Oleh: Muhammad Yunus (Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNISMA Malang)
Abstrak
Muhammad Yunus
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK untuk pelajaran bahasa Inggris dimaksudkan untuk menemukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa dan strategi belajar bahasa Inggris. Dari studi awal didapatkan ada empat masalah siswa dalam belajar berbicara bahasa Inggris. Keempat masalah itu adalah 1) tingkat keberanian siswa SMA Wahid Hasyim kelas XI untuk berbicara bahasa Inggris masih rendah, 2) pembendaharan kosakata (vocabulary) para siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang masih sangat minim, 3) kebingungan menyusun ungkapan dan memulai pembicaraan, dan 4) frekuensi penggunaan bahasa Inggris mereka di kelas masih sangat terbatas. Dari keempat masalah yang ada peneliti memberikan strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu yang mampu menyelesaikan masalah belajar siswa. Sebagai indikator belajar dan untuk mengukur keberhasilan belajar dengan menggunakan strategi ini peneliti membuat kriteria keberhasilan.
Kata kunci: pertanyaan arahan, tari bambu, kemampuan berbicara, PTK
A. Pendahuluan
Di dalam pembelajaran suatu bahasa dikenal empat kemampuan atau ketrampilan dasar yang akan selalu mengiringi. Keempat kemampuan tersebut menurut Lado (dalam Sudaryono, 2003) adalah kemampuan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Dari keempat kemampuan tersebut terdapat pembedaan kemampuan yang bersifat reseptif-pasif dan kemampuan yang bersifat produktif-aktif. Yang termasuk dalam kemampuan yang bersifat reseptif-pasif adalah kemampuan mendengar dan membaca, sedangkan yang termasuk dalam kemampuan produktif-aktif adalah kemampuan berbicara dan menulis. Kemampuan berbahasa disebut reseptif-pasif karena kemampuan berbahasa tersebut hanya menerima input yang berasal dari luar si pembelajar, sehingga berkesan pasif. Sedangkan kemampuan berbahasa yang disebut produktif-aktif karena di dalam melakukan jenis kemampuan berbahasa tersebut si pembelajar bukan hanya harus mengerahkan kemampuannya dalam hal pengolahan input yang telah diterima lewat mendengar dan membaca, tetapi juga memaksimalkan perolehan kosa kata dan struktur untuk mampu merealisasikan gagasannya dalam bentuk tulisan atau pun tuturan.
Salah satu tujuan umum pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing adalah menuntut siswa untuk dapat menggunakan bahasa dalam percakapan sehari-hari dengan benar, lancar, dan sesuai dengan konteknya. Tujuan pengajaran berbicara (speaking) harus dilakukan disetiap level jenjang pendidikan. Oleh karenanya, pengajaran berbicara harus mampu menggugah dan memotivasi siswa untuk berbicara dan mempunyai keberanian untuk mempraktikkannya.
Salah satu indikator keberhasilan penguasaan bahasa adalah kemampuan untuk menggunakannya dalam tujuan-tujuan prakmatik melalui interaksi diskursus dengan lawan bicara (Brown : 2001: 267). Sejalan dengan ini, Richards (1990: 67) mengatakan bahwa, “ percakapan di kelas menjadi hal keharusan yang harus ada dalam pengajaran bahasa.” Lebih jauh, Nunan (1991: 39) menyatakan bahwa menguasai keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Ur (1996: 120) menambahkan empat dari keterampilan bahasa yang ada; mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis (listening, reading, speaking, and writing), berbicara dianggap sebagai hal yang paling penting untuk dikuasai.
Melihat betapa pentingnya bahasa Inggris, pemerintahan Indonesia melalui Departeman Pendidikan Nasional memasukkan bahasa Inggris dalam kurikulum nasional sebagai mata pelajaran wajib. Bahasa Inggris diberikan sejak jenjang sekolah menengah pertama sampai sekolah menengah atas, bahkan sampai perguruan tinggi. Juga, tidak jarang pada saat ini Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar sudah mendapatkan materi bahasa Inggris.
Namun demikian, penguasaan bahasa Inggris di tingkat sekolah menengah masih jauh dari harapan khususnya dalam kemampuan berbicara. Menurut Hasanah (di Cahyono, 1997: 2), sedikitnya ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam berbicara, faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang paling mencolok adalah minimnya penguasaan kosakata, motivasi yang rendah, dan sulitnya untuk mengekspresikan ide yang ada. Yang kedua adalah faktor eksternal yang diantaranya adalah pengajaran di kelas yang terlalu menoton. Guru tidak pernah mengvariasi kegiatan dan bentuk mengajar sehingga siswa mengalami kebosanan. Ur (1996: 121) menambahkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa adalah karena faktor internal atau eksternal seperti ketakutan, tidak ada yang mau disampaikan, partisipasi rendah, dan ganguan bahasa pertama.
Suparman (2001) menambahkan apa yang telah disampaikan Hasanah dan Ur, dia mengatakan keterampilan berbicara membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus yang perlu dikuasai oleh pembicara. Keterampilan itu meliputi penguasaan kosakata dan tatabahasa, keberanian untuk memulai pembicaraan atau percakapan, dan mempraktikkan agar siswa bisa berbicara lancar dan benar.
Apa yang dikatakan oleh Ur, Hasanah, dan Suparman adalah benar adanya. Setidaknya hal ini terjadi pada siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang kelas XI tahun ajaran 2008/2009. Pengamatan awal peneliti terhadap kemampuan berbicara siswa sedikitnya menangkap lima masalah yang dihadapi oleh siswa dan harus mendapat perhatian oleh guru untuk segera dipecahkan. Keempat hal masalah yang menyangkut kemampuan berbicara siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang kelas XI ini dijelaskan di bawah ini.
