fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari,
b) pembentukan kesatuan sikap terhadap dirinya,
c) belajar memahami peran (pria atau wanita),
d) pengembangan kemahiran dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung,
e) pengembangan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari,
f) pengembangan kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilai-nilai,
g) pengembangan kebebasan pribadi,
h) pengembang sikap-sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
Tugas perkembangan masa remaja (12-18 tahun);
a) mencapai peranan sosial dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki/perempuan serta kebebasan emosional dari orang tua,
b) memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan,
c) mempersiapkan diri untuk berkeluarga,
d) mengembangkan kecakapan intelektual.
Tugas perkembangan pada masa dewasa (18… tahun);
a) masa dewasa awal: memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama, memulai berkeluarga, mulai menduduki suatu jabatan/pekerjaan;
b) masa dewasa tengah umur: mencapai tanggung jawab sosial, membantu anak, menghubungkan diri sendiri pada suami/istri sebagai suatu pribadi, menesuaikan diri kepaa orang tua.
Tugas perkembangan usia lanjut;
a) menyesuikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani,
b) menyesuaikan diri pada saat pendapatan semakin menurun,
c) menyesuaikan diri terhadap kematian.
Yelon dan Weinstein (1997) sepakat bahwa perkembangan individu belangsung secara bertahap. Pernyataan ini didasarkan pada karya tokoh-tokoh sebelumnya yang menerangkan perkembangan jenis-jenis tingkah laku dalam kebudayaan barat pada umur yang bervariasi, perkebangan tingkah laku tersebut sebagai berikut ini.
Perkembangan jenis tigkah laku masa anak kecil (toddler);
a) perkembangan sisiknya sangat aktif terutama untuk belajar menggeakkan anggota tubuhnya,
b) perkembangan bahasa percakapan kalimat, serta belajar konsep-konsep dari benda yang dilihatnya,
c) mulai menyua anak-anak lain, tetapi tidak bermain dengan mereka,
d) memberikan respon dan mulai tergantung pada orang lain,
e) perkembangan jenis tingkah laku masa pra sekolah (prescholler),
f) perkembangan oot yang mantap,
g) bahasa yang berkembang dengan baik,
h) memusatkan diri pada perbedaan gender.
Perkembangan jenis tingkah laku masa kanak-kanak (childhood);
a) keterampilan anggota tubuh cukup baik,
b) menggunakan simbol bahasa untuk memecahkan masalah,
c) mulai berorientasi pada kelompok yang mempengaruhi,
d) banyak menggunakan waktu untuk membebaskan diri dari rumah,
Perkembangan jenis tingkah laku masa remaja awal (early adolescense);
a) pertumbuhan tubuh dan muali dapat berpikir abstrak,
b) menyesuaikan diri pada norma-norma,
c) berteman dekat dengan sebaya, dan berusaha untuk lebih bebas serta emosi tidak stabil,
Perkembangan jenis tingkah laku masa remaja akhir (late adolescense);
a) mencapai kematangan fisik,
b) egosentris hilang dan dapat berpikir abstrak,
c) berminat kepada lawan, serta identitas diri mapan.
Implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik (oang deasa) yang diharapkan, sebagaimana dikemukakan Yelon dan Weinstei (1977). Implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan dalam rangka membantu penyelesaian tugas-tugas perkembangan sebagai berikut ini.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik Pada masa kanak-kanak kecil;
a) menyelenggarakan disiplin secara lemah lembut secara konsisten,
b) menjaga keselaatan tanpa perlindungan yang berlebihan,
c) bercakap-cakap dan memberikan respon terhadap pekataan peserta didik,
d) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan berekplorasi,
e) menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan peserta didik.
Perlakuan pendidik(orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa prasekolah;
a) memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur, dan terus menerus
b) latihan harus ditekankan pada koordinasi; kecepatan; mengarangan keseinbangan, dan lain-lain,
c) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik,
d) menediakan benda-benda untuk dieksplorasi,
e) memberikan kesempatan untk berinteraksi sosial dan kerja kelompok kecil,
f) menggunakan program aktif, seperti: bernyanyi dengan bergerak, dan lain-lain,
g) mempebanyak aktivitas berbahasa dalam bercerita.
Perlakuan pendidik (orang dewsa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak;
a) menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak dan menambah tanggung jawab anak,
b) mendorong pertemanan dengan menggunakan projek-projek dan permainan kelompok,
c) membangkitkan rasa ingin tahu, dan secara konsisten mengupayakan disiplin yang tegas ,serta dapat dipahami,
d) menghadapkan anak pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangan baru,
e) bersama-sama menciptakan aturan dan kejujuran, serta memberikan contoh model hubungan sosial, dan terbuka terhadap kritik.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal;
a) memberikan kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenagafisik yang besar,
b) menerima kedewasaan peserta didik, dan memberikan tanggung jawab berangsur-angsur, serta mendorong kebebasan dan tanggung jawab.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja akhir;
a) menghargi pandangan-pandangan, dan menerima kematangan peserta didik;
b) memberkan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat,
c) memberikan keempatan yang luas untuk pendidikan karir,
d) menggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah,
e) berkreasi bersama dan nebegakan berbagai aturan.
2.4.2 Teori Belajar dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
1) Behaviorisme
Menurut Baharudin dan Wahyuni (208:87), bahwa aliran behavioristik memandang belajar sebagai kegitan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. Teori ini berasumsi bahwahasil dari sebuah pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dengan faktor penentunya adalah penguatan atau dorongan dari luar.
Teori behaviorisme memiliki komponen yang terdiri atas rangsangan (stimulation), tanggapan (response), dan akibat (consequence). Tokoh teori ini adalah B.F. Skiner.
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut;
a) perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat tahapan, dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan.
b) Motivasi belajar berasal dari luar (external), dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga,
c) Metode dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu,
d) Tujuan kurikuler berpusat pada pengetahun dan keterampilan akadmis serta tingkah laku sosial,
e) Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai,
f) Untuk mengefektifkan belajar maka dilakukan dengan cara menusun program secra rinci dan bertingkat, serta menutamakan penguasaan bahan atau keterampilan,
g) Peserta didik cenderung pasif, sehingga peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan beberapa tahap secara rinci.
2. Kognitif
Teori belajar kognitif berasumsi bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibakan mental seperti motivasi, kesegajaan, keyakinan, dan sebagainya. (Baharudin dan Wahyunu, 2008: 87), atau dengan kata lain bahwa belajar menurut teori kognitif adaah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi, dikarenakan seiap individu memilki kemampuan untuk memproses informasi sesuai faktor kognitif berdasarkan tahapan usianya, sehingga hasil belajar adlah perubahan struktur kognif yang ada pada individu tersebut.
Tokoh teori ini adalah Jerome Bruner, implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut ini.
a) Perlakuan indivdu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
b) Motivasi berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang timbul bedasarkan pegetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
c) Yujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk mengmbangkn kecerdasan.
d) Bentuk pengelolaan kelas berpuat pada peserta didik dengan guru sebagai fasilitator.
e) Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuan terpadu secara hirarkis.
f) Partisipasi peserta didik sangat dominan guna meningkatkan sisi kognitif peserta didik.
g) Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksana.
3. Humanisme
Aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar pngembangan kualitas kognitif saja, melainkan sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau dominan yang ada. Dominan-dominan tersebut meliputi dominan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendekatan humanistik dalam pembelajaran mmenekankan pentingnya emosi atau perasaan. Komunikasi terbuka dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. (Baharudin dan wahyuni, 2008:142).
Teori belajar humanistik berasumsi bahwa belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu individu merupakan pribadi utuh yang mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan kehidupannya, memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu, serta memiliki keinginan untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalamannya.
Humanisme didasarkan pada asumsi bahwa; individu adalah pribadi utuh, ia mempunyai kebebasan memilih untuk menntukan kehidupannya. Indivudu mempuyai hasrat untuk mengetahui bereksplorasi, dan mengasimilasi pengalaman-pengalamannya. Belajar adalah fungsi seluruh kepribadian individu, dan akan bermakna jika melibatkan seluruh kepribadian.
Tokoh teori in adalah Carl Rogers, impikasinya terhdap pendidikan adalah sebagai berikut ini.
a) Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peseerta didik.
b) Motivasi belajar berasal dari dalam diri, atau bersifat intrinsik berdasarkan pemuasan kebutuhan-kebutuhan individual peserta didik.
c) Metode belajr menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-ilmu sosial, atau mempelajari kehidupan sosial.
d) Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangan segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain, serta tanggap terhadap kebutuhan kelompik dan individu.
e) Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu, dan bukan untuk mengarahkan.
f) Untuk mengefektifkan mengajar , pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik., secara perorangan
g) Partisipasi peserta didik sangat dominan, dengan mengutamakan partisipasi aktif peserta didik.
h) Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian, bukan hanya memperoleh pengetahuan.
Tujuan umum pendidikan adalah ini untuk memaksimalkan kemampuan diri dan pemahaman.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Landasan psikologis pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam peaksanaan pendidikan, karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu harus mengetahui apa yang dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda mulai dari bayi hingga dewasa.
3.2 Saran
Begitu pentingnya landasan psikologis dalam pendidikan, maka seluruh calon pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasika landasan psikologis dalam pendidikan agar proses pendidikan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kontak 081333052032