Oleh Elia Putri (Dosen Kopertis Wil. I dpk UMN Al Washliyah).
Abstrak
Pendekatan pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, pembelajaran dilaksanakan melalui diskusi, kerja kelompok, siswa aktif, dan menyenangkan. Pendekatan pembelajaran konstektual melibatkan 7 (tujuh) komponen utama yaitu: kostruktivisme, inquiry, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penelitian oententik. Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pendekatan pembelajaran data pada penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran konstektual dalam meningkatkan hasil belajar pada bidang studi fisika di SMA.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah.
Dalam suatu pembelajaran, pendekatan memang bukanl segala-galanya yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, banyak faktor lain yang turut serta didalamnya yang antara lain adalah: kurikulum, program pengajaran, kualitas guru, materi pembelajaran, strategi, sumber belajar dan teknik penilaian. Dengan demikian pendekatan hanyalah salah satu faktor saja dari sekian banyak faktor yang mendapat perhatian dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Agar proses pembelajaran dapat berhasil, sebagai pengajar seorang guru hendaknya bisa menciptakan suasana yang lebih menarik dan tidak membosankan yaitu dengan meransang teknik pengajaran yang sesuai dengan menggunakan strategi dan metode yang bervariasi sehingga dapat membangkitkan minat, motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar khususnya dalam belajar fisika.
Sejalan dengan itu dikeluarkanlah kebijakan pemerintah dalam penggunaan kurikulum berbasis kompetensi berdasarkan pada PP. Nomor 25 tahun 2000, yang diharapkan dapat mengarah kepada pendidikan berbasis kompetensi yaitu pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan yang mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kereativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan dan kewarganegaraan. (Kurikulum 2004 SMA: 1)
Hingga tahun-tahun terakhir ini hasil belajar SMA untuk pelajaran Fisika masih menunjukkan angka yang relative rendah dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Rendahnya hasil belajar Fisika yang diperoleh siswa diantaranya disebabkan oleh pengajran Fisika yang terkesan sulit, sehingga siswa lebih dahulu merasa jenuh sebelaum memperlajarinya. Selain itu, pelajaran Fisika sering kali disajikan oleh guru dalam persamaan-persamaan matematik dan mengutamakan perhitungan daripada pemahaman menganai konsep Fisikanya. Proses belajar yang cenderung sepihak ini seperti yang dikatakan oleh Roestiyah, N.K, (1994 :41) :
“Guru mengajar di sekolah hanya menyapi makanan kepada anak, siswa selalu menerima suapan apapun itu tanpa komentar tanpa aktif berpikir, mereka mendengar tanpa kriti apakah pengetahuan yang diterimanya di bangku sekolah itu benar atau tidak. Dalalm pelaksanaan bentuk interaksi belajar mengajar ini berperan penting, gurulah yang aktif murid pasif, seluaruh kegiatan berpusat pada guru.”
Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman yang bervariasi dan berpusat pada siswa. Seperti yang tercakup dalam Petunjuk Teknis Pengembangan silabus KTSP Mata Pelajaran Fisika SMA (2006 : 6) : “Kegiatan pembelajaran dirancang untuk tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Kegiatan pembelajaran harus didesain dengan metode dan strategi yang efektif dan bervariasi sehingga peserta didik kaya akan pengalaman belajar.”
Salah satu model pendekatan yang dapat dipakai dalam proses belajar mengajar yaitu pemprosesan informasi (Damin, S., 1995 : 35). Menurut Ausubel (dalam dahar, Ratna, 1989 : 112) jika dlam proses belajar mengajar diterapkan model pemprosesan informasi maka akan menimbulkan efek belajar bermakna. Belajar bermakna dalam konteks ini adalah proses mengkaitkan informasi baru datang dari lingkungan belajar dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa.
