Oleh: Murtiyah (Mahasiswa Pascasarjana UNISMA Malang)
.
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rohmat dan karunianya kepada penulis ,sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada PROGRAM PASCASARJANA di Universitas Islam Malang [UNISMA] untuk mata kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran dengan Dosen Pembina Drs.Rulam Ahmadi,M.Pd.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mempunyai kekurangan,karena minimnya buku referensi yang saya miliki.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang
Salah satu tempat beroperasi dengan cara yang sama dengan lima puluh tahun lalu adalah sekolahlokal.[Revolusi Cara Belajar hal 78].Bila kita rasakan ini adalah tamparan pada dunia pendidikan.Pemerintah telah berupaya memberi perhatian yang begitu besar terhadap dunia pendidikan,antara lain dengan merenovasi kurikulum,meningkatnya anggaran pendidikan hingga 20 %,tunjangan profesional pendidik,dan kucuran – kucuran dana lain dengan harapan dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga duduk sejajar dengan negara- negara tetangga.
Predikat negara berkembang kelihatanya sudah terlalu lekat dinegara kita.dengan dalih karena negara kita termasuk negara besar untuk mengubah tidak semudah membalik telapak tangan.kenyataan dunia pendidikan bukanya berkembang,bahkan tidak berlebihan bila dikatakan potret pendidikan semakin buram,dengan indikasi menduduki ranking 29 dari 30 negara dalam membaca.Ada apa sebenarya dengan pendidikan di Indonesia?
Sebagai praktisi pendidikan kita tidak perlu malu mengakui bahwa mutu pendidikan di Indonesia jauh tertinggal, karena sudah dibuktikan oleh banyak survey. Bila kita cermati,pelaksanaan pembelajaran di sebagian besar sekolah dari tahun ke tahun nyaris tak ada perubahan meski kurikulum mengalami inovasi untuk menuju kesempurnaan. Titik kulminasi dari proses pembelajaran di suatu lembaga terfokus pada mata pelajaran tertentu[ Bahasa, Ipa, Matematika]. Ini karena kita terpasung oleh UASBN dan juga demi prestise sekolah, tanpa memikirkan perkembangan kecerdasan majemuk seperrti dikemukakan oleh Howard Gardner. Tampaknya kecerdasan majemuk belum dikembangkan secara optimal.
- B. Tujuan
Penulis mengambil judul makalah Potret Kecerdasan Majemuk Dalam Pembelajaran bertujuan:
- Guru mampu mengembangkan kecerdasan majemuk (multiple inteligences) yang dimiliki siswa sehingga muncul menjadi bakat.
- Menghilangkan image bahwa keberhasilan siswa ditentukan oleh kecerdasan IQ.
- Guru memahami tentang multiple intelegences.
- C. Manfaat penerapan multiple intelegensi
ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila kita menerapkan multiple intelegences di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan antara lain: kita dapat menggunakan kerangka multiple intelegences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Dengan menggunakan multiple intelegences anda dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan,minat,dan talentanya. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkatkan dan mendukung proses belajar mengajar. Siswa akan mampu menunjukkan dan berbagi tentang kelebihan yang dimilikinya. Pada saat anda belajar untuk memahami,siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
BAB II
PEMBAHASAN
- Bakat dan Kemampuan.
Andaikan di depan kita terbentang garis bilangan,dan anak masuk sekolah dasar berangkat dari nol maka aku ingin mengawali pembahasan ini dari angka negatif[sebelum nol].Manusia sejak lahir sudah diberi sesuatu oleh Tuhan dengan selengkap- lengkapnya dan dengan kesempurnaan.Kelengkapan itu satu diantaranya adalah bakat.Dalam bukunya Bakat dan Kemampuan Nurhiyanto mendevinikan :Bakat adalah satu kelebihan yang diberikan manusia sejak dalam kandungan.
Disini jelas Alloh tidak mungkin akan membeda-bedakan janin yang ada dalam kandungan orang Indonesia dengan janin yang ada dalam kandungan orang di negara- negara maju.Artinya kita menangani anak-anak yang katakanlah sama,tapi mengapa hasilnya begitu jauh berbeda?Kadang saya berfikir,seandainya anak- anak Indonesia sejak lahir dibesarkan dilingkungan yang memungkinkan anak berkembang secara maksimal atau sebaliknya,apa yang akan terjadi?Apa anak Indonesia bisa sehebat anak luar negeri dan juga sebaliknya?
