Saat haul ke-45 KH Abdul Fattah Hasyim di PP Alfatimiyah Bahrul Ulum Tambakberas, Jumat (25/12/2020), KH Abdul Nashir Fattah selaku pengasuh menyampaikan sejumlah cerita tentang sampainya doa orang hidup kepada orang mati.
Pertama, Rais Syuriyah PCNU Jombang ini bercerita Mbah Abdullah, adik KH Mahfudz Seblak.
Seminggu setelah Kiai Fattah wafat, Mbah Abdullah hendak khataman di makam Kiai Fattah. Karena almarhum Kiai Fattah memang senang membaca Alquran.
Kiai Nashir sempat cerita, Kiai Fattah ingin haji dengan khatam Quran 400 kali. Tapi baru khatam 200 kali sudah dihajikan Presiden Sukarno pada 1962.
Jika tidak sedang mengajar, Kiai Fattah menghabiskan waktunya untuk membaca Alquran.
Karena tahu saat hidupnya Kiai Fattah senang baca Quran, maka Mbah Abdullah ingin khataman di makam Kiai Fattah.
Kiai Taufiqurrahman Muchid PP Sunan Ampel nate dawuh, kalau ziarah makam dianjurkan baca kesukaan si ahli kubur.
Gus Dur senengannya “ilahilas.” Maka kalau ziarah makam Gus Dur dianjurkan baca ilahilastu lilfirdausi ahla…
Ustaz Habib, guru Tebuireng bercerita, saat beliau ziarah makam Kiai Hasyim Asy’ari pada tengah malam, pernah ditimbali Gus Dur. Itu sekitar tahun 1990.
Saat itu Gus Dur berpesan; kalau ziarah makam Kiai Hasyim Asy’ari, bacalah QS Al Kahfi.
Akhirnya kalau punya hajat, Ustaz Habib baca Kahfi di makam Kiai Hasyim Asy’ari.
Kembali ke cerita Kiai Nasir.
“Mbah Abdullah ke Tambakberas naik sepeda ontel,” kata cucu KH. Bisri Syansuri Denanyar ini.
Makam Kiai Fattah ada di timur rumah. Sehingga untuk menuju makam, otomatis Mbah Abdullah harus melewati depan rumah Kiai Fattah.
“Begitu sampai di depan rumah Kiai Fattah, Mbah Abdullah ini melihat Kiai Fattah. Saat itu Kiai Fattah bilang; baca Qurannya di rumah saja. Wis tak terimo. Muliho,” cerita Kiai Nasir.
Akhirnya Mbah Abdullah pulang dan kirim bacaan Alquran untuk Kiai Fattah dari rumah.
Kedua, Kiai Nasir bercerita kisah yang disampaikan KH Salim Ashar Paciran Lamongan.
Setelah tamat Mualimin Tambakberas, Kiai Salim sempat mondok di Kiai Sodiq Genukwatu sambil membantu mengajar di Mts dan Aliyah Genukwatu.
“Kiai Salim dapat cerita langsung dari Kiai Sodiq yang terkenal mukasyafah,” kata Kiai Nasir.
Saat Kiai Bisri Syansuri Denanyar wafat, Kiai Sodiq baru takziah pada hari ketiga. Kiai Sodiq langsung menuju makam. Di situ beliau berdoa, dan bertemu Kiai Bisri.
Kiai Sodiq pun bertanya; Apa yang dilakukan Allah kepada Panjenengan?
Kiai Bisri menjawab; Allah mengampuniku.
Kiai Sodiq bertanya lagi; Karena apa?
Kiai Bisri lalu membuka jaketnya, dan terlihat tulisan NU.
Makanya di gerbang Pesantren Mambaul Maarif Denanyar ditulis wasiat Kiai Bisri. “Selama hidup aku NU, jika aku mati, wasiatku pada masyarakat tetaplah NU.”
Ketiga, Kiai Nasir cerita KH Wahab Hasbullah (Mbah Wahab). Suatu ketika Mbah Wahab sakit hingga koma. Orang-orang menyangka Mbah Wahab sudah mau kepundut.
“Para santri sudah dikumpulkan untuk membaca Yasin,” tutur Kiai Nasir.
Namun tiba-tiba Kiai Wahab bangkit dan minta para santri menghentikan baca Yasinnya.
Kiai Wahab juga dawuh; “Aku sudah nego malaikat agar menangi muktamar NU.”
Karena memang waktu itu sudah mendekati pelaksanaan muktamar.
Mbah Wahab pun akhirnya bisa menghadiri muktamar. Dan empat hari setelah muktamar NU di Surabaya, tepatnya Rabu legi, pukul 10 pagi, 12 Dzulqa’idah 1391 H atau bertepatan 29 Desember 1971, Mbah Wahab pun wafat.
Mugi kisah-kisah tersebut membuat kita semakin semangat kirim doa pada ahli kubur. Sehingga ketika kelak kita sudah meninggal, anak keturunan kita juga mau mengirim doa untuk kita.
(rjf)
Dishare oleh Yusuf Suharto
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2826910000899160&id=100007405623430
www.infodiknas.com – 08113610417