Pada kenyataannya banyak diantara siswa tidak terdapat konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitifnya, sehingga siswa kesulitan memahami konsep-konsep baru yang diajarkan guru, yang pada akhirnya konsep-konsep baru itu diterima secara hapalan. Jadi, disini tugas guru sebagai perancang pengajaran harus dapat menolong para siswa untuk menemukan konsep-konsep yang relevan dan menggunakan konsep-konsep tersebut dalam struktur kognitif siswa untuk mengasimilasikan konsep-konsep tersebut dalam struktur kognitif siswa untuk mengasimilasikan konsep baru yang akan diajarkan oleh guru sehingga efek belajar bermakna dapat berlangsung oleh siswa itu sendiri. Dalam hal ini, proses pembelajaran dapat dilakukan dengan model pembalajaran Advance Organizer, yang diharapkan dalam struktur kognitif siswa akan tercipta suatu model kerangka berpikir tentang suatu topik pelajaran yang berguna untuk memulai suatu pelajaran baru. Sehingga belajar bermakna dapat berlangsung dalam diri siswa. Sebagai bahan perbandingan terdapat pendekatan pembelajaran konstektual, peneliti membandingkannya dengan model pengajaran langsung.
Beranjak dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran konstektual yang diharapkan memiliki kemampuan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa SMA.
Perumusan Masalah
Dari hasil di atas, maka masalah penelitian tentang penerapan pendekatan pembelajaran konstektual dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimanakah hasil belajar Fisika siswa pada pendekatan pembelajaran konstektual
- Apakah penerapan pendekatan pembelajaran konstektual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar Fisika?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui hasil belajar Fisika siswa dengan pendekatan pembelajaran konstektual
- Untuk mengetahui daya serap siswa dalam penerapan pendekatan pembelajaran konstektual.
Tinjauan Pustaka
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William H. Burton adalah upaya memberi stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Konsep Pembelajaran
Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitaring the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dsar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang subtansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran; dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran.
Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogic, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam merespon perkembangan tersebut, tentu tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal dari guru dan media buku teks belaka. Kegiatan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan kegiatan intergralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri peserta didik. Menurut Knirk dan Gustafson (1986:15) pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahap perancangan pembalajaran.
Selanjutnya Knirk dan Gustafson (1986:18) mengemukakan teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu guru (pendidik), siswa (peserta duidik), dan kurikulum. Kompnen tersebut melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran (Instructional). Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar meminta para pendidik untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Organisasi Kegiatan Pembelajaran
Sehubungan dengan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan maka terdapat beberapa aspek yang perlu diorganisasikan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakannya, sebagai berikut :
- Tujuan yang ingin dicapai.
- Cakapan dan Urutan
- Prosedur penyampaian materi
Prosedur dalam penyempaian materi pelajaran :
– Preparasi
– Appersepsi
– Presentasi
– Resitasi
- Metode Mengajar
Metode mengajar yang tepat akan meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan belajar tertentu diperlukan metode tertentu pula. Menurut Kemp (1988 terdapat 3 pola yang merupakan metode dasar, yaitu :
- Ekspositori
Ekspositori terkandung pengeertian satu arah, yaitu dari guru ke peserta dan guru secara aktif menyajikan pelajaran, sedangkan peserta cenderung pasif.
- Belajar Mandiri
Peserta diharapkan dapat mempelajari sendiri bahan yang telah disusun menurut program pembelajaran yang telah disiapkan, dengan menggunakan bahan ajar berupa modul.
- Pada pola ini guru dan peserta didik bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian berdiskusi dan menyusun laporan. Pola ini sangat cocok diterapkan pada proses pembelajaran orang dewasa (androgogi).
- Media atau alat peraga
Untuk membantu efektivitas pembahasan pembelajaran, guru memerlukan bermacam-macam media atau alat pelajaran yang tepat. Alat peraga dapat dalam bentuk aslinya atau dalam bentuk tiruannya (imitasi) sesuai dengan situasi kondisi dan mempertimbangkan prinsip ekonomis, sederhana namun efektif. Klasifikasi media berdasarkan pengindraan : Audio, Audio Visual, Taktik.
- Sumber Belajar
Sumber belajar ada 2 macam yaitu bersifat insani dan non insani atau sumber belajar yang dirancang (by design) dan sudah tersedia (by utilization).
- Insani : Nara sumber, seperti guru, pakar atau praktisi di lapangan
- Non Insani : buku, jurnal, Koran, majalah, benda bersejarah, dan lain-lain.
- Evaluasi Proses Pembelajaran
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi dilakukan pada bagian akhir pelajaran atau selama proses pembelajaran berlangsung. Namun dalam perencanaan, evaluasi dicantumkan pada langkah kedua, langsung sesudah penentuan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini disebabkan karena tujuan-tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan bagaimana evaluasi harus dilakukan.