Bakat yang dibawa anak sejak dalam kandungan itu bisa hilang karena terpendam waktu dan pergaulan serta pendidikan dalam kehidupan seseorang.Mungkinkah bakat- bakat anak Indonesia itu hilang karena ketidak mampuan orang tua dan juga kita[selanjutnya disebut guru] dalam mengembangkanya ?Seandainya begitu, alangkah besar dosa kita pada generasi- generasi penerus bangsa ini.Anak masuk sekolah dasar taruhlah umur 7 tahun ,dan bakat mungkin tinggal 50 persen.Lalu bagaimana dengan kemampuanya ?Kemampuan ialah keahlian yang dimiliki seseorang dengan belajar dan berlatih.Disinilah peran kita sebagai pendidik.Coba kita bertanya pada sanubari kita masing- masing,sudahkah kita memberikan pembelajaran dan melatih mereka sesuai dengan apa yang digariskankan pemerintah ?
Sumber lain mengatakan ;setiap anak terlahir jenius,tetapi kita memupuskasn kejeniusan mereka dalam enam bulan pertama.Mungkin kita akan mengatakan, kalau begitu kesalahan besar bukan terletak pada kita, mungkin pada orang tua anak.Bukan saatnya kita sekarang mencari kambing hitam.
- Potret Pendidikan.
Setiap bulan Mei kita seluruh bangsa Indonesia memperingati hari bersejarah yaitu Hari Pendidikan Nasional.sejak tahun 1922,Bpk Pendidikan Indonesia,yaitu Ki Hajar Dewantoro mengiginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan merdeka.Salah satu jalan yang harus ditempuh untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah jalur pendidikan.Tetapi apa yang dicita-citakan beliau tidak terlalu berlebihan bila dikatakan belum tercapai meski sudah lebih setengah abad kita merdeka.Mungkin tidak terlalu jauh menyimpang bila kita mengatakan kandas,bila melihat realitas pendidikan dewasa ini.
Istilah malpraktek kelihatanya bukan monopoli bidang kesehatan[ yang dilakukan dokter saja],tetapi dunia pendidikan juga sudah terjangkiti,bahkan lebih menggila.Agus Wibowo dalam bukunya “Malpraktek Pendidikan”menyatakan malpratek pendidikan salah satunya dilakukan oleh guru.Dalam hal ini praktek pendidikan merupakan bentuk perampasan hak,pemasuungan kreatifitas, dan penindasan ekstensi diri,sehingga sekolah merupakan scool pobia bagi anak-anak.[Dinamika PGRI Ponoroga edisi Juli 2009 hal22].Sering kita melihat,tetapi kita tidak menyadari,bahwa anak- anak usia SD keatas waktu berangkat sekolah roman mukanya jauh berbeda dengan anak play grop dan TK.Bila usia play groop dan TK ,mereka sangat bersemangat,bahkan saat bel akhir pelajaran berbunyi tidak jarang mereka tidak mau pulang,karena masih ingin bermain dan ditemani gurunya.Keadaan tersebut akan berbalik 180 derajat dengan anak usia SD keatas.Wajah mereka akan berbinar- binar jika jam pelajaran berakhir.Mereka berebut keluar dari pintu,dan tak semenitpun dia mau tertinggal dengan temanya.Seandainya tidak takut pada guru dan malu pada teman,mereka akan berteriak aku bebas,aku keluar dari penjara.Seandainya wajah mereka kelihatan kurang senang itu bukan karena jam pelajaran berakhir,tetapi karena terbayang tugas dan PR menggunung yang harus mereka selesaikan.
Scool pobia [takut masuk sekolah]salah satunya disebabkan oleh guru yang kurang tepat dalam memilih pendekatan,metode,stategi,ataupun media pembelajaran yang kurang tepat sehingga pembelajaran PAIKEM tidak tercapai.
Siswa bukan menjadi pusat pembelajaran[student center],tetapi menjadi sasaran menumpahkan pengetahuan guru[teacher center],bahkan tidak jarang siswa menjadi sasaran kemarahan guru.Dengan kata lain kita kurang menghargai potensi anak.
