[Dibiayai oleh Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Dirjen Dikti Depdikbud dengan kontrak No. 30/P21PT/DPPM/PID/III/2003].
Oleh Sudrajat , Djoko Mintargo dan Rudi Kartika (Staf Pengajar FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda)
ABSTRAK
Kayu bawang (Scorodocarpus borneensis Becc) merupakan salah satu tumbuhan hutan tropis humida dataran rendah, Kalimantan Timur yang bersifat prospektif sebagai sumber bahan bioaktif.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi senyawa bioaktif sebagai bahan larvasida alamiah ekstrak kulit kayu tumbuhan kayu bawang ( Scorodocarpus borneensis Becc ) dan mencari efektivitas daya racun setiap ekstrak/ fraksi. Uji fitokimia terhadap hasil ekstraksi kulit Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis Becc ) menunjukkan bahwa senyawa aktif itu termasuk dalam golongan saponin-steroid-flavonoid. Dari fraksi heksan dan air dapat diidentifikasikan sebagai saponin dan flavonoid, sedangkan dalam fraksi kloroform hanya teridentifikasi satu jenis bahan bioaktif yakni flavonoid.
Uji aktivitas biologi (bioassay) di laboratorium terhadap hasil fraksionasi dengan menggunakan berbagai jenis pelarut untuk menunjukkan adanya zat aktif yang bersifat larvasida telah dilakukan dengan menggunakan Artemia salina Leach dan Larva Nyamuk.
Hasilnya menunjukkan bahwa untuk pemakaian sebagai bahan larvasida terhadap jentik nyamuk, fraksi terbaik adalah bahan yang berasal dari fraksi heksan dan fraksi air diikuti oleh fraksi kloroform dengan masing-masing nilai daya bunuh 50 % hewan uji ( LC50) adalah 457,95 ppm dan 970,87 ppm.
Identifikasi senyawa aktif terhadap hasil fraksionasi kulit batang kayu bawang menggunakan HPLC diperoleh paling tidak ada 4 senyawa aktif dari fraksi heksan dan air, serta 8 jenis dalam fraksi kloroform yang jenis senyawanya belum dapat diidentifikasi. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan sifat sinergetik antara beberapa senyawa bioaktif di dalam mekanisme toksisitas terhadap hewan uji.
*) Dibiayai oleh Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Dirjen Dikti Depdikbud dengan kontrak No. 30/P21PT/DPPM/PID/III/2003
**) Staf Pengajar FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda
ABSTRACT
The Plant of Kayu Bawang ( Scorodocarpus borneensis Becc ) were a wild plant in low land tropical humides in East Kalimantan and has prospective as source of the bioactive compounds.
This research was conducted to identification of the active substance natural larvacide from shell of the Kayu Bawang Plant and searching the toxicity every fractions.
The phytochemistry test on the extracts of the shell of the Kayu Bawang Plant ( Scorodocarpus borneensis Becc ) showed that bioactive compound were saponin-steroid-flavonoid groups. From hexan fraction and water fraction could be determinated as saponin-flavonoid groups, while on chloroform fraction be diterminated one kind of bioactive compound were flavonoid group.
The biological activity test were carried out in laboratory using larval of the Artemia salina Leach ( Brine Shrimp Lethality Test) and mosquito larval .
The result, showed that for application as larvacides for killing larval mosquito Aedes aegypti, the best perfomance test be showed by hexan and water extract be followed by chloroform extract with 50% lethal concentration ( LC50-24 hr) were 457,95 ppm and 970,87 ppm.
Identification of the active substance(s) on fractionation using HPLC were identified at least four kinds of bioactive compounds from hexan and water fraction, while in chloroform fraction showed eigth kinds compounds which not yet be identified their chemical structure. There showing that probably synergic reaction between the active substance(s) on toxicity mechanism on animal test.
PENDAHULUAN
Heyne,1987 menggambarkan bahwa jumlah tumbuhan di Indonesia yang pernah digunakan sebagai obat-obatan oleh masyarakat mencapai 1.040 jenis yang sebagian besar diantaranya terdapat di dalam hutan hujan tropis. Sejumlah senyawa yang berasal dari tumbuhan seperti alkaloid, terpentinoid, fenol dan lain-lainnya memiliki potensi anti makan ( senyawa yang menghambat proses makan tapi tidak membunuh secara langsung) (Van Beek, 1987).