Urutan Kegiatan Pembelajaran
Gagne dan Briggs dalam Wiryawan dan Noorhadi (1990) mengemukakan urutan kegiatan pembelajaran tersebut :
- Mengarahkan perhatian peserta
- Memberitahukan tujuan yang akan dicapai
- Menimbulkan ingatan tentang kemampuan atau pengetahuan yang dipersyaratkan yang telah dipelajari.
- Menyampaikan materi pelajaran yang dijadikan
- Memberikan petunjuk atau tuntutan dalam kegiatan belajar
- Memancing penampilan peserta
- Memberi Umpan (feed back)
- Menilai penampilan atau hasil belajar.
- Metransfer hasil belajar.
Kesembilan langkah kegiatan pembelajaran itu perlu dipahami benar-benar oleh setiap guru, melalui kegiatan-kegiatan itu dalam ditelaah apakah kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan atau model pengajaran tertentu seorang guna dapat melakukan penilaian terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukannya.
Komponen Prosedur Pembelajaran
Dari urutan kegiatan pembelajaran tersebut di atas, pada dasarnya terdapat 3 (tiga) komponen yang lazim dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, yaitu komponen pendahuluan, komponen penyajian/inti, dan komponen penutup.
- a. Komponen Pendahuluan
Adalah kegiatan pembelajaran yang berupa kegiatan menumbuhkan motivasi, menginformasikan dan menyadarkan akan tujuan belajar dan kegiatan untuk mengarahkan perhatian peserta didik.
- b. Komponen Penyajian/Inti
Komponen penyajian adalah kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdiri dari kegiatan penyajian informasi, membantu menggali informasi dari ingatan, dan mendampingi peserta didik selama mengerjakan latihan yang diberikan. Pada komponen inilah pengajar menjelaskan/menguraikan materi yang harus menampilkan kemampuan peserta didik dalam latihan.
- c. Komponen Penutup
Adalah kegiatan pembelajaran secara tetap pengajar menerapkan urutan kegiatan pembelajaran berupa test formatif, umpan balik dan kegiatan tindak lanjut (Follow Up)
Dalam menentukan prosedur pembelajaran yang akan ditetapkan ditentukan pada oleh model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran.. apabila disimak dengan seksama, maka dapat diketahui bahwa antara satu model dengan yang lainnya saling melengkapi. Untuk itu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya diperlukan improvisasi dari pengajar untuk mengkomsumsikan beberapa model mengajar tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tentunya prosedur pembelajaran yang menggunakan berbagai pendekatan dan model mengajar akan menghasilkan variasi dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran sebagai pesert didik dapat penerapan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Menurut Ausubel (dalam dahar, 1989:110), belajar dapat diklasifikasikan dalam dua tingkatan. Pada tingkatan pertama dalam belajar informasi dalam dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Pada tingkat ke dua, siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi pada pengetahuan (berupa konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya dalam hal ini terjadi belajar bermakna (meaningful Learnig). Akan tetapi siswa itu dapat mencoba-coba menghafal informasi baru itu tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan (Rote Learning).
Dalam Mappa, S dan Basleman, A (1994 : 91) disebutkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran konstektual dapat dmelalui tiga fase, yaitu
– Fase pertama, penyajian atau presentasi pembelajaran koonstektual itu sendiri.
– Fase kedua, pengembangan lebih lanjut mengenai kerangka yang telah disampaikan melalui tugas belajar siswa sebagai sumber bahan pelajaran.
– Fase ketiga, adalah memperkuat struktur kognitif siswa dengan memainkan peranan reinforcement (keaktifan siswa).
Selanjutnya langkah-langkah tersebut masih dibatasi pada tindakan-tindakan kelas yang memenuhi fungsi-fungsi mengajar, yaitu pengembangan sistem sosial konstektual dan prinsip-prinsip mereaksi dalam pendekatan pembelajaran konstektual
Lebih lanjut lagi fase pertama dalam pelaksanaan pendekaatan pembelajaran konstektual terdiri dari empat kegiatan, yaitu :
- Menjelaskan tujuan
- Menyajikan secara tingkat kerangka dasar pendekatan pembelajaran konstektual
- Menyajikan pengertian dari setiap atribut yang terdapat di dalamnya
- Merangsang kembali pengetahuan dan pengalaman siswa yang sudah ada dan disesuaikan dengan konteks yang diajarkan dengan memberikan beberapa contoh.
