Oleh Sunarji (Mahasiswa Program Pascasarjana UNISMA Malang)
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kualitas seorang guru dalam pembelajaran bukan hanya terletak pada pendidikan akademis yang telah ditempuh atau gelar yang telah disandang tetapi secara hakiki kualitas seorang guru yang sejati terletak bagaimana terletak bagaimana guru itu dapat membawa siswa – siswanya betul –betul telah belajar.
Pendidikan akademis seorang guru memang sangar erat korelasinya terhadap proses pembelajaran siswa selain pendidikan akademis keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran juga sangat ditentukan oleh kemampuan, bakat dan minat guru terhadap mata pelajaran tertentu.Sehingga dalam praktek khususnya dilingkungan jajaran guru-guru SD yang menganut sistem guru kelas, jarang kita temui guru yang berhasil maksimal dalam pembelajaran disemua mata pelajaran. Khususnya pada mata pelajaran matematika seing kita mendengar keluhan dari seorang guru tentang betapa sulitnya mengajar mata pelajaran matematika, kesulitan ini terdengar juga dari kalangan siswa bahwa betapa sulitnya belajar matematika, hal ini tercermin dari rendahnya nilai taraf serap mata pelajaran matematika.
Dalam praktik sehari-hari banyak guru yang mengeluh bahwa baru saja dijelaskan, setelah diberi tugas / ulangan siswa tidak dapat mengerjakan, sedangkan siswa pada umumnya punya image bahwa pelajaran matematika itu sangat sulit dan parahnya siswa semakin membenci dan menjauhi palajaran matematika.
Sikap siswa tersebut diatas sangat tergantung bagaimana seorang guru menggunakan metode dalam menyajikan mata pelajaran matematika.
Jika seorang guru dapat menyajikan pelajaran matematika dengan metode yang mudah dipahami dan adanya tantangan – tantangan terhadap siswa, penulis yakin siswa akan tertarik terhadap mata pelajaran matematika yang pada akhirnya siswa akan giat belajar dan prestasinya akan meningkat.
Sehubungan hal tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa inti permasalahan pada pembahasan ini adalah “ Bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran matematika dapat berjalan dalam suasana yang menyenangkan, penuh tantangan sehingga siswa benar-benar belajar ? “
B. Permasalahan
Bagaimanakan penerapan “ Belajar Tuntas “ dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa Sekolah Dasar pada mata pelajaran matematika.
C. Tujuan Penulisan
1. Memberi bahan masukan bagi pengawas sekolah untuk bahan pertimbangan dalam membina sekolah yang menjadi wilayah bainaannya
2. Memberi bahan masukan bagi kepala sekolah, untuk bahan pertimbangan dalam membina sekolahnya sehingga menjadi sekolah yang berkualitas.
3. Memberi bahan masukan bagi guru sebagai referensi dalam mengambil keputusan tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran matematika.
4. Memberi bahan masukan bagi orang tua siswa, sebagai bekal untuk mendampingi anaknya belajar dirumah.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Kemampuan Seorang Guru
Pembelajaran adalah simbol seorang guru, artinya seorang guru harus mengadakan pembelajaran terhadap siswanya, sehingga guru yang tidak mengajar atau tidak mengadakan proses pembelajaran akan kehilangan jabatan fungsionalnya.
Tugas seorang guru dalam pembelajaran hasilnya sangat ditentukan oleh kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya guru setidaknya harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut :
1. Menguasai Kurikulum
Tanpa penguasaan yang baik terhadap kurikulum yang berlaku guru akan mengalami kesulitan dan kurang terarah dalam penyajian materi terhadap siswa.
2. Menguasai Materi Pelajaran
Guru tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah ditetapkan, tetapi guru harus menguasai dan menghayati secara mendalam semua materi yang akan diajarkan.
Dalam menyajikan materi pelajaran guru mempunyai peranan dan tugas sebagai pengelola proses pembelajaran dikelas yang dituntut banyak inisiatif dan penuh kreatifitas. Jadi penguasaan terhadap materi pelajaran mutlak dimiliki oleh seorang guru
3. Menguasai Metode dan Evaluasi Belajar
Kelemahan mendasar yang biasanya terjadi dalam kegiatan pembelajaran justru terletak pada inti kativitas pendidikan itu sendiri yaitu pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa serta interaksinya satu sama lainnya. Interaksi guru dan siswa bukan sekedar interaksi tanpa makna, tetapi harus benar-benar interaksi yang membawa siswa benar-benar belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran guru harus benar-benar menguasai metode mengajar selain menguasai berbagai metode, guru juga harus mampu memiliki metode yang tepat sesuai materi peljaran,tingkat kecerdasan siswa, serta lingkungan dan kondisi setempat, kemudian merancang menjadi satu program pengajaran yang baik dan terus diperbaiki dan disempurnakan.