Sebenarnya sejak diluncurkan KBK pemerintah sudah memberi sinyal pada guru untuk menghargai potensi anak.Contohnya dengan meniadakan ranking di klas.Tidak ada anak yang ranking satu dalam semua bidang studi.Yang ada ranking satu perbidang studi.Dan ini juga ditandai dengan adanya even Lomba Mata Melajaran[LMP].Tetapi kenyataan tidak demikian.Masyarakat menuntut adanya ranking tersebut.Terbukti waktu pengambilan raport wali murid selalu minta dibacakan ranking dari anak-anak mereka.inipun tidak salah.untuk menghilangkan image bahwa keberhasilan siswa tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi[IQ] saja bukan hal yang mudah untuk guru.Apalagi masyarakat awam.Karena final dari proses pembelajaran di suatu lembaga sampai sekarang masih seperti itu.Terbukti adanya standarisasi Ujian Nasional.Pro dan kontra tentang UNAS tidak hanya terjadi di masyarakat pemerhati pendidikan saja,tetapi juga terjadi antara guru pengajar bidang studi yang ikut UNAS dan yang tidak.Yang lebih parah lagi siswa ikut-ikutan menganatirikan pelajaran yang tidak ikut UNAS.walau sebenarnya kalau kita mau jujur pelaksanaan UNAS sendiri tidak berlebihan jika dikatakan jauh dari stiril[banyak ditayangkan di tv].Keadaan ini membuat guru tidak berdaya,karena itu semua demi kelulusan anak didik dan nama baik lembaga tempat kerjanya,bahkan untuk seolah swasta demi kelangsungan hidup lembaga.Karena bila suatu sekolah banyak yang tidak lulus UNAS,akan berbuntut pada penerimaan siswa baru tahun berikutnya.Masyarakat sekarang sudah pandai dan selektif dalam memilih sekolah.
Keberhasilan pendidikan seharusnya tidak hanya diukur dengan angka-angka bidang studi tertentu,melainkan dari proses pembelajaran yang panjang dan menyeluruh,yang nanti akan melahirkan manusia berkepribadian dan tercermin dalam tingkah laku sehari-hari.
Masih ingatkah kita dengan tokoh Ibu Muslimah?Benar,beliau adalah tokoh dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang sempat di film-kan beberapa tahun yang lalu dan berhasil meraih Piala Citra.Pendidikan merupakan ungkapan cinta[hal 45],sehingga untuk mencapainya tidak dilumuri aroma cela dan kasak-kusuk tindak curang dari berbagai fihak.Kita selalu merindukan pendidikan yang dilandasi dengan cinta kasih dan kejujuran juga perjuangan yang gigih dari seorang guru.Tawuran pelajar,berdirinya geng-geng yang menyiksa antar teman bukan target kita.
- Kecerdasan Majemuk.
Kecerdasan ialah sebuah kapasitas yang mendasar yang dimiliki setiap manusia untuk memproses informasi tertentu.Howard Gardner sejak tahun 1983 sudah mengadakan penelitian,dan memperkenalkan jenis-jenis kecerdasan intelektual dengan sebutan kecerdasan majemuk[multiple intelegences].Hal ini dipertegas oleh Daniel Goleman[1996] dalam bukunya Emotional Intelegence.dia mengatakan bahwa kontribusi IQ paling banyak sekitar 20 % terhadap keberhasilan hidup,sehingga 80 % sisanya ditentukan oleh faktor- faktor lain:sehimpunan faktor yang disebut kecerdasan emosional[EQ].
Kecerdasan Linguistik.
Kecerdasan ini terindikasi dengan kemampuan anak menggunakan bahasa baik tutur maupun tulis.Seseorang yang memiliki kecerdasan verbal linguistik dapat dengan mudah mengkomunikasikan ide-ide yang ada pada dirinya.Tanda-tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang yang menonjol yaitu pandai berbicara,gemar bercerita,dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca.Anak yang menonjol kecerdasan linguistik cenderung ekstrofer[berkarakter terbuka].Dalam tes gaya lama kecerdasan ini mendapat tempat yang strategis sebagai tolak ukur mengetahui kecerdasan seseorang.Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berfikirnya.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini dapat terindikasi dalam kegiatan mampu membaca dan mengerti apa yang dibaca,mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi ferbal,mampu menirukan suara mempelajari bahasa asing dan mampu membaca karya orang lain,mampu membaca dan berbicara secara efektif ,dan seterusnya.