Fase ke dua menekankan kepada essensi materi yang tidak cukup hanya dijelaskan oleh definisi, tetapi guru menguraikan lebih lanjut. Di sini guru dan siswa sama-sama mengembangkan kerangka itu menjadi bahan pelajaran yang secara logis dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa.
Pase ke tiga menekankan kepada keaktifan siswa. Siswa harus banyak mengambil inisiatif bertanya, dan mengajukan komentar. Siswa juga diharapkan dapat menggunakan prinsip-prinsip integral memahami konsep secara menyeluruh untuk menjawab dan menghubungkan materi yang sudah dipelajari dengan materi baru. Siswa harus dapat berperan sebagai penangkap yang aktif dan mampu berpikir kritis.
METODOLOGI PENELITIAN
Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Siswa dikelompokkan dalam dua kelompok belajar yaitu kelompok pembelajaran konstektual dan Pembelajaran Konvensional pada pokok bahasan tekanan dari kelas VII semester I SMA Swasta YPIS Maju Binjai tahun ajaran 2008/2009
- Dilihat tingkat kesetaraan dasar pengetahuan siswa pada dua kelompok sampel yaitu dilihat pada rata-rata skor tes awal
- Digunakan model pembelajaran yang berbeda (yaitu kelompok konstektual dan Kelompok Konvensional).
- Proses pembelajaran dilakukan oleh seorang guru dengan jumlah, waktu dan meteri yang sama
- Setelah selesai diajarkan semua materi pokok bahasan tekanan di lakukan tes untuk mendapatkan data penelitian.
Adapun desain yang digunakan sebagi berikut :
X1 = Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konstektual
X2 = Perlakuan dengan menggunakan
Pembelajaran konvensional
X3 = Hasil belajar siswa
Populasi dan Sampel
- Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IX semester I SMA Swasta YPISMaju Binjai yang jumlahnya 120 orang.
- Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa VII A berjumlah 40 orang siswa sebagai kelas X1 dan siswa kelas VIIC berjumlah 40 orang siswa sebagai kelas X2. yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas yang berjumlah 40 orang. Cara pengambilan sampel dengan rancom (acak).
Variabel dan Indikator
- Variabel
Variabel yang diketengahkan dalam penelitian ini adalah
- Variabel bebas (X1) Pendekatan Konstektual
- Variabel bebas (X2) pendekatan konvensional
- Variabel terikat (Y) hasil belajar Fisika
- Indikator
Indikator adalah gambaran atau keadaan dan penelitian untuk memperjelas variabel. Dalam hal ini indicator dapat membantu gambaran variabel agar data yang terkumpul merupakan informasi tentang variabel, maka dalam penelitian ini yang menjadi indicator yaitu :
- Indikator variabel X adalah skor postes hasil belajar siswa pada pendekatan pembelajaran konstektual.
- Indikator variabel Y adalah skor postes hasil belajar pada pembelajaran konvensional.
Instrumen Penelitian
Untuk menjaring data hasil belajar siswa pada pokok bahasan kalor digunakan tes. Tes yang digunakan berbentuk multiple choice atau pilihan berganda yang terdiri dari 20 item dengan 4 option dengan skor 1 bila menjawab benar dan 0 jika menjawab salah, sehinggi skor maksimum yang diperoleh sisiwa adalah 20, disusun berdasarkan KTSP.
Teknik Pengumpulan Data
Tahapan yang dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian ini yaitu dengan memberikan tes berbentuk multiple choice kepada siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Berhubung karena tes hasil belajar buatan guru sendiri, maka tes tersebut harus diujicobakan kepada 30 orang siswa di kelas IX SMA Swasta YPIS Maju Binjai (yang tidak termasuk dalam sample penelitian) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.