Kayu bawang (Scorodocarpus borneensis Becc) merupakan salah satu tumbuhan yang hidup liar di hutan tropika basah dataran rendah Kalimantan Timur ( Sudrajat, dkk, 1995). Hasil skrening fitokimia terhadap 84 jenis tumbuhan hutan tropis dataran rendah Kalimantan Timur,menunjukkan bahwa kayu bawang (Scorodocarpus borneen-sis Becc) merupakan salah satu tumbuhan yang bersifat prospektif sebagai sumber saponin alami ( Sudrajat, dkk, 1995).
Senyawa bioaktif saponin ini telah dikenal sebagai salah satu bahan pestisida alami, (Tjokronegoro,R,K,dkk,1995).Untuk dapat memanfaatkan tumbuhan kayu bawang yang hidup liar di hutan tropis dataran rendah sebagai bahan pestisida alami maka harus dilakukan penelitian di dalam laboratorium. Pertama-tama harus dilakukan uji hayati dari ekstrak kulit kayu bawang ( Scorodocarpus borneensis Becc ) terhadap larva Artemia salina Leach; efektivitas daya racun setiap fraksi, isolat-isolat dan jenis senyawa bioaktif apa yang terdapat di dalamnya.
Atas dasar ini maka kami meneruskan penelitian ini dengan melakukan uji hayati,fraksionasi,isolasi sampai ke identifikasi zat bioaktif yang terkandung di dalamnya. Mengingat Tumbuhan Kayu Bawang ( Scorodocarpus borneensis Becc) hidup liar, bersifat prospektif sebagai sumber zat aktif saponin, maka dipandang perlu untuk melakukan penelusuran senyawa/zat bioaktif terhadap kulit pohon tersebut serta uji toksisitasnya menggunakan Artemia salina Leach , efektivitas daripada fraksi-fraksi dan identifikasi jenis senyawa-senyawa aktif yang diperoleh guna memilih bahan yang paling efektif dan penyederhanaan proses tersebut untuk aplikasi hasil penelitian ini.
Untuk itu dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut
- Jenis senyawa/zat bioaktif apa saja yang terdapat di dalam kulit pohon Kayu Bawang ( Scorodocarpus borneensis Becc) dan bersifat insektisida terhadap larva Aedes aegypti ?
- Apakah ada perbedaan efektivitas daya racun antara fraksi-fraksi yang diperoleh sebagai larvasida terhadap Larva Aedes aegypti ?
- Pada jenis fraksi dan konsentrasi berapa yang menunjukkan efektivitas daya basmi yang baik ?
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi senyawa bioaktif bahan pestisida alami dari ekstrak kulit kayu bawang ( Scorodocarpus borneensis Becc) sebagai larvasida Nyamuk. Dengan diketemukannya bahan pestisida dari bahan alami ini, maka kita akan dapat mengurangi dampak negatif akibat pemakaian pestisida dan meningkatkan dampak positif bagi kesejahteraan penduduk setempat , dapat mengurangi pengeluaran impor bahan pestisida untuk membasmi larva Aedes aegypti yang selama ini mengunakan abate yang merupakan bahan impor dari Amerika Serikat sekaligus memacu pengembangan jenis tumbuhan yang telah diketahui potensinya tersebut melalui kegiatan budidaya sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka.
METODE PENELITIAN
PENELITIAN LAPANGAN
Penelitian lapangan untuk mencari bahan baku dilakukan di wilayah hutan tropis humida dataran rendah pedalaman Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur . Sampel tumbuhan yang ditemukan diambil kulitnya, kemudian dibawa ke laboratorium kemudian disimpan dalam oven dalam suhu kamar untuk dilakukan analisis kandungan senyawa bioaktifnya
PENELITIAN LABORATORIUM
Kegiatan Ekstraksi
Kegiatan Ekstraksi, analisis senyawa bioaktif, fraksionasi dan Isolasi. daun, kulit dan kayu tumbuhan kayu bawang (Scorodocarpus borneensis Becc ) dari hutan tropis dataran rendah, Kalimantan Timur secara bergantian ditumbuk halus dan dimaserasi dengan kloroform atau diklormetan, ampasnya dimaserasi dengan etanol. Ekstrak dikeringkan dengan rota evaporator.