Seseorang yang menonjol kecerdasan ini cocok dengan profesi penulis,guru bahasa,orator, penyiar dan lain-lain.
Kecerdasan Matamatis/ Logis.
Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir secara logis dan matematis.Anak-anak dengan kecerdasan matamatis yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan yang berhubungan dengan hitung-hitungan.Bila mereka sering bertanya mereka menuntut penjelasan logis.Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda.
Anak yang memiliki kecerdasan ini terindikasi;mengenal dan mengerti konsep jumlah,mampu mengamati dan mengerti fungsi obyek,pandai dalam pemecahan masalah yang membutuhkan pemikiran logis.
Seseorang yang menonjol dengan kecerdasan ini cocok dengan profesi akuntan,ahli statistik,guru Ipa/ fisika dan lain-lain.
Kecerdasan Musikal.
Sesuai dengan namanya ,anak yang menonjol dalam kecerdasan ini biasanya mudah mengenali dan mengingat nada-nada.Ia juga mudah mentranformasikan kata-kata menjadi lagu,dan menciptakan berbagai permainan musik.
Seseorang yang memiliki kecerdasan musikal ini dapat terindikasi;menyukai banyak alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik,mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara- suara,mudah mengerti emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
Seseorang yang menonjol dalam kecerdasan ini cocok untuk profesi penulis lagu,guru musik,pembuat instrumen dan lain-lain.
Kecerdasan Fisik /Bodily- Kinesthetik.
Anak belajar melalu interaksi dengan satu lingkungan tertentu.Kecerdasan ini tak sepenuhnya bisa dianggap sebagai cerminan dari anak yang terlihat sangat aktif.Kecerdasan ini lebih senang berada di lingkungan dimana ia bisa memahami sesuatu lewat pengalam nyata.
Anak-anak dengan kecerdasan ini rata-rata senang bergerak dan menyentuh.mereka mengekplorasi dunia dengan kekuatan otot-ototnya.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini dapat terindikasi:kecerdasan berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh secara trampil untuk mengungkapkan ide,pemikiran,perasaan,dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani obyek,memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan,ketangkasan,dan keanggunan dalam bergerak,menyukai pengalaman belajar yang nyata dan menggunakan fisik.
Seseorang yang menonjol dalam kecerdasan ini lebih cocok dengan profesi:penari,aktor, model,penjahit, atlit profesional dan lain-lain.
Kecerdasan Spatial-Visual.
Anak belajar secara visual dan mengummpulkan ide-ide.Mereka berpikir secara konsep untuk memahami sesuatu.Anak dengan kecerdasan spatial –visual,kaya dengan khayalan sehingga cenderung imajinatif dan kreatif.
Kemampuan untuk melihat sesuatu didalam kepalanya itu mampu membuat dirinya pandai memecahkan masalah atau berkreasi seperti senang mencoret-coret,melukis,membuat patung.Biasanya juga senang belajar dengan grafik,peta,diagram,atau alat bantu visual lainnya.
Seorang yang menonjol dengan kecerdasan ini cocok dengan provesi insinyur,arsitek,desainer,fotografer,guru kesenian dan sebagainya.
Kecerdasan Intrapersonal.
Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol mempunyai kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung,memahami diri sendiri,dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik.Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial.
Indikasi orang yang mempunyai kecerdasan intrapersonal diantaranya mengenal emosi diri sendiri dan orang lain,serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan,termotifasi dalam mengejar tujuan hidup,mampu bekerja mandiri dan mau meningkatkan diri.
Anak dengan kecerdasan intrapersonal cocok dengan preofesi ahli psikologi,ulama,perencana,pengusaha dan sebagainya.
Kecerdasan Interpersonal.
Anak belajar lewat interaksi dengan orang lain.Kecerdasan ini mengutamakan kolaborasi dan kerjasama dengan orang lain.Anak yang memiliki kecerdasan ini terindikasi sebagai berikut:suka mengamati,mengenali,berinteraksi,antusias dengan lingkungan alam dan manusia,senang berkarier dibidang biologi.