- 1. Uji Validitas
Statistik yang diperlukan dalam pengujian validitas ini adalah keefisien korelasi antara skor test sebagai predictor dan skor suatu kriteria yang relevan. Untuk itu pengujian dilakukan dengan menggunakan statistik product moment yang dikemukakan Arikunto, (2002 :172), dengen rumus :
Keterangan
X = Skor butir
Y = Skor total butir
N = Banyak sampel
Data yang diperoleh dan kedua kelompok di analisis berturut turut sebagai berikut :
- dihitung skor data-data dengan rumus :
Dimana :
= rata-rata hitung skor hasil belajar
xi = skor
fi = frekuensi
- Standart deviasi (s) dihitung dengan rumus :
- Standar deviasi gabungan dihitung dengan rumus :
- Uji persyaratan Analisis Data
- Uji Normalitas Populasi
Untuk menguji apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasa dari populasi yang berdistribusi normal, dilakukan pengujian secara signifikan yaitu uji normalitas lilifors. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian ini adalah :
- Data : X1, X2, X3,……………………………XN
Diubah kebentuk angka baru : Z1, Z2, Z3,…………………………..ZN dengan rumus .
- Menghitung Peluang F (Zi) = P (Z < Z1)
- Menghitung Z1, Z2, Z3, ……………….ZN yang dinyatakan oleh S (Z1)
S (Zi) = banyaknya Z1, Z2, Z3,……………..Zn
N
- Menghitung F (Zi) – S(Zi) kemudian menetapkan harga mutlaknya
- Mengambil harga yang paling besar diantara harga mutlak dari selisih F (Zi) –S(Zi) harga yang terbesar itu disebut Lo untuk menerima atau menolak hipotesis dibandingkan dengan hargakritik L yang diambil dari tabel uji liliefors dengan tarap nyata = 0,05 dan n = 50 jika Lo > L maka hipotesis ditolak.
- Uji Homopenitas Varians
Untuk melihat apakah data yang diperolah dari kedua kelompol mempunyai varians yang homogen digunakan dengan cara membandingkan varians kedua sampel yaitu :
Selanjutnya membandingkan dengan tabel F kriterianya jika Fhitung < F tabel maka kedua sampel homogen.
- Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kontekstual dan yang diajarkan dengan Kriteria ;pengujian :
Terima Ho jika thit < t (1 – a) dimana t (1 – a) diperoleh dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n1 + n 2 – 2 dan peluang 1 – a pada taraf signifikan a = 0,05 untuk harga lainnya Ho ditolak (Usman, dkk, 1995 : 142)
Model pembelajaran latihan inkuiri pokok bahasan tekanan digunakan Statistik Student t dengan rumus :
Dimana :
X1 = Rata-rata skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konstekstual
X2 = Rata-rata skor hasil belajar sisiwa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konstektual
S = Simpangan baku gabungan dari kedua kelompok belajar
n1 = Jumlah anggota sampel kelompok belajar yang menggunakan modal pembelajaran kontekstual.
n2 = Jumlah anggota sampel kelompok belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional
Pasangan hipotesis statistik yang akan diuji :
Ho : X1 = X2 = Tidak ada perbedaan yang berarti hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konstektual.
Ha : X1#X2 = ada perbedaan yang berarti hasil belajar siswa antara yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konstaktual
Kriteria Pengujian :
Terima Ho jika thit < t (1 – ) diperoleh dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2 dan peluang 1 – pada taraf signifikan = 0.05 untuk harga lainnya Ho ditolak (Usman, dkk, 1995 : 142).
Analisa Data
Data penelitian ini, dianalisis secara deskriptif yang mencakup perhitungan rata-rata dan simpangan baku. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :
- Hasil Belajar Fisika Siswa di SMA Swasta YPIS Maju Binjai Yang Menggunakan Pendekatan Pembalajaran Konstektual
Dari hasil penelitian yang dapat dihitung nilai rata-rata dan simpangan baku serta normalitas data.