Selanjutnya guru harus mampu mengevaluasi kegiatan belajar siswa baik proses belajar maupun hasil belajar yang hasilnya untuk menentukan tindakan selanjutnya.
4. Setia terhadap Tugas
Kegiatan pembelajaran harus disiapkan dengan matang dan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Untuk itu guru harus benar –benar menyatu, menjiwai dan menghayati tugas-tugas keguruannya.
Guru-guru yang sukses dalam tugasnya adalah guru-guru yang mencintai dan setia terhadap tugasnya.
5. Disiplin dalam Arti Luas
Pendidikan adalah suatu proses, bersama proses itu siswa bertumbuh dan berkembang dalam belajar. Pendidik dengan sengaja mempengaruhi arah prose situ sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan diterima serta berlaku dalam masyarakat. Kuat lemahnya pengaruh itu sangat bergantung pada tata disiplin yang ditetapkan dan dicontohkan oleh guru.
Disiplin bagi seorang guru merupakan bagian penting dari tugas-tugas kependidikannya.
B. Hukum Belajar Menurut Thornkdike
Untuk melengkapi acuan kita dalam pembahasan masalah penulis kemukakan tiga hukum belajar menurut Thorndike :
1. Hukum akibat (law of effect)
Hukum belajar ini menerangkan bahwa hubungan antara stimulus dan respons yang telah terjadi akan semakin diperkuat apabila hubungan yang telah terjadi itu diikuti dengan suatu ganjaran.
Sebaliknya hubungan antara stimulus dan respons yang telah terjadi akan semakin diperlemah, apabila hubungan yang terjadi itu diikuti dengan hukuman.
2. Hukum latihan (Law of exercise)
Hukum ini mengandung dua hal yakni : USE dan DISUSE
USE : Artinya hubungan antara stimulus dan respon yang telah terjadi akan semakin kuat apabila hubungan itu semakin diulang atau dilatih.
DISUSE : Artinya hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi semakin lemah apabila hubungan itu semakin jarang diulang atau dilatih.
3. Hukum Kesiapan (Law of readiniss)
Hukum ini mengandung 3 pengertian yang dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Siswa siap belajar disuruh/ diberi tugas siswa itu puas
b. Siswa belum siap belajar disuuruh / diberi tuga siswa itu kecewa
c. siswa siap belajar tidak disuruh / tidak diberi tugas siswa itu kecewa
Teori Konstruktivistik memandang belajar sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi
Mengacu pada uraian diatas serta pengalaman penulis menjadi guru penulis mencoba memaparkan sebuah metode pembelajaran mata pelajaran matematika di sekolah dasar.
C. Penyusunan Program Pembelajaran
Penyusunan program pembelajaran sudah tidak asing lagi bagi kita, tetapi ada hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari seorang guru antara lain :
1. Sebelum menyusun program guru harus benar-benar telah memahami mata pelajaran matematika mulai dari tujuan, sasaran, serta materi yang terkandung didalam kurikulum
2. Program yang telah tersusun harus selalu dievaluasi dalam pelaksanaannya untuk diinventarisir kelemahan-kelemahannya yang digunakan dasar perbaikan –perbaikan program itu sendiri.
3. Guru harus memahami dan menyadari bahwa program-program pembelajaran : program cawu, penjabaran dan persiapan mengajar harian bukan hanya sekedar pelengkap dan bukti administrasi untuk angka kredit,tetapi lebih dari itu merupakan instrument pembelajaran yang sangat menentukan hasil proses pembelajaran.
D. Penyajian Program Pembelajaran
Pada kenyataan sehari-hari dalam pelaksanaan proses pembelajaran dikelas, sulit dipisahkan antara belajar secara klasikal dan individual. Walaupun bentuk pembelajarannya adalah klasikal dalam arti guru memberi pelajaran dan perintah (tugas) kepada seluruh siswa dan siswa duduk secara klasikal. Namun kenyataannya siswa mengerjakan tugas-tugas secara individual. Dalam hal ini guru harus meneliti, memeriksa dan memperhatikan kerja siswanya secara individual juga. Siswa sekolah dasar sangat banyak memerlukan penanganan, perhatian secara individual.
—– Selengkapnya hubungi: 081333052032