KLIK iklan di sebelah berarti mendukung www.infodiknas.com. Tksh.
***
SOLO–Sastrawan, Putu Wijaya, mengusulkan ada upaya membentuk karakter siswa dengan sastra. Namun hal itu bisa dilakukan jika sastra dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang sesungguhnya.
Saat ditemui solopos.com di sela-sela kegiatan ‘Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya’ di halaman SMPN 2 Solo, Rabu (30/5/2012), Putu mengungkapkan selama ini ada kecenderungan sastra belum dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Akibatnya pelajaran sastra belum mendapatkan porsi waktu yang ideal.
“Misalnya pelajaran sastra hanya menyampaikan tahun pembuatan sebuah karya sastra ataupun siapa sastrawan di masa itu,” jelasnya.
Padahal, terangnya, nilai sastra tidak sedangkal itu. Ilmu pengetahuan sastra merupakan ilmu pengetahuan yang mencakup banyak pengetahuan. Sastra bisa mengandung pesan politik, agama dan lainnya. Sastra mengajarkan tentang cara berkomunikasi dengan orang lain, menyentuh hati orang lain dan bagaimana bersikap yang bijak.
“Kalau sastra diajarkan secara benar, sastra bisa menjadi sarana membentuk karakter siswa,” ujarnya.
Guna mencapai hal itu, terangnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun kesadaran banyak pihak, terutama mereka yang bergerak di dunia pendidikan, bahwa sastra adalah ilmu pengetahuan. Setelah itu, perlu ada perubahan kurikulum dan silabus mata pelajaran sastra di sekolah.
“Harapannya mata pelajaran sastra bisa diajarkan lebih mendalam. Misalnya pelajaran tentang makna mendalam sebuah karya sastra agar siswa bisa memahami nilai yang terkandung di dalamnya, menyerap dan kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Sastrawan yang hadir dan membacakan karyanya antara lain Putu Wijaya, Iman Soleh, Joni Ariadinata, Cecep Syamsul Hari.
***
http://www.solopos.com/2012/pendidikan/sastrawan-bicara-bentuk-karakter-siswa-dengan-sastra-190089