Profesi yang cocok dengan kecerdasan ini: dokter hewan,ahli botani,pendaki gunung,pengurus organisasi lingkungan hidup dan sebagainya.
Kecerdasan Naturalis.
Kecerdasan naturalis ini adalah kemampuan untuk bekerjasama dan menyelaraskan diri dengan alam.Kecerdasan ini sampai tahun 2001 masih termasuk dipertimbangkan oleh Profesor Gartner.[Revolusi Cara Belajar hal 123].
Pendidikan dan Multiple Intelegences.
Pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan pada kemampuan logika yang disampaikan dalam bentuk ceramah akan mudah membosankan siswa.Teori Multiple Intelegences menyarankan beberapa cara yang memungkinkan materi pelajaran dapat disampaikan dalam proses belajar yang lebih efektif.
Cara-cara penyampaian materi pelajaran yang dapat dilakukan oleh guru sebagai berikut:kata-kata[linguistic intelegences],angka atau logika[logical matematical intelegence],gambar [musical intelegence], pengalaman fisik [bodyly-kinestethetic intelegence],pengalaman sosial [interpersonal intelegence],
refleksi diri [intrapersonal intelegence],pengalaman di lapangan [naturalist intelegaence],peristiwa [exstensce intelegence]
Jika kita akan mengajar siswa diharapkan membaca materi terlebih dahulu.Dan siswa diusahakan mengamati/mengadakan observasi.Pengajaran satu materi tidak perlu harus menggunakan ke delapan kecerdasan secara serentak.Pilih kecerdasan yang sesuai dengan konteks pembelajaran.
Sebenarnya dalam melaksanakan proses pembelajaran yang menggunakan kerangka Multiple Intelegences tidaklah sesulit yang dibayangkan.Tetapi membutuhkan kreatifitas dan kepekaan guru.Artinya setiap guru harus bisa berpikir secara terbuka yaitu keluar dari paradigma pembelajaran tradisional,mau menerima perubahan,serta harus memiliki kepekaan untuk melihat setiap hal yang bisa digunakan di lingkungan sekitar dalam menunjang proses belajar.
Laboratorium hidup dan terlengkap adalah dunia untuk mengembangkan proses pengajaran dengan menggunakan multiple intelegences,sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebenarnya telah tersedia di lingkungan sekitar.Artinya bahwa pendidikan tidaklah harus di dalam kelas.Tidak harus menggunakan peralatan yang canggih.Siswa bisa diajak keluar kelas untuk mengamati fenomena yang terjadi di dunia nyata ini.Siswa tidak hanya dijejali dengan teori semata.Mereka dihadapkan dengan kenyataan.
Laboratorium hidup yang terbesar adalah dunia ini. Untuk mengembangkan proses pengajaran dapat menggunakan Multiple Intelegences, sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebenarnya telah tersedia di lingkungan sekitar tempat kita sekarang ini. Artinya, bahwa pendidikan tidaklah harus di dalam kelas, tidak harus menggunakan peralatan yang canggih. Siswa bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata, siswa tidak hanya dijejali oleh teori semata, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa teori yang mereka terima memang dapat ditemui di dalam kehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri, sehingga mereka memiliki kesan yang mendalam. Vernon A. Magnesen (1983), (DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000) menjelaskan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Artinya seseorang dapat menerima informasi paling banyak pada saat dia melakukan atau mempraktikkan materi yang diterimanya.
Kadang-kadang kita berpikir bahwa untuk menerapkan berbagai metode pengajaran yang berkembang akhir-akhir ini diperlukan suatu peralatan yang canggih untuk menunjang proses belajar. Padahal yang sebenarnya tidaklah demikian. Di dalam menerapkan Multiple intelegences,proses pengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya dengan menggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelegence, belajar kelompok untuk mengembangkan Interpersonal Intelegence, aktivitas seni untuk mengembangkan Visual Soatial Inteligence, role play untuk mengembangkan Bodily-Khinesthetic Intelegence, menggunakan multimedia, refleksi diri untuk mengembangkan Intra personal Intelegence, dan lain-lain.
Keluar dari pola kebiasaan mengajar yang lama yaitu pengajaran yang hanya menekankan pada metoda ceramah sangatlah sulit, karena manusia cenderung tidak mau keluar dari zona nyaman sebagaimana yang diungkapkan oleh DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000 di dalam bukunya yang berjudul Quantum Teaching. Manusia cenderung akan tetap mempertahankan kebiasaannya dan tidak mau mengambil resiko, karena untuk berubah berarti mereka dihadapkan pada resiko dari perubahan itu sendiri yang seringkali `menakutkan`.
Penerapan Multiple Intelegences di dalam proses belajar mengajar tidak harus menunggu perintah dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan Multiple Intelegences, berinisiatif untuk mencoba keluar dari zona nyaman agar pengajaran dapat dilakukan seefektif mungkin dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa guru adalah orang yang langsung terlibat di lapangan yang mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikan dari setiap siswa.
Kenyataan saat ini, adalah kurangnya guru-guru yang memiliki inisiatif untuk mencoba keluar dari pola pengajaran tradisional, meskipun dari pihak atasan menfasilitasi dan mengadakan pembinaan bagi setiap guru agar dapat mengembangkan diri menyampaikan materi pelajaran seefektif mungkin.
Upaya menerapkan Multiple Intelegences bukan hanya tanggung jawab guru dan kepala sekolah saja, orang tua pun perlu dilibatkan. Kita harus bersinergi dengan pihak orang tua. Orang tua pun memiliki andil dalam menentukan cara belajar anaknya. Masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir tradisional dalam memandang kemampuan yang harus dicapai oleh anaknya. Mereka masih memandang anaknya bodoh, jika anaknya tidak pandai dalam matematika atau bahasa. Pola pikir orang tua seperti itu harus diubah.
Pihak sekolah hendaknya mengadakan seminar bagi orang tua. Seminar itu menjelaskan bahwa kecerdasan anak bukan hanya dipandang dari kemampuan matematika atau bahasa, melainkan masih banyak kemampuan lainya yang dapat dikembangkan sesuai dengan keunikan anak. Jika pandangan baru ini diberikan pada orang tua, diharapkan setiap orang tua dapat mendukung pihak sekolah untuk mengembangkan Multiple Intelegences. Salah satu bentuk peran serta orang tua dalam pengembangan Multiple Intelegences adalah dengan tidak memaksakan anak untuk hanya menguasai kemampuan matematika dan bahasa, atau ditambah lagi ipa, tetapi mereka pun dapat membimbing dan mengarahkan anaknya sesuai dengan keunikan masing-masing.
Selain mengadakan seminar, kerja sama pihak sekolah dengan orang tua dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan peran Wali Kelas dan guru Bimbingan Konseling dengan cara melakukan pertemuan berkala dengan pihak orang tua. Kerja sama ini dilakukan dalam upaya untuk memantau setiap perkembangan anak dan mengamati keunikan setiap anak, sehingga pendidikan bisa diberikan sesuai dengan kebutuhn dan keunikan masing-masing.
BAB III
, Kesimpulan
Setiap siswa memiliki keunikan masing-masing. Mereka memiliki kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainya.
Jika sekolah ingin menerapkan Multiple Intelegences di dalam sistem pendidikannya, maka dibutuhkan inisiatif dari setiap guru untuk mencoba memulai dan bersedia untuk keluar dari `zona nyaman`nya masing-masing. Guru dan orang tua harus bersinergi agar memiliki pandangan yang sama di dalam memberikan pendidikan bagi anak sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya masing-masing. Kesamaan pandangan dapat diciptakan melalui pertemuan berkala antara Wali kelas, Guru, Guru Bimbingan Konseling, dan juga Orangtua siswa.
Daftar Rujukan
Dreyden dan Vos [1999] Revolusi Cara Belajar The Learning Revolution.
2001, Bandung:MM Utama
Kasnadi, Juli, 2009. Potret Buram Pendidikan, Dinamika Guru.22-24
Susanto, Februari, 2010. Pentingnya Kecerdasan Majemuk. Media. 14-18.
Nurhianto, 2010. Bakat dan Kemampuan. Surabaya:P. Pelajar