- Tingkat keberanian siswa SMA Wahid Hasyim kelas XI untuk berbicara bahasa Inggris masih rendah. Hal ini dibuktikan denghan perasaan malu mereka ketika diminta untuk berbicara bahasa Inggris semisal diminta guru untuk maju di depan kelas.
- Pembendaharan kosakata (vocabulary) para siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang masih sangat minim. Minimnya pembendaharaan kata akan berdampak terhadap kemampuan untuk berbicara. Bagaimana mereka akan mengungkapkan ide, ekspresi, dan perasaan bila mereka tidak tahu harus berbicara apa lantaran mereka tidak mempunyai kosakata itu.
- Kebingungan menyusun ungkapan dan memulai pembicaraan adalah masalah lain yang dihadapi siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang ketika diminta untuk berbicara. Ada kalanya mereka tahu kosakatanya akan tetapi merasa kebingungan dan sulit untuk berbicara apa karena tidak ada topik yang mereka dapatkan untuk mrngunkapkan ide, ekspresi, dan perasaan mereka.
- Masalah terakhir adalah frekuensi penggunaan bahasa Inggris mereka di kelas masih sangat terbatas. Bisa dipastikan para siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan mereka.
Masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan siswa untuk berbicara bahasa Inggis siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang yang sekarang duduk di kelas XI tahun ajaran 2008/2009 ini harus dipecahkan. Ibarat dokter yang telah mendiaknosa penyakit pasiennya maka akan segera tahu obat apa yang bisa mengobati jenis penyakit itu. Oleh karenanya guru selaku pendidik yang telah mengetahui masalah yang dihadapi oleh siswanya dalam hal berbicara bahasa Inggris tahu salah satu cara mengajar bahasa Inggris yang bisa mengatasi permasalahan di atas.
Bertolak dari fakta mengenai pembelajaran kemampuan berbahasa Inggris di SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang dan potensi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu dapat dijadikan sebagai obat untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Melalui strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu ini siswa SMA Wahid Hasyim Malang yang sekarang duduk di kelas XI ini akan meningkat kemampuan berbicara bahasa Inggrisnya. Dengan memberikan daftar pertanyaan kepada siswa maka siswa dituntut untuk berbicara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang kelas XI tahun ajaran 2008-2009. Penelitian PTK ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas. Dengan kegiatan PTK, guru bahasa Inggris berusaha memecahkan masalah-masalah praktis dalam proses pembelajaran bahasa Inggris yang dihadapi dengan mengembangkan strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu.
Pertanyaan arahan akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara bahasa Inggris. Perlu diperhatikan pertanyaan arahan tidaklah menerapkan pertanyaan ya atau tidak (yes/no questions) tetapi pertanyaan dengan jawaban yang bisa menggugah siswa untuk menjawab lebih panjang seperti pertanyaan dengan WH-questions. Pertanyaan arahan tidak cukup, ini harus didukung dengan teknik yang bagus sehingga siswa lebih senang dalam belajar bahasa Inggris. Oleh karenanya, penelitian ini menerapkan pertanyaan arahan dengan menggunakan sistem tari bambu sebagai bentuk kombinasi antara materi dan teknik.
Pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu ini sesuai dengan pendekatan pengajaran bahasa yaitu Community Language Learning. Prinsip dari Community Language Learning diambil dari pendekatan belajar konseling ‘counseling learning approach yang dikembangkan oleh Charles A. Curran. Pendekatan model ini sesuai untuk siswa tingkat sekolah menengah atas. Menurut pendekatan ini beberapa teknik yang dikembangkan adalah 1) membangun hubungan yang positif, 2) fungsi bahasa untuk komunikasi, 3) komputer manusia (human computer)—guru berdiri dibelakang siswa, guru mengulang tidak membetulkan, interaksi diantara para siswa, kontrol siswa bagus—,4) menerjemahkan bahasa Indonesia ke Inggris, 5) mencerminkan pengalaman, 6) guru sebagai pembimbing, 7) mengembangkan sikap menerima, bukan tertindas, tidak paksaan belajar, lingkungan yang tentram, perhatian, 8) satu tugas seketika, 9) kerjasama bukan persaingan, 10) pengalaman belajar: membuat cerita berdasarkan pengalaman, 11) fokus pada guru dan murid, keduanya sebagai pengambil keputusan. Dari teknik-teknik yang ada dalam pembelajaran bahasa secara komunitas ini menyimpulkan bahawa belajar itu adalah proses memanusiakan manusia, tidak ada superior ataupun inferior dalam proses belajar. Dan yang penting belajar itu dinamis dan kreatif.
Selain berlandaskan pada pendekatan Community Language Learning, pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu ini juga berlandaskan pendekatan cooperative learning. Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda (Cohen, 1986; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992).
Khas Cooperative Learning yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok- kelompok kooperatif dan tinggal bersama dalam satu kelompok untuk beberapa minggu atau beberapa bulan. Sebelumnya siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat bekerja sama yang baik dalam hal:
- Bagaimana menjadi pendengar yang baik
- Bagaimana memberi penjelasan yang baik
- Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lain-lainnya.
Aktivitas Cooperative Learning dapat memaikan banyak peran dalam pelajaran. Dalam pelajaran tertentu Cooperative Learning dapat digunakan 3 (tiga) tujuan berbeda yaitu: Dalam pelajaran tertentu siswa sebagai kelompok yang berupaya untuk menemukan sesuatu, kemudian setelah jam pelajaran habis siswa dapat bekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi dan setelah itu siswa akan mendapat kesempatan bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai segala sesuatu yang telah dipelajarinya untuk persiapan kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok.
Adapun langkah-langkah teknik tari bambu sebagai strategi pembelajaran bahasa Inggris adalah sebagai berikut ini.
Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (inside Outside Circle)
- Dikembangkan oleh Spencer Kagan
- Untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
- Pendekatan ini bisa digunakan dalam berberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.
- Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
- Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
- Bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik dan sangat disukai, terutama oleh anak-anak.
CARANYA:
Lingkaran Individu,
- Separuh kelas (atau seperempat Jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar.
- Separuh keias lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama. Artinya, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.
- Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Siswa berada dilingkaran kecil yang memulai. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
- Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.
- Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan informasi. Demikian seterusnya.
Lingkaran Kelompok,
- Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar. Kelompok lain berdiri di lingkaran besar.
- Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang dijelaskan di atas dan saling berbagi.
Variasi:
Untuk kelas taman kanak-kanak atau sekolah dasar, perputaran. Lingkaran
besar berputar, sementara semua siswa menyanyi. Di tengah-tengah lagu,
guru mengatakan “STOP”. Nyanyian dan perputaran lingkaran dihentikan.
Siswa saling berbagi.
l. Tari Bambu
- Teknik ini dikembangkan atau modifikasi dari Lingkaran Kecil
Lingkaran Besar.
- Di banyak kelas, dalam Lingkaran Kecil Lingkaran Besar sering tidak bisa dipenuhi karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan bela jar di luar empat dinding ruang kelas. Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memang ditata dengan model klasikal/ tradisional. Bahkan banyak penataan tradisional ini bersifat permanen, yaitu kursi dan meja sulit dipindahkan.
- Teknik ini diberi nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia.
- Dalam kegiatan belajar mengajar teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
- Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa.
- Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adaolah bahan yang membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi antarsiswa.
- Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanyastruktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
- Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkornunikasi.
- Tari Bambu bisa digunakan untuk sernua tingkatan usia anak didik.
CARANYA:
Tari Bambu Individu ,
- Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak) berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar didepan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relatif singkat.
- Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
- Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
- Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan paangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.
Hasil penelitian dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa SMA Wahid Hasyim Malang. Selain itu PTK ini banyak memberikan pelajaran berharga kepada guru bahasa Inggris di SMA Wahid Hasyim Malang tentang bagaimana melaksanakan penelitian tindakan kelas. Dengan melakukan PTK ini maka guru akan selalu melaksanakan penelitian tindakan disetiap mengajarnya. Sehingga prestasi siswa dalam pelajaran bahasa Inggris khususnya berbicara meningkat.
B. METODE PENELITIAN
B.1 Disain Penelitian
Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adnan Latief (2003: 99) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas untuk pelajaran bahasa Inggris dimaksudkan untuk menemukan strategi mengajar yang baik sehingga mencapai hasil belajar maksimal bagi siswa. Penelitian Tindakan Kelas merupakan media untuk peningkatan kemampuan profesional guru dan keberhasilan belajar siswa. Dalam penelitian ini, guru dan peneliti melakukan evaluasi terhadap kegiatan mengajarnya, kemudian melakukan perbaikan atas dasar evaluasi tersebut. Peneliti melakukan perencanaan, bertindak, mengumpulkan dan menganalisa data, serta membuat kesimpulan dan membuat laporan. Disamping itu, masalah dalam penelitian ini diambil dari masalah yang sebenarnya terjadi dalam kelas, yaitu persoalan yang dihadapi siswa dalam belajar yang dirumuskan peneliti menjadi empat masalah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memecahkan masalah pembelajaran bahasa Inggris tersebut yang dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran bahasa Inggris yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas khususnya dalam pengajaran berbicara di SMA Wahid Hasyim Malang kelas XI. Bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan penjelasan Kemmis dan Taggart (di Hopkins, 1985: 34) seperti pada bagan berikut.
B.2 Subjek dan Setting Penelitian
Subjek penelitian ini adalah SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang di Jl. MT. Haryono 17 Malang. Sekolah ini terletak ditengah-tengah kota Malang dan merupakan sekolah di bawah naungan PP. Ma’arif NU. SMA merupakan sekolah formal di bawah Direktorat Pendidikan Menengah. Penelitian ini menitikberatkan pada kelas XI dengan beberapa alasan:
- Kebanyakan siswa SMA kelas XI di SMA Wahid Hasyim Malang merasa kesulitan dalam bidang berbicara (speaking).
- Pengalaman guru mengajar selama satu tahun sebelumnya bisa memberikan masukan dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa ketika berbicara bahasa Inggris.
- Pengajaran bahasa Inggris khususnya berbicara masih berjalan teknik konvensional. Artinya pembelajaran berbicara hanya menekankan kemampuan siswa untuk mampu bisa menjawab percakapan dengan missing words.
- Sekolah ini belum pernah mengimplementasikan teknik pengajaran speaking dengan menggunakan pertanyaan arahan melalui cara tari bambu.
Subjek penelitian adalah jumlah yang ada dalam kelas XI itu pada semester III tahun pelajaran 2008/2009.
B.3 PROSEDUR PTK
Prosedur penelitian ini mengacu terhadap putaran yang ada pada penelitian tindakan kelas; perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi.
1. PERENCANAAN PTK
Perencanaan adalah kegiatan perancangan untuk pemecahan masalah. Perencanaan untuk PTK dibuat atas dasar: (1) masalah pembelajaran yang telah diidentifikasi oleh guru bahasa Inggris; dan (2) strategi yang telah dipilih untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam tahap pengamatan dan evaluasi terhadap situasi pembelajaran peneliti mengidentifikasi empat masalah pembelajaran bahasa Inggris khususnya keterampilan berbicara. Keempat masalah tersebut adalah 1) tingkat keberanian siswa SMA Wahid Hasyim kelas XI untuk berbicara bahasa Inggris masih rendah, 2) pembendaharan kosakata (vocabulary) para siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang masih sangat minim, 3) kebingungan menyusun ungkapan dan memulai pembicaraan, dan 4) frekuensi penggunaan bahasa Inggris mereka di kelas masih sangat terbatas. Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut peneliti memilih pertanyaan arahan dengan menggunakan teknik tari bambu sebagai strategi yang bisa dipakai dalam pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang.
Langkah-langkah pelaksanaan pertanyaan arahan dengan menggunakan teknik tari bambu ini dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut ini.
- Pertama, peneliti akan memberikan pertanyaan arahan kepada siswa. Pertanyaan yang ada sebisa mungkin pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang bukan pertanyaan yes/no. peneliti meminta kepada siswa untuk memahami daftar pertanyaan tersebut. Diharapkan siswa tidak bingung dengan jawaban yang akan diberikan. Pada langkah ini juga peneliti akan meminta siswa untuk membayangkan kira-kira apa yang akan menjadi jawaban dari pertanyaan yang ada.
- Setelah proses pemahaman pertanyaan maka peneliti menjelaskan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Maka dijelaskan prinsip-prinsip penerapan tari bambu yang akan dipakai dalam kegiatan speaking nanti.
- Kemudian peneliti juga mengingatkan kepada siswa untuk mengingat-ngingat sendiri jawaban yang akan diberikan. Karena ukuran kesuksesan dari kegiatan ini adalah siswa mampu merangkai jawaban yang ada dalam daftar pertanyaan itu. Tentunya siswa akan mudah melakukan karena berkali-kalinya jawaban itu dilakukan.
Kriteria Keberhasilan
Kriteria (indikator yang menjadi penanda) untuk menentukan apakah strategi yang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah yang sedang diupayakan atau tidak. Ada empat hal yang menjadi indikator keberhasilan strategi ini dalam proses belajar mengajar.
- 80% siswa mampu berbicara bahasa Inggris dengan nilai di atas 70.
- Siswa berani mengungkapkan ide dan berkomunikasi dengan siswa lain.
- Siswa tidak bingung menyusun ungkapan dan tidak sulit untuk memulai pembicaraan.
- Siswa merasa senang selama proses belajar mengajar berlangsung.
2. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap pelaksanaan dari rancangan pembelajaran bahasa Inggris yang telah disusun yaitu pembelajaran berbicara dengan menggunakan pertanyaan arahan melalui teknik tari bambu. Implementasi ini dilakukan oleh guru dengan berkolaborasi dengan peneliti. Pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan dengan sadar dalam upaya memecahkan masalah dan mengembangkan suatu strategi pembelajaran.
3. PENGAMATAN
Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data berkaitan dengan peristiwa pembelajaran bahasa Inggris yang terkait dengan upaya pemecahan masalah dan strategi pembelajaran yang sedang dikembangkan. Objek yang diamati adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi indikator keberhasilan pemecahan masalah dan pengembangan strategi yang sedang dikembangkan. Seperti dijelaskan di kriteria keberhasilan, indikator dibuat untuk menentukan bahwa strategi yang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah yang sedang diupayakan pemecahannya.
Data PTK
Berdasarkan kriteria keberhasilan yang dibuat maka data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dan data kualitatif disesuaikan dengan jenis indikator yang ada. Data kualitatif diambil dari partisipasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dalam kelas yang meliputi komentar, opini, dan saran. Data siswa diambil dari respon siswa melalui pemberian daftar pertanyaan. Catatan lapangan Sedangkan data kuantitatif diambil dari hasil tes speaking siswa, karena data ini berupa angka.
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan menggunakan sejumlah instrumen. Instrumen yang digunakan adakah tes, catatan lapangan, interview, dan kuisener. Semua itu digunakan oleh peneliti sebagai instrument. Alat ini disesuaikan dengan macam data yang dikumpulkan. Instrumen tentang hasil belajar siswa peneliti menggunakan tes. Sedangkan instrumen untuk data yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa, suasana kelas, motivasi belajar siswa, kemudahan pelaksanaan strategi atau teknik yang dikembangkan, kerjasama siswa dalam belajar, peneliti telah berfungsi sebagai instrumen utama dilengkapi dengan pedoman pengamatan, kuisener, dan catatan lapangan.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini meliputi siswa yang menjadi sasaran tindakan.
4 REFLEKSI
Refleksi adalah kegiatan menganalisa hasil pengamatan untuk menentukan sudah sejauh mana pengembangan strategi yang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum (sepenuhnya) berhasil, faktor apa saja yang menjadi penghambat kekurangberhasilan tersebut. Kegiatan refleksi meliputi kegiatan analisis data. Pada tahap ini, peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Refleksi bertujuan untuk menilai makna kriteria yang belum tercapai dan apa penyebab belum tercapainya kriteri tersebut. Kriteria yang belum tercapai serta faktor penyebabnya menjadi masukan pada siklus berikutnya.
C. HASIL PENELITIAN
SIKLUS I
Siklus 1 dilaksanakan selama 2 minggu; tanggal 19 dan 21 Juli 2008.
PENYAJIAN DATA PTK SIKLUS I
PERENCANAAN PTK
Perencanaan tindakan pembelajaran siklus pertama berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Wahid Hasyim Malang. Studi pendahuluan dilakukan melalui wawancara kepada guru. Pertanyaan yang diajukan kepada guru berkenaan dengan kompetensi siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang kelas XI tahun akademik 2008/2009. Dari hasil wawancara yang dijadikan sebagai studi awal ini meyimpulkan bahwa ada empat hal yang menjadi masalah siswa dalam berbicara bahasa Inggris. Keempat hal itu adalah 1) keberanian siswa untuk berbicara bahasa Inggris masih rendah, 2) kemampuan berbicara bahasa Inggrisnya rendah dikarenakan minimnya pembendaharaan kata berkaitan dengan topik bahasan, 3) kebingungan menyusun dan memulai pembicaraan, dan 4) frekuensi penggunaan bahasa Inggris di kelas masih rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, maka dibuatlah kriteria kesusksesan serta menyusun perencanaan tindakan pembelajaran pada semester ganjil tahun pelajaran 2008-2009. Penyusunan perencanaan pembelajaran didiskusikan dengan guru Bahasa Inggris untuk menyamakan persepsi tentang rencana pembelajaran dengan menggunakan pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu sebagai strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa.
Perencanaan pembelajaran kemampuan berbicara bahasa Inggris meliputi: kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, skenario pembelajaran, alokasi waktu, dan penilaian. Kompetensi dasar yang dikuasai siswa dalam perencanaan pembelajaran adalah kemampuan berkomunikasi pada level novice. Indikator pembelajaran yang dicapai siswa adalah (1) menjelaskan suatu hal, (2) memberikan ide, (3) mengungkapkan perasaan, dan (4) memberikan pendapat setuju atau tidak setuju. Tujuan pembelajaran adalah siswa mampu menjelaskan, memberikan ide, mengungkapkan perasaan, dan memberikan pendapat setuju atau tidak setuju dengan ungkapan yang sederhana. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut maka animal dipilih sebagai materi pembelajaran. Sedangkan skenario pembelajaran yang direncanakan untuk mencapai kompetensi dalam kemampuan berbicara bahasa Inggris dipilihlah strategi pembelajaran pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu untuk mencapai indicator tersebut.
IMPLEMENTASI PTK
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Juli 2008. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu (1) membangkitkan skemata siswa dengan menayakan pengatahuan tentang nama-nama hewan, (2) menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran, (3) menjelaskan kegiatan pembelajaran, (4) menjelaskan materi pembelajaran, dan (5) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar.
Pertemuan kedua, kegiatan yang dilaksanakan pada hari Senin, 21 Juli 2008. Pada pertemuan kedua, peneliti berkolaborasi dengan guru Bahasa Inggris. Skenario pembelajaran yang direncanakan pada pertemuan kedua adalah (1) menjelaskan tentang teknik tari bambu, (2) membangkitkan skemata siswa dengan bertanya mengenai pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, (3) menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran, (4) menjelaskan kegiatan pembelajaran, (5) memberikan siswa daftar pertanyaan yang akan digunakan sebagai inti kegiatan pembelajaran berbicara, (6) meminta masing-masing siswa untuk memahami setiap pertanyaan yang ada, (7) meminta siswa untuk membayangkan jawaban atas daftar pertanyaan itu tanpa ditulis, dan (8) siswa melaksanakan kegiatan berbicara dengan menggunakan pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran dijelaskan (1) jenis hewan yang buas, jinak, dan yang dikonserfasi, (2) kaidah frase kata benda dalam bahasa Inggris, (3) ungkapan-ungkapan dalam mengutarakan ide dan perasaan senang, (4) memberikan pendapat setuju atau tidak setuju, dan (5) penjelasan tentang salah satu tenses. Selanjutnya pada tahapan pelajaran tentang berbicara harus mampu menghubungkan pengetahuan atau materi yang telah didapat siswa sebelumnya.
Penilaian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses meliputi proses kegiatan yang dilaksanakan bersama-sama ketika pelaksanaan tari bambu. Dilihat apakah pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu itu berjalan sesuai dengan harapan atau tidak. Penilaian hasil adalah penilaian individu dengan meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban yang telah didapat di proses belajar saat di tari bambu.
PENGAMATAN PTK
Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data berkaitan dengan peristiwa pembelajaran bahasa Inggris yang terkait dengan upaya pemecahan masalah dan strategi pembelajaran yang sedang dikembangkan. Objek yang diamati adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi indikator keberhasilan pemecahan masalah dan pengembangan strategi yang sedang dikembangkan. Seperti dijelaskan di kriteria keberhasilan, indikator dibuat untuk menentukan bahwa strategi yang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah yang sedang diupayakan pemecahannya.
- Test
Test dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2008 (pertemuan ke-2). Test dilaksanakan seketika karena pertemuan kedua pada tanggal 21 Juli tersebut dikhusukan oleh guru yang bersangkutan untuk digunakan meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Test yang diberikan kepada siswa adalah oral test. Test ini bersifat individu. Peneliti dan guru meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban atas pertanyaan arahan yang ada menjadi rangkaian pembicaraan yang utuh. Untuk itu, guru memberi waktu kepada siswa untuk menyusun rangkaian jawaban sekitar 15 menit setelah selesai dipelajari selama proses tari bambu. Setelah 15 menit selesai maka siswa satu persatu diminta untuk ke depan. Siswa masih diperkenankan membawa daftar pertanyaan yang telah disediakan dan dipakai dalam proses tari bambu akan tetapi siswa tidak boleh membawa jawaban-jawaban yang ditulis.
Ada lima komponen yang dinilai dari test ini. Mereka adalah (1) pronunciation, (2) fluency, (3), grammar (4) vocabulary, dan (5) comprehension. Masing-masing dengan porsi 10%, 20%, 20%, 20%, 30%. Dari hasil test diperoleh rata-rata siswa sebesar 7,4.
- Observasi
Observasi ini dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung atau selama implementasi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu ini dilaksanakan. Yang melakukan observasi terhadap jalannya proses ini adalah guru. Peneliti meminta kepada guru yang bersangkutan untuk menilai sesuai dengan pernyataan yang ada di lembar observasi. Ada lima pernyataan yang harus dijawab dengan YA atau TIDAK. Kelima pernyataan itu adalah (1) siswa menunjukkan rasa tertarik, ingin tahu, dan antusias terhadap kegiatan, (2) siswa terlibat aktif, (3) siswa aktif melakukan tanya jawab, (4) siswa aktif menggunakan bahasa Inggris, dan (5) siswa terlilihat santai dan senang/tidak tegang. Dari kelima pernyataan yang ada, semuanya dijawab dengan YA oleh guru yang bersangkutan.
- Kuisener
Kuisener diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu diberikan kepada siswa. Adapun hasil kuisener adalah sebagai berikut.
- pendapat siswa tentang mata pelajaran bahasa Inggris khususnya speaking sebelum strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu 9,09% menjawab sangat mudah, 45,45% menjawab mudah, dan 45,45% menjawab sulit, dan 0% menjawab sangat sulit.
- pendapat siswa tentang mata pelajaran bahasa Inggris khususnya speaking setelah pelaksanaan strategi ini 27,27% menjawab lebih mudah, 72,72% menjawab mudah, 0% menjawab sulit, dan 0% menjawab sangat sulit.
- siswa yang setuju bila strategi ini digunakan lagi untuk mata pelajaran bahasa Inggris khususnya speaking 45,45% menjawab sangat setuju, 54,55% menjawab setuju, 0% menjawab tidak setuju, dan 0% menjawab sangat tidak setuju.
- Siswa yang menyatakan sesuai tentang metode pembelajaran melalui strategi ini 9,09% menjawab sangat sesuai, 90,9% menjawab sesuai, 0% menjawab tidak sesuai, dan 0% menjawab sangat tidak sesuai.
- Setelah pembelajaran bahasa Inggris khususnya speaking dengan strategi ini siswa merasa aktif dan termotivasi untuk berkomunikasi, 18,18% menjawab sangat termotivasi, 81,82% menjawab termotivasi, 0% menjawab tidak termotivasi, dan 0% menjawab sangat tidak termotivasi.
- Strategi ini membantu siswa dalam meningkatkan kelancaran dan pengucapan bahasa Inggris? Fluency (kelancaran) dan pronunciation (pengucapan), 45,45% manjawab sangat membantu, 45,45% menjawab membantu, 9,09% menjawab tidak membantu, dan 0% menjawab sangat tidak membantu.
- Pendapat siswa apakah pelaksanaan strategi ini dalam pelajaran bahasa Inggris khususnya speaking menyenangkan, 45,45% menjawab sangat menyenangkan, 54,55% menjawab menyenangkan, 0% menjawab tidak menyenangkan, dan 0% menjawab sangat tidak menyenangkan.
- Rasa takut dan bingung siswa setelah pembelajaran bahasa Inggris khususnya speaking dengan menggunakan strategi ini dalam berkemunikasi dalam bahasa Inggris, 0% menjawab sangat tidak takut, 63,64% menjawab tidak takut, 36,36% menjawab takut, dan 0% menjawab sangat takut.
- Pendapat siswa tentang atmosphere/suasana kelas pada saat pelaksanaan strategi ini dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya speaking, 45,45% menjawab sangat menyenangkan, 54,55% menjawab menyenangkan, 0% menjawab sangat tidak menyenangkan, 0% menjawab sangat tidak menyenangkan.
- Pendapat siswa tentang tingkat kesulitan strategi ini dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya speaking, 0% menjawab sangat sulit, 54,55% menjawab sulit, 45,45% menjawab tidak sulit, dan 0% menjawab sangat tidak sulit.
Dari data kuisener tersebut diatas secara kesuluran bahwa strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu membuat siswa merasa senang belajar berbicara bahasa Inggris, tidak takut, dan mudah dalam belajar bahasa Inggris khususnya berbicara.
- Tanggapan Siswa
Tanggapan siswa juga diberikan untuk mengetahui kesulitan dalam berbicara, rasa senang, rasa bingung. Ada lima pertanyaan yang semuanya harus dijawab dengan esai. Kelima pertanyaan itu meliputi tentang (1) bagian mana kesulitan dari strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu ini, (2) apakah strategi ini membantu mata pelajaran bahasa Inggris khususnya speaking, (3) bagaimana kemampuan bahasa Inggris siswa setelah pelaksanaan pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu, (4) apakah siswa merasa senang dengan strategi ini, dan (5) apakan siswa masih kebingungan dalam memulai pembicaraan dengan strategi ini.
Jawaban siswa atas pertanyaan nomor 1, hampir semua siswa menjawab kesulitan yang dihadapi adalah ketika harus menjawab pertanyaan tanpa harus ditulis terlebih dahulu. Menurut mereka hal ini belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Sehingga butuh kerja keras untuk mengingat-ngingat di otak. Untuk pertanyaan nomor 2 semua siswa yang ada menjawab bahwa strategi ini membantu sekali. Kosakata yang diingat meningkat secara signifikan karena menurut mereka kata-kata itu sering diulang dan hafal dengan sendirinya. Selain itu bantuan guru langsung menerjemahkan ketika ada kata yang tidak tahu sangat membantu dalam belajar siswa. Hal yang juga positif menurut siswa bahwa strategi ini memberikan suntikan khusus untuk berani berekspresi didepan orang. Pertanyaan nomor 3, dari jawaban yang diterima ada 20% siswa menjawab kemampuan mereka masih minim akan tetapi sedikit ada peningkatan. Siswa lainnya menjawab bahwa pertanyaan arahan ini telah membantu mereka meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya. Bahkan ada siswa yang menjawab cara ini cukup praktis untuk pelajaran bahasa Inggris khususnya berbicara daripada cara biasanya yang dipandang terlalu berbelit-belit. Pertanyaan nomor 4, 100% siswa menjawab sangat senang dan merasa tertantang. Strategi ini juga dipandang siswa cara belajar yang santai dan tidak menegangkan sehingga siswa merasa enjoy dalam kelas dan yang paling penting siswa berinteraksi dengan semua anggota kelas. Untuk pertanyaan nomor 5, 50% siswa berpikiran mereka masih kebingungan dan 50% menjawab sudah tidak lagi merasa bingung ketika akan memulai pembicaraan.
- Catatan Lapangan
Dari catatan lapangan yang peneliti terima, sedikitnya ada tiga catatan penting. Pertama, siswa belum terbiasa dengan strategi ini sehingga tampak belum siap dan acak-acakan. Kedua, penguasaan vocabulary dan pronunciation yang dimiliki siswa masih perlu ditingkatkan sehingga siswa yang dibawa rata-rata perlu mendapat perhatian lebih. Ketiga, secara umum strategi ini menarik bagi siswa.
REFLEKSI
Seperti dijelaskan dimuka, refleksi adalah kegiatan menganalisa hasil pengamatan untuk menentukan sudah sejauh mana pengembangan strategi yang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum (sepenuhnya) berhasil, faktor apa saja yang menjadi penghambat kekurangberhasilan tersebut. Kegiatan refleksi meliputi kegiatan analisis data. Pada tahap ini, peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Refleksi bertujuan untuk menilai makna kriteria yang belum tercapai dan apa penyebab belum tercapainya kriteri tersebut. Kriteria yang belum tercapai serta faktor penyebabnya menjadi masukan pada siklus berikutnya.
Pertama, partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas sangat antusias sekali. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mereka belajar tanpa ada tekanan bahkan mereka belajar dengan suasanya yang menyenangkan. Siswa tidak lagi kaku mengekspresikan idenya dalam bahasa Inggris. Kosakata yang baru didapat langsung diungkapkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Nunan (1991: 39) mengatakan bahwa keterampilan berbicara meliputi berbagai elemen bahasa seperti tata bahasa, kosakata, intonasi, pengucapan, dan pengejaan yang harus diekspresikan bukan didiamkan.
Dengan begitu maka para siswa tidak lagi terlalu kebingungan mereka harus berbicara apa dan dimulai dari mana. Dengan partisipasi yang baik dari siswa dan suasana belajar yang menyenangkan serta atmosfer kelas yang kondusif telah menggugah siswa untuk berbicara bahasa Inggris. Hal ini terlihat dari jawaban para siswa bahwa strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu ini sangat membantu mereka dan mereka merasa tertantang. Menurut (Sari:2007) belajar dalam suasana menyenangkan merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dan dilakukan dalam situasi menyenangkan, sehingga siswa merasa aman dan nyaman, bebas dari tekanan. Situasi ini akan membuat anak lebih aktif belajar.Dari sejumlah siswa yang ada kebingungan dan sulitnya memulai pembicaraan sudah dapat diatasi. Seperti diketahui seringkali siswa merasa kesulitan untuk menyampaikan ide dan bingung harus dimulai dari mana. Hal ini menurut Ur (1999: 121) yang didukung oleh Hasanah (di Cahyono, 1997: 2) bahwa masaklah-masalah yang dihadapi oleh siswa berawal dari ketidakbiasaan, tidak tahu harus bicara apa, partisipasi yang rendah, dan gangguan dari bahasa pertama. Dengan strategi pertanyaan arahan melalui teknik tari bambu ini siswa tidak lagi merasa tidak terbiasa karena siswa dituntut untuk berbicara berulang kali dengan lawan bicara yang berbeda. Siswa tidak lagi bingung harus memulai dari mana karena siswa sudah dipandu untuk berbicara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun. Partisipasi tidak lagi rendah karena semua siswa terlibat dan tidak boleh berhenti berbicara sebelum ada kode. Ganggungan bahasa pertama bisa diminimalisir karena guru berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Konsep councelor dan client dalam pendekatan Community Language Learning dan belajar bersama dalam pendekatan Cooperative Learning sangat tampak sekali dalam pembelajaran ini.
Kedua, dengan strategi ini siswa dapat mempraktikan berbicara dengan berulang-ulang. Mereka bertemu dengan semua anggota kelas. Kondisi seperti ini menambah suasana belajar yang kondusif dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa serta kosakata siswa itu sendiri. Selain itu keberanian berbicara siswa juga meningkat karena mereka mempunyai pengalaman belajar yang sama. Konsep tari bambu seperti dijelaskan paragraf sebelumnya menggugah siswa untuk berbicara dan siswa merasa tertantang dengan ini dalam artian dengan sungguh-sungguh belajarnya dalam suasana yang menyenangkan ini maka kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka akan meningkat.
Pada akhirnya dari kegiatan itu semua dilakukan evaluasi dengan melakukan tes berbicara (oral test). Ada lima komponen yang dinilai dari test ini. Mereka adalah (1) pronunciation, (2) fluency, (3), grammar (4) vocabulary, dan (5) comprehension. Masing-masing dengan porsi 10%, 20%, 20%, 20%, 30%. Dari hasil test diperoleh rata-rata siswa sebesar 7,4.
Dalam siklus 1 ini peneliti melihat bahwa:
- pemahaman siswa bagus. Setelah dilaksanakan strategi pertanyaan arahan dengan menggunakan teknik tari bambu kemampuan berbicara siswa meningkat. Antusiasme untuk belajar dan praktik berbicara bahasa Inggris siswa sangat tinggi.
- ketika pelaksanaan strategi pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu para siswa melakukan dengan tertib dan sesuai dengan apa yang dinginkan.
- kebingungan siswa dalam memulai pembicaraan dapat diatasi dengan daftar pertanyaan yang ada. Minimnya kosakata dapat dibantu langsung oleh guru yang bertindak sebagai concelor atau meminta bantuan siswa didepannya yang dinggap lebih tahu (knower).
- siswa merasa senang dalam belajar tidak tertekan.
- siswa melihat bahwa strategi sangat membantu mereka belajar dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa dan yang pasti siswa mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda dengan sebelumnya.
Berdasarkan kajian diatas maka kriteria keberhasilan (indikator) yang telah dibuat sebelum penelitian tindakan ini dibuat telah tercapai semua. Berarti peneliti cukup melakukan satu siklus saja tanpa harus melanjutkan untuk siklus kedua.
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu dilaksanakan dan dikembangkan di siklus I, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang kelas XI tahun pelajaran 2008-2009 meningkat. Pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu menuntut siswa untuk mengulang jawaban atas pertanyaan yang ada. Dengan melakukan itu kosakata baru yang didapat saat itu dengan sendirinya dihafalkan siswa. Selain itu peran serta guru sebagai counselor dan knower membantu siswa yang tidak tahu kosakata bahasa Inggrisnya. Selain itu kesulitan siswa dalam memulai pembicaraan dapat ditangani dengan memandu mereka berbicara dengan pertanyaan arahan yang disediakan. Kebingungan menyusun ungkapan-ungkapan bahasa Inggris ditanganin dengan selalu menemani siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tes yang dijadikan sebagai evaluasi dari proses pembelajaran berbicara bahasa Inggris ini menghasilkan rata-rata siswa 7,4.
Selain itu pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu membuat pembelajaran berbicara bahasa Inggris menyenangkan dan membuat siswa merasa tertantang. Siswa berpartisipasi aktif dan selalu termotivasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang melibatkan semua siswa dikelas membuat suasana pembelajaran lebih kooperatif. Suasana kelas menampakkan lebih hidup dibanding dengan pembelajaran sebelumnya (sebelum melaksanakan pertanyaan arahan dengan teknik tari bambu).
Untuk selanjutnya peneliti berharap kepada guru yang ada di SMA Wahid Hasyim Dinoyo Malang untuk meneruskan pembelajaran bahasa Inggris khususnya berbicara dengan menggunakan teknik tari bambu pada topik pembahasan lainnya. Guru diharapkan lebih kreatif lagi untuk membuat daftar pertanyaan yang mencakup materi pelajaran.
Agar apa yang sudah diperoleh dari penelitian ini dapat ditingkatkan kualitasnya diperlukan kajian atau pengembangan lebih lanjut. Masih banyak teknik-teknik pembelajaran yang bisa dikembangkan oleh guru untuk mengfasilitasi siswa meningkatkan prestasi bahasa Inggrisnya. Selain itu karena hasil positif secara nyata telah dapat diperoleh, kajian atau pengembangan ini dapat disosialisasikan atau dideseminasikan kepada guru-guru dan sekolah yang lain. Oleh karena itu direncanakan beberapa tindak lanjut sebagai berikut:
- Diseminasi terbatas kepada sejawat guru di dalam sekolah.
- Diseminasi ke sekolah-sekolah anggota MGMP
- Peningkatan kualitas model yang sudah dikembangkan dengan melakukan ujicoba baru.
- Menulis di jurnal terakreditasi.
Daftar Pustaka
Brown, H. D.. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. California: San Francisco State University.
Cahyono, B. 1997. Pengajaran Bahasa Inggris, Teknik, Strategi, dan Hasil Penelitian. Malang: IKIP Malang.
Latief, A. 2003. Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Bahasa Inggris. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 10, No.2. Juni 2003.
Nunan, D.. 1991. Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers. New York: Prentice-Hall.
Richard, J.C.. 1990. The Language Teaching Matrix. Cambridge: Cambridge University Press.
Sari. 2007. Cara Belajar Yang Menyenangkan. (Online), http://smkn6ptk.net/news.php?extend.10, diakses 20 Juli 2008.
Slavin. 2003. Educational Psychology: Theory and Practice. Massachusetts: Allyn and Bacon.
Sudaryono. 2003. Pemakaian “Authentic Materials” dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. http://www.ialf.edu/bipa/jan2003/authenticmaterials.html (diakses 22 Juni 2006)
Ur, P.. 1996. A Course in Language Teaching: Practice and Theory. Cambridge: Cambridge University Press.