- Nilai Rata-Rata X1
- Nilai Standart Deviasi X1
Setelah dihitung dua kelompok data mengenai nilai rata-rata dan simpangan baku dan sampel distribusi normal dan homogen maka dengan demikian pengajuan hipotesis dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum pengujian dilakukan di cari dulu standart diviasi gabungan yaitu :
Jadi uji dua beda rata-rata antara kelompok pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran Konstektual dengan kelompok yang menggunakan pembelajaran konvensiona digunakan rumus:
Temuan Penelitian
Penelitian yang telah penulis lakukan mengenai judul penelitian “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Konstektual Dalam Meningkatkan hasil belajar Siswa di SMA Swasta Maju Binjai Tahun Ajaran 2008/2009, dari judul ini sebagai perbandingan maka dilakukan tes dengan pendekatan yang berbeda yaitu pendekatan pembelajaran konstektual dengan pembelajaran Konvensional, kedua pendekatan ini memiliki perbedaan yang signifikan dimana hasil Uji t gabungan menunjukkan nilai thitung = 3,92 > ttabel = 1,9953. sehingga terdapatnya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konstektual.
Adapun nilai yang diperoleh untuk variabel X1 yaitu nilai tertinggi 85 dan terendah45 dengan nilai rata-rata sebesar 6,62 dengan standart deviasi sebesar 1,08 dan untuk variabel X2 diperoleh nilai tertinggi 80 dan terendah adalah 35 dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 5,55 dengan standart deviasi 1,29
Hasil Banding Peneliti dan Teori
Dari hasil perhitungan di atas jelaslah bahwa Pendekatan Pembelajaran Konstektual sangat memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dibandingkan dengan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dimana hasil penelitian penulis menunjukkan perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan pendekaatan pembelajaran Konstektual dan pembelajaran Konvensioanal. Hal ini sejalan dengan Sanjaya yang mengatakan bahwa beberapa hal yang menjadi ciri utama pendekatan pembelajaran konstektual. Pertama, menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan pembelajaran konstektual menempatkan siswa sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Untuk itu diharapakan kepada guru khususnya guru pendidikan Fisika untuk lebih cenderung menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konstaktual dalam mengajar Fisika dimana pembalajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisa data dan pengujian hipotesis, dari pengolahan dan akhirnya diperoleh temuan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Hasil belajar Fisika dengan Pembelajaran konstektual siswa di SMA Swasta YPIS Maju Binjai tahun Ajaran 2008/2009 memiliki rata-rata 6,62 dengan standar deviasi 1,08
- Hasil belajar Fisika dengan Pembelajaran Konvensional di SMA Swasta YPIS Maju Binjai tahun ajaran 2008/2009 memiliki rata-rata 5,55 dengan standart deviasi 1,29
- Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pembelajaran Konstektual dan Pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar Fisika siswa di SMASwasta YPIS Maju Binjai tahun Ajaran 2008/2009 dengan t hitung 3,92 > ttabel 1,9953.
Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak sebagai berikut :
- Kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat mendukung sarana dan prasarana belajar siswa serta lingkungan sekolah yang menyenangkan agar guru dan siswa merasa betah dan tidak membosankan dalam melakukan aktifitas belajar mengajar.
- Kepada guru pengajar bidang studi Fisika agar kiranya dapat lebih meningkatkan lagi metode mengajarnya terutama dalam pelajaran Fisika agar hasil belajar siswa semakin meningkat selain itu juga diaharapkan kepada guru untuk terus meningkatkan pendektan pembelajaran dalam mengajar Fisika.
- Kepada siswa juga hendaknya dapat bekerjasama dengan guru dalam proses belajar mengajar agar tercapainya hasil belajar yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Badan standar Nasional Pendidikan, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 SMA Mata Pelajaran Fisika. Jakarta : Depdiknas.
Dahar, Ratna, W (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional (2004). Kurikulum 2004 SMA Standart Kompetensi Untuk Bidang Studi Fisika. Jakarta : Depdiknas.
Foster, Bob. (2004). Terpadu Fisika SMA Untuk Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Kamajaya. (2007). Fisika Untuk Kelas X SMA. Bandung : Grafindo Media Pratama
Kardi, S., Nur, M. (2001). Pengajaran Langsung. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah Pasca Sarjana Unesa.
Koes, Supriyono. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Malang : Jurusan MIPA Untiversitas Malang
Mappa, S., Balesman, A. (1994). Teori Belajar Orang dewasa. Jakarta : Depdikbud.
Margono, S. (2005. Metodologi Penelitian pendidikan. Jakarta : Rineke Cipta.
Sabri Ahmad. (2005). Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching Jakarta : Quantum Teaching.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudijono, Anas. (2005) Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.