Ekstrak kasar kering dilarutkan dalam air kemudian difraksionasikan terhadap pelarut etil asetat dengan pH 2, netral dan basa ( pH=9). Fraksi air yang tersisa dikeringkan. Terhadap fraksi air ( kemungkinan aktif) dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom Sephadex LH-20 yang diteruskan dengan kromatografi lapis tipis ( KLT) ( Hostettmann, 1987).
Identifikasi Senyawa Aktif
Pada penelitian identifikasi senyawa aktif ditujukan untuk menentukan golongan senyawa aktif apa yang terdapat di dalam setiap isolat dilakukan dengan uji fitokimia yakni uji busa untuk golongan saponin, uji warna dengan larutan SbCl3 dalam kloroform, uji warna dengan pereaksi Liebermann Buchard untuk menentukan adanya triterpenoid ( Harborne, 1973). Untuk membuktikan kandungan adanya senyawa-senyawa aktif tersebut benar-benar murni maka dilakukan analisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( HPLC) menggunakan kolom Bonda Pack C-18, eluen metanol : air ( 1:2, 3:1 dan 2 : 1), kecepatan alir 1 ml/menit, detektor UV-Vis 254 nm. Kemudian dilakukan analisis terhadap hasil kromatogramnya.
Uji hayati ( bioassay)
Untuk menggambarkan daya racun sebagai gambaran awal adanya zat bioaktif yang terdapat di dalam ekstrak/ fraksi dilakukan dengan menggunakan larva Artemia salina Leach ( Brine Shrimp Lethality Test ) ( Meyer et al., 1982).
Sedangkan uji hayati dari ekstrak, fraksi dan senyawa aktif dilakukan dengan cara ke dalam cawan petridish dimasukkan konsentrasi yang ditentukan yaitu sebanyak 100 CC, kemudian dimasukkan larva sebanyak 10 ekor. Ulangan 4 kali. Mortalitas dilihat pada jam-jam pertama, satu hari dan dua hari setelah perlakuan.
Analisis Data
Nilai dugaan kematian 50 % hari ( LC-50 dalam unit waktu ) ditentukan dengan menggunakan persamaan garis regresi antara log konsentrasi dan probit kematian ( Probit analisis). Efektivitas dari fraksi-fraksi terhadap larva Artemia salina Leach dinyatakan dalam LC-50 (ppm) duapuluh empat jam dan empat puluh delapan jam setelah perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini diuraikan menjadi dua bagian yakni penemuan jenis senyawa aktif sebagai bahan pestisida dari ekstrak kulit kayu bawang Kalimantan dan efektivitas setiap fraksi sebagai dasar pertimbangan untuk aplikasi pemanfaatannya di lapangan.
Hasil Ekstraksi
Cuplikan kulit kayu bawang dihancurkan dengan blender dan dimaserasi dengan etanol, diekstraksi selama 5 x 24 jam sampai larutan ekstrak tidak berwarna lagi dan diharapkan semua senyawa yang ada dapat larut ke dalam pelarut etanol. Filtrat yang diperoleh dikeringkan dengan rotavapor pada tekanan rendah suhu 66 o C dan disebut ekstrak kasar, kemudian dilakukan partisi dengan menggunakan beberapa jenis pelarut. Besarnya rendemen dari masing-masing fraksi yang diperoleh dari 200 gram sampel dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil rendemen dari masing-masing fraksi
Fraksi | Berat ( gr) | Rendemen |
Kasar | 5,2608 | 2,6304 |
Metanol Air | 4,6996 | 2,3498 |
Heksan | 0,5609 | 0,2805 |
Air | 4,6051 | 2,2526 |
CHCl 3 | 0,1401 | 0,0705 |
Hasil pengujian kandungan senyawa kimia menunjukkan bahwa ekstrak kasar ( fraksi etanol) mengandung karbohidrat, saponin, steroid dan flavonoid. Untuk fraksi heksan mengandung KH, Steroid dan Flavonoid; untuk fraksi kloroform mengandung KH dan flavonoid. Sedangkan fraksi air mengandung KH, saponin dan flavonoid. Dengan demikian ekstrak kulit kayu bawang ini mengandung jenis senyawa flavonoid, steroid dan saponin. Hasil uji kandungan kimia setiap fraksinya disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji kandungan kimia terhadap macam-macam fraksi
No | Fraksi |
Jenis Senyawa Kimia |
||||
KH | Saponin | Protein | Steroid | Flavonoid | ||
1 | Etanol | + | + | – | + | + |
2 | Heksan | + | – | – | + | + |
3 | CHCl3 | + | – | – | – | + |
4 | Air | + | + | – | – | + |
Hasil Uji Aktivitas Bioaktif terhadap Larva
Efektivitas daya bunuh fraksi-fraksi dari kulit kayu pohon bawang terhadap larva Artemia salina Leach dan Larva Nyamuk disajikan dalam Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Hasil Uji Toksisitas masing-masing ekstrak Terhadap Artemia salina Leach
No | Jenis ekstrak | Konsentrasi | Jumlah larva yang mati (%) | Mortalitas
( %) |
Probit
Mortalitas |
LC50
( ppm) |
|||
I |
II |
III |
IV |
||||||
1 | Fraksi Hexan | 250 |
5 |
5 |
0 |
5 |
16,25 | 4,01 | 1.702,75 |
24-Jam | 500 |
5 |
5 |
0 |
5 |
23,75 | 4,28 | ||
750 |
15 |
25 |
20 |
20 |
31,25 | 4,51 | |||
1000 |
25 |
30 |
25 |
25 |
41,25 | 4,78 | |||
48-Jam | 250 |
10 |
5 |
10 |
5 |
17,50 | 4,40 | 2.244,91 | |
500 |
10 |
5 |
10 |
5 |
25,00 | 4,33 | |||
750 |
20 |
25 |
30 |
25 |
31,25 | 4,51 | |||
1000 |
25 |
30 |
35 |
30 |
47,50 | 4,93 | |||
2 | Fraksi Air | 374.29 | |||||||
24-Jam | 250 |
40 |
40 |
40 |
40 |
48,75 | 4,97 | ||
500 |
45 |
50 |
45 |
45 |
56,75 | 5,22 | |||
750 |
55 |
50 |
60 |
60 |
75 | 5,67 | |||
1000 |
70 |
75 |
75 |
75 |
81,25 | 5,89 | 262.11 | ||
48-Jam | 250 |
50 |
45 |
40 |
45 |
52,50 | 5,06 | ||
500 |
50 |
55 |
55 |
50 |
63,75 | 5,35 | |||
750 |
55 |
55 |
65 |
60 |
78,75 | 5,81 | |||
1000 |
80 |
75 |
85 |
85 |
88,75 | 6,22 | |||
3 | Fraksi Kloroform | 1.409,59 | |||||||
24-Jam | 250 |
0 |
5,0 |
10,0 |
10,0 |
6,25 | 3,45 | ||
500 |
10,0 |
10,0 |
15,0 |
10,0 |
11,25 | 3,77 | |||
750 |
30,0 |
25,0 |
25,0 |
30,0 |
27,50 | 4,40 | |||
1000 |
40,0 |
40,0 |
45,0 |
40,0 |
41,25 | 4,78 | |||
48-Jam | 250 |
10,0 |
15,0 |
20,0 |
15,0 |
15 | 3,96 | 371,64 | |
500 |
25,0 |
20,0 |
20,0 |
15,0 |
20 | 4,16 | |||
750 |
35,0 |
35,0 |
40,0 |
35,0 |
32,5 | 4,64 | |||
1000 |
50,0 |
50,0 |
45,0 |
45,0 |
47,50 | 4,93 | |||
4 | Kontrol |
|
|
|
|
||||
24-jam | 0 |
5 |
5 |
0 |
0 |
2,50 | 3,03 | ||
48-jam | 0 |
5 |
10 |
0 |
0 |
3,75 | 3,15 |
Tabel 4. Hasil Uji Toksisitas masing-masing ekstrak Terhadap Larva Nyamuk
No | Jenis ekstrak | Konsentrasi | Jumlah larva yang mati ( %) | Mortalitas | Probit | LC50
( ppm) |
|||
I |
II |
III |
IV |
||||||
1 | Fraksi Hexan | 250 |
5 |
5 |
0 |
5 |
3,75 | 3,15 | 457,94 |
24-Jam | 500 |
5 |
5 |
0 |
5 |
46,25 | 4,90 | ||
750 |
15 |
25 |
20 |
20 |
56,25 | 5,16 | |||
1000 |
25 |
30 |
25 |
25 |
73,75 | 5,63 | |||
48-Jam | 250 |
10 |
5 |
10 |
5 |
7,50 | 3,54 | 367,7 | |
500 |
10 |
5 |
10 |
5 |
7,50 | 3,54 | |||
750 |
20 |
25 |
30 |
25 |
25 | 4,33 | |||
1000 |
25 |
30 |
35 |
30 |
30 | 4,48 | |||
2 | Fraksi Air | 457,94 | |||||||
24-Jam | 250 |
40 |
40 |
40 |
40 |
40 | 4,75 | ||
500 |
45 |
50 |
45 |
45 |
46,25 | 4,90 | |||
750 |
55 |
50 |
60 |
60 |
56,25 | 5,16 | |||
1000 |
70 |
75 |
75 |
75 |
73,75 | 5,63 | |||
48-Jam | 250 |
50 |
45 |
40 |
45 |
45 | 4,87 | 367,77 | |
500 |
50 |
55 |
55 |
50 |
52,50 | 5,06 | |||
750 |
55 |
55 |
65 |
60 |
58,75 | 5,22 | |||
1000 |
80 |
75 |
85 |
85 |
81,25 | 5,90 | |||
3 | Fraksi Kloroform | 970,87 | |||||||
24-Jam | 250 |
5 |
10 |
0 |
0 |
6,25 | 3,45 | ||
500 |
5 |
15 |
10 |
15 |
11,25 | 3,77 | |||
750 |
15 |
20 |
20 |
25 |
20 | 4,16 | |||
1000 |
30 |
25 |
30 |
35 |
30 | 4,48 | |||
48-Jam | 250 |
5 |
10 |
5 |
10 |
7,50 | 3,54 | 1.355,37 | |
500 |
10 |
20 |
15 |
25 |
17,50 | 4,04 | |||
750 |
20 |
30 |
30 |
35 |
28,75 | 4,43 | |||
1000 |
40 |
35 |
40 |
45 |
40 | 4,75 | |||
4. | Kontrol |
|
|
|
|
||||
24-jam | 0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 | 0 | ||
48-jam | 0 |
0 |
0 |
5 |
0 |
1,25 | 1,25 |
Dari tabel 3, efektivitas daya bunuh ( LC50) setiap fraksi dari kulit kayu bawang terhadap larva Artemia salina Leach yang paling efektif pada 24 Jam Setelah Perlakuan adalah fraksi air yakni 374,29 ppm, diikuti ekstrak kloroform ( 1.409,59 ppm dan fraksi hexan (1.702,75 ppm). Hal yang sama dijumpai pada perlakuan setelah 48 jam dengan masing-masing nilai LC50-48 jam untuk fraksi air adalah 262,11 ppm, diikuti oleh fraksi kloroform ( 371,64 ppm) dan fraksi hexan ( 2.244,91 ppm).
Sedangkan untuk efektivitasnya sebagai larvasida terhadap nyamuk adalah dari fraksi air dan fraksi hexan relatif sama yakni masing-masing 457,95 ppm untuk 24 jam setelah HSP dan 367,77 ppm setelah 48 jam setelah HSP. Fraksi Kloroform menunjukkan daya bunuhnya relatif rendah yakni pada 970,87 ppm untuk 24 jam setelah hari perlakuan dan 1.355,37 ppm untuk 48 jam setelah hari perlakuan.
Hal ini menunjukkan bahwa kayu bawang memiliki potensi nilai ekonomis yang tinggi dan praktis karena masyarakat dapat menggunakannya sebagai larvasida, terutama untuk membasmi jentik-jentik nyamuk demam penyebab penyakit demam berdarah. Mereka dapat menggunakannya dengan cara merebus dengan air, kemudian bahan ini dapat diaplikasikan di lapangan karena bahan ini memiliki risiko/ efek samping yang relatif kecil karena terbuat dari bahan alami.
Dari uraian di atas, dapat dipilih bahan mana yang akan digunakan. Bila ingin menghasilkan daya bunuh yang paling efektif dan efisiensi biaya harus dipilih, maka fraksi dari ekstrak air adalah pilihan terbaik.
Identifikasi Senyawa Isolat
Dari hasil uji aktivitas bioaktif, untuk mengidentifikasi senyawa isolat yang terbentuk benar-benar murni maka dilakukan analisis HPLC karena semuanya berpotensi sebagai larvasida. Hasil pemeriksaan dengan HPLC terhadap sampel fraksi heksan terlihat ada 4 komponen dengan waktu retensi antara 12 s/d 52 menit, fraksi air terdiri atas 4 komponen dengan waktu retensi yang sama dan untuk fraksi kloroform ada 8 komponen dengan waktu retensi 7 s/d 52 menit.
Profil kromatogram HPLC masing-masing isolat disajikan dalam Gambar 1, gambar 2 dan gambar 3. Hasil analisis dengan HPLC tersebut menunjukkan ada empat puncak untuk fraksi heksan dan air, serta delapan puncak untuk fraksi kloroform.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak pohon kayu bawang mengandung beberapa jenis senyawa bioaktif yang dapat dipergunakan sebagai bahan larvasida. Sedangkan untuk efektivitasnya sebagai larvasida terhadap nyamuk adalah ditunjukkan oleh fraksi air dan fraksi hexan, kemudian diikuti oleh fraksi Kloroform.
Penelitian ini kelak kemudian hari dapat bermanfaat bagi pengembangan industri bahan baku pestisida, khususnya pengganti bahan abate sebagai pembasmi larva nyamuk yang penggunaannya tetap besar dan masih diimpor dari Amerika Serikat.Apabila hasil penelitian dikembangkan akan berguna bagi bidang bioteknologi tanaman pada umumnya dan khususnya bioteknologi industri untuk produksi metabolit sekunder, sedangkan sisi lain adalah Agrobioteknologi yang nantinya memusatkan untuk peningkatan produksi bahan baku obat-obatan/pestisida sehingga dapat menghemat pengeluaran devisa Negara.
|
||||
|
Gambar 3. Hasil Rekaman kromatogram HPLC dari Isolat Fraksi Kloroform
Kulit Pohon Kayu Bawang ( Scorodocarpus borneensis Becc)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan dapat diambil dari hasil penelitian ini :
1. Senyawa aktif hasil pemisahan ( ekstraksi) kulit Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis ) yang dapat diidentifikasi dalam ekstrak heksan, ekstrak air dan ekstrak kloroform adalah jenis senyawa flavonoid, steroid dan saponin.
2. Untuk pemakaian sebagai bahan larvasida nyamuk , fraksi yang paling efektif adalah fraksi air dan fraksi hexan, kemudian diikuti oleh fraksi kloroform.
3. Hasil analisis dengan HPLC menunjukkan paling sedikit ada 4 jenis senyawa aktif dalam fraksi heksan dan fraksi air, sedangkan dalam fraksi kloroform lebih dari 4 jenis.
Saran
1.Kandungan senyawa aktif perlu terus ditelusuri sampai ditemukan struktur kimianya ( elusidasi struktur jenis-jenis senyawa bioaktif tersebut). Ini merupakan sumbangan baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam aspek senyawa bioaktif dari tanaman yang belum diteliti.Dalam penggunaannya sebagai pestisida komersial, bahan ini perlu dievaluasi nilai ekonomisnya serta tahapan-tahapan yang dipersyaratkan oleh WHO yaitu uji klinis dan farmakologis terhadap manusia, organisme hidup lainnya yang berguna dan terhadap lingkungan hidup.
2. Perlu penelitian lanjutan tentang kadar zat bioaktif yang terkandung dalam kulit pohon kayu bawang, serta pada daun.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Direktur Dirlitabmas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud di Jakarta yang telah membiayai penelitian ini, Ketua Lembaga Penelitian Unmul, Ketua FMIPA Unmul, Kepala Laboratorium Kimia Analitika FMIPA UNMUL, Kepala Laboratorium Toksikologi FMIPA UNMUL